Tangan Iyep cekatan menggenggam gunting hingga mesin pangkas rambut. Pria 57 tahun ini masih terampil mengolah 'alat tempur' pangkas rambutnya.
Iyep merupakan salah satu dari empat pemangkas rambut yang bekerja di Pangkas Rambut Sawargi. Nama Sawargi memang asing di telinga kaum milenial kini. Akan tetapi, tempat cukur yang berada di pusat Kota Bandung ini memiliki sejarah panjang hingga termasuk salah satu tempat cukur legendaris di Kota Bandung.
Pangkas rambut Sawargi sudah eksis sejak 1949. Usaha ini awalnya dirintis H Ero Saefulloh. Kini, usaha Sawargi sudah dikelola generasi ketiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sawargi 'bersembunyi' di balik deretan gedung-gedung tinggi yang berada di sekitaran Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Lokasi tepatnya ada di Jalan SaadNomor 16.
Lokasinya berada di sebuah gang kecil yang menjadi penghubung antara Jalan Veteran dan Jalan Naripan. Untuk mencapai lokasi ini, bisa mengambil arah dari Jalan Naripan.
Tak seperti tempat cukur pada umumnya, Sawargi masih mengusung konsep tempo dulu. Bangunannya menggunakan bagian rumah tinggal dengan gaya baheula.
![]() |
Sebelum masuk ke ruang cukur, ada teras dengan deretan bangku-bangku. Pengunjung biasa duduk di sana untuk menunggu giliran dicukur.
Masuk ke dalam, suasana rumah tempo dulu kian terasa. Ada sebuah lemari tua berukuran besar dipasang di pintu masuk. Lemari itu ternyata berfungsi untuk menyimpan barang-barang dari pengunjung.
Ada tiga sudut area cukur rambut di dalam. Dari pintu masuk ke sebelah kiri, kanan, dan di pojok. Deretan kaca juga menghiasi dinding Sawargi.
Lebih unik lagi, kursi untuk tempat pengunjung duduk dicukur pun terlihat masih orisinal sejak lama. Kursi cukup kuat lantaran berbahan marmer.
DetikJabar menjajal pangkas rambut legendaris itu belum lama ini. Siang itu, kebetulan tak banyak pengunjung yang datang ke tempat cukur tersebut.
Iyep yang kebetulan menjadi pemangkas rambut saat itu. Pria bercucu 5 ini bercerita banyak soal pengalamannnya bekerja di Sawargi.
"Saya sudah dari tahun 87 (1987)," ucap Iyep sambil lengan kanannya memainkan mesin cukur.
Iyep yang saat itu masih muda diminta langsung bekerja oleh Ero sang pemilik. Saat masuk menjadi pemangkas rambut, Iyep masih tergolong junior.
"Saya awal-awal tugasnya mencukur khusus anak-anak. Karena waktu itu masih banyak yang senior-senior," kata dia.
Menurut Iyep, kondisi bangunan Sawargi memang tak banyak berubah. Meski sempat direnovasi, namun masih ada beberapa ornamen yang tetap dipertahankan, salah satunya kursi.
"Memang dari dulu bangunannya seperti ini, nggak diganti-ganti," katanya.
Menurut Iyep, sejak dulu Sawargi menjadi langganan banyak orang. Bahkan saat masa kejayaan, antrean warga untuk memangkas rambut di Sawargi tak terbendung.
"Dulu malah sempat parkir mobil itu antre sampai ke Jalan Naripan," ungkapnya.
Meski sembari bercerita, Iyep tetap fokus dalam urusan pangkas rambut. Usianya boleh dibilang sudah lanjut usia, tapi pria asal Garut ini masih cukup cekatan. Tak buru-buru dalam menata rambut, Iyep amat detail memangkas rambut dari satu bagian ke bagian lain di kepala.
Di meja, tampak ada sebuah kantong hitam kecil. Ternyata, kantong itu menyimpan perlengkapan cukur Iyep, dari mulai gunting hingga sisir.
Tak terasa waktu pun berlalu. Hampir satu jam Iyep memangkas rambut. Usai proses potong rambut, Iyep menawari untuk keramas.
Proses keramas pun cukup unik. Mulanya, Iyep mengambil secuil tisu. Kemudian, tisu itu ditempelkan ke telinga pengunjung.
Tamu kemudian diarahkan ke sebuah wastafel. Pengunjung kemudian diminta duduk di bangku berbentuk bulat itu. Iyep juga meminta agar kepala sedikit menunduk dengan wajah menghadap ke wastafel.
Byur....!! Air hangat mengguyur membasahi kepala. Beberapa kali diguyur, Iyep lantas memberi sampo yang berakhir dengan guyuran air hangat lagi.
Usai keramas, ada satu treatment lagi yang ditawarkan Iyep, yaitu pemakaian cairan rambut. Dari laci meja, Iyep mengambil sebuah botol berisi cairan seperti minyak.
"Ini tonik, ramuan khusus," kata Iyep tanpa memberitahukan bahan cairan itu.
Tonik itu kemudian ditumpahkan sedikit ke telapak tangannya. Lalu, telapak tangannya mulai 'menjambak' rambut hingga cairan merata di kepala. Tak lupa, sesekali Iyep pun memijit kepala. Tonik itu terbukti. Kepala terasa menjadi ringan dan wangi.
Pangkas rambut selesai dan saatnya membayar. Harga yang ditawarkan pangkas rambut ini relatif masih terjangkau. Untuk dewasa, harga yang ditawarkan Rp 35 ribu, Anak-anak Rp 30 ribu. Sedangkan bila cuci rambut tambah Rp 5 ribu dan pijat tambah Rp 15 ribu. Sawargi juga menawarkan paket cat rambut dengan harga Rp 100 ribu.
Proses bayar pun cukup unik. Usai uang diberikan, Iyep melangkahkan kakinya ke area kasir. Dia lantas membunyikan lonceng untuk memanggil kasir.
![]() |
Jadi Favorit Jenderal-Pesohor
Pangkas rambur Sawargi yang sudah eksis sejak era kemerdekaan ternyata jadi langganan para pejabat. Sejak zaman dulu, banyak jenderal-jenderal yang datang untuk memangkas rambut di Sawargi.
"Ya dulu sempat ada Faisal Tanjung sampai Hendropriyono. Lalu siapa lagi, saya lupa namanya. Malah kalau kata pa Ero, sempat Jenderal Ahmad Yani juga ke sini," kata Iyep.
Selain jenderal, beberapa pejabat pemerintahan juga sempat menjadikan Sawargi tempat favorit memangkas rambut. Mulai dari eks Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Dani Setiawan, hingga Wali Kota Bandungalmmarhum Oded M Danialpernah mampir.
Pesohor juga sempat datang untuk memangkas rambut di sini. Ia lalu menyebut sejumlah nama yang cukup beken pada masanya.
"Pak Aom Kusman, Kang Ibing dan Miing pernah ke sini juga," katanya.
Sementara itu, meski sudah lama hadir, eksistensi Sawargi masih tak kalah pamornya dengan pangkas rambut modern. Bahkan, beberapa langanannyatetap setia datang untuk dicukur.
"Dulu kan saya cukurin anak-anak. Nah dari dia TK sampai sekarang sudah dewasa dan menikah, masih tetap datang ke sini," tuturnya.
Menurut Iyep, banyaknya konsumen yang tetap setia dipangkas di Sawargi lantaran faktor kecocokan. Sehingga, mereka tak beralih ke tempat cukur lain dan memilih setia kepada Sawargi.
(dir/ors)