Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Selatan meminta peternak melakukan vaksin mandiri untuk antisipasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi. Hal ini mengantisipasi merebaknya PMK di sejumlah daerah di Indonesia.
"Pemberian vaksin gratis ada, tapi karena saat ini kita belum tersedia jadi kita harapkan peternak melakukan pencegahan PMK secara mandiri," ujar Kepala DKPP Sumsel Ruzuan Effendi, Jumat (10/1/2025).
Menurutnya, vaksin menjadi salah satu langkah pencegahan PMK merebak di Sumsel. Meski belum mendapat laporan kasusnya, sejumlah daerah di Sumsel pernah terdampak penyakit PMK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah rapat bersama stakeholder terkait untuk mempersiapkan langkah antisipasi terhadap PMK ini. Lalu lintas hewan ternak juga akan kita lakukan sehingga pencegahan bisa dilakukan," katanya.
Hewan ternak yang masuk ke Sumsel harus memenuhi SKKH (surat keterangan kesehatan hewan). Terutama dari daerah yang sudah merebak kasus PMK. "Ya akan diperketat. Kriteria hewan yang masuk harus sehat," tambahnya.
Sosialisasi pencegahan akan dilakukan ke sejumlah peternak bekerjasama dengan pihak terkait. Terlebih PMK sudah pernah terjadi, sehingga pencegahan bisa dilakukan di tingkat peternak.
"Pencegahan agar tak terjadi penularan juga bisa secara tradisional, dengan memberikan jamu-jamuan ke sapi dan hewan ternak yang terjangkit PMK. Itu efektif untuk meningkatkan imun sapi. Kemudian memberi pakan bergizi dan menjaga kebersihan kandang," jelasnya.
Dia mengimbau peternak ketika menemukan kasus PMK untuk melapor ke pihak terkait. Pencegahan dini harus dilakukan agar PMK tal menyebar ke hewan ternak lain. "Segera laporkan ke petugas jika ada hewan yang terindikasi terjangkit PMK," pungkasnya.
Populasi sapi di Sumsel mencapai sekitar 300 ribu ekor. Terbanyak di OKU Timur 64 ribu ekor, Banyuasin 46 ribu ekor, OKI 36 ribu ekor, dan Musi Banyuasin 24 ribu ekor. Sisanya tersebar di daerah lainnya se-Sumsel.
(des/des)