Dinkes Garut Review e-PPGBM buat Validasi Data Stunting Versi Kemenkes

Dinkes Garut Review e-PPGBM buat Validasi Data Stunting Versi Kemenkes

Nada Zeitalini Arani - detikJabar
Selasa, 24 Mei 2022 16:44 WIB
Dinkes Garut Gelar Review e-PPGGBM
Foto: Pemkab Garut
Jakarta -

Dalam rangka optimalisasi data stunting di Kabupaten Garut tahun 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut menggelar review data elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Kegiatan yang digelar di Ballroom Hotel Harmoni Cipanas, Garut pada Senin (23/5) ini ditujukan bagi pelaksana gizi dan bidan Puskesmas.

Kepala Dinkes Garut dr. Maskut Farid menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Bupati Garut terkait pencarian stunting bulan Juni nanti. Hal ini dilakukan karena tingginya angka stunting di Kabupaten Garut berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.

"Itu pertama memperbaiki data yang valid sesuai dengan Kemenkes, kita kan 7,9% (sementara) Kemenkes kan 35,2%. Ini kan mana yang benar nih, sudahlah kita ikuti Kemenkes kita cari lagi. Kalau yang 7,9% ini sudah ada nama-namanya, nah kita ingin cari (yang) 35,2% dengan menimbang lagi selama sebulan full kita mencari (data) stunting," ujar Maskut Farid dalam keterangan tertulis, Selasa (24/5/2022).

Ia menuturkan setelah mendapatkan data yang valid, pihak Dinkes Garut akan memberikan asupan makanan bagi anak yang mengalami stunting. Dengan langkah itu diharapkan anak-anak tersebut tidak stunting lagi dan juga tidak ada kasus stunting baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah inilah yang merupakan PR kita terutama di Dinkes ya, harus kita usahakan terutama sejak konsepsi pembuahan bayi sampai 5 tahun ini program-programnya harus kita sukseskan, baik cakupannya maupun juga kualitasnya tidak hanya sekedar formalitas saja," ucapnya.

Menurutnya, penanganan stunting harus diselesaikan secara bertahap. Mulai dari monitoring dan evaluasi (monev) lapangan sampai mengetahui sebab akibat anak tersebut bisa mengalami stunting, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, lingkungan, atau pola asuh dan hal lainnya.

ADVERTISEMENT

"Ya setelah punya data ini, setelah kita punya data per desa jumlah stunting, dan masalahnya apa, kalau dia stunting itu (penyebabnya) ada dari sisi ekonomi, apakah pendidikan, apakah lingkungan kumuh, apakah karena pola asuhnya gak bener, apakah karena ada penyakit penyerta di keluarganya (seperti) ada TBC, ibunya ada leukemia dan lain-lain," lanjutnya.

Melalui pendataan secara masif ini diharapkan bisa memudahkan semua pihak dalam penanganan stunting di Kabupaten Garut.

"(Misalnya) oh desa ini ternyata pendidikannya kurang bagus nah nanti Disdik masuk kesitu, oh desa ini ternyata asupan air bersih kurang (dan) lingkungannya kotor nanti ada Perkim masuk kesitu. Nah itu sebagai data untuk teman-teman SKPD supaya ikut membantu stunting ini, jadi karena stunting ini kan sebenarnya gambaran dari permasalahan di daerah tidak hanya Dinkes dan (dinas) KB, tapi semuanya sebenarnya sama," kata dr. Maskut.

Sementara Sub Koordinator (Subkor) Kesehatan Keluarga dan Gizi Sri Prihatin mengungkapkan kegiatan e-PPGBM ini diikuti oleh 134 orang terdiri dari para bidan selaku penanggung jawab Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan para tenaga kesehatan selaku penanggung jawab gizi dari Puskesmas yang ada di Kabupaten Garut. Materi yang disampaikan dalam kegiatan itu adalah expose data analisa entry-an e-PPGBM bulan Januari 2022.

"Dari kegiatan ini output yang kita harapkan ada persamaan persepsi dari tim teknis yang ada di lapangan ini, (seperti) bagaimana cara mencari data khususnya untuk data stunting yang ada di Kabupaten Garut, ini dalam (proses) pengukuran dan penimbangan balita sebagai sasarannya," paparnya.




(ncm/ega)


Hide Ads