Kondisi merebaknya penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak sapi di Jawa Barat termasuk Kota Sukabumi membuat pengusaha sekaligus peternak ketar-ketir. Asosiasi Peternak & Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) mendesak pemerintah untuk segera menyalurkan vaksin PMK.
"Ya menurut saya PMK ini sudah sangat-sangat parah di Indonesia ini terutama dari petani, peternak sapi di Jawa Timur yang terdampak lebih dulu, terus di Jawa Tengah, lalu sekarang sudah masuk ke wilayah Jabar. Khususnya Tasik, Garut sudah KLB (Kejadian Luar Biasa), Pangalengan sudah sedih lah, masuk lagi ke Sukabumi," kata salah satu Ketua APPSI Muhammad Adriano, Jumat (17/6/2022).
Dia mengatakan, pihaknya sempat mengikuti RDP (Rapat Dengar Pendapat) bersama Komisi IV DPR RI dan Kementerian Pertanian. Menurutnya, pemerintah memang mewacanakan 3 juta vaksin PMK dari Prancis namun jumlah tersebut tak mencukupi total populasi sapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami minta vaksin itu segera direalisasikan di seluruh Indonesia dengan tepat, karena ini sudah sangat-sangat terlambat. Ini pun sudah kami bawa ke dinas terkait khususnya di Kota Sukabumi, kami memberikan dukungan penuh meskipun mereka juga bukan tidak bisa apa-apa tapi sangat minim sekali hanya bisa mensosialisasikan," ujarnya.
"Kalau ditanya cukup atau tidak, rasanya juga enggak cukup karena populasi sapi kita juga udah puluhan juta. Sementara ini masih jauh dari harapan," tambahnya.
Kondisi kesehatan sapi yang terpapar PMK, kata dia, jelas memukul para peternak sapi kecil. Terlebih mendekati waktu lebaran Idul Adha ini belum banyak peternak yang berani menjajakan sapi di pinggir jalan.
"Seperti yang dilihat ya harusnya di jalan-jalan itu sudah ramai. Tapi karena ada virus PMK ini selain merugikan ratusan ribu sapi dipotong paksa, dari total kerugian itu bisa ratusan miliar dan dampak ekonominya sudah triliunan," ungkapnya.
Mereka terpaksa menutup pasar dan menunda berjualan sapi kurban. Para peternak bahkan mengaku belum berani menjual sapi-sapi tersebut sebelum meyakini kondisi kesehatannya baik.
"Dari Dinas Peternakan sebetulnya sudah diperiksa, tapi kita belum berani jual lihat kondisi sapinya dulu, kalau seminggu enggak ada kendala baru bisa dikeluarin. Ini sapinya kita datangkan langsung dari Kupang seminggu yang lalu," kata Andri salah satu peternak sapi.
"Tetap khawatir ada, kan namanya penyakit kita enggak tahu. Alhamdulillah ini sehat semua, tapi kan virus enggak bisa dilihat. Harganya mulai Rp20 sampai Rp28 juta dengan berat 2-4 kuintal," tutupnya.
Sekedar informasi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan akan mengusulkan realokasi anggaran tahun ini sebesar Rp 180,78 miliar. Usul realokasi anggaran tersebut dilakukan untuk penanganan PMK pada hewan ternak.
Syahrul kemudian mengatakan total anggaran yang diperlukan untuk penanganan PMK sebesar Rp 4,42 triliun. Hal itu, sambungnya, agar penanganan PMK dapat dilaksanakan secara luas.
"Agar penanganan dapat dilakukan secara luas, berdasarkan kebutuhan anggaran disusun per tanggal 8 Juni 2022 bahwa total anggaran yang diperlukan pada 2022 adalah sebesar Rp 4,42 triliun," kata Syahrul dalam rapat kerja DPR RI, Senin (13/6) lalu.
(yum/yum)