Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Serius Cegah Penyebaran Penyakit PMK

Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Serius Cegah Penyebaran Penyakit PMK

Dea Duta Aulia - detikJabar
Selasa, 24 Mei 2022 15:37 WIB
Dedi Mulyadi
Foto: Istimewa
Jakarta -

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menilai langkah penanganan yang dilakukan Kementan untuk mencegah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak efektif. Sebab virus PMK yang menyerang hewan ternak saat ini sudah menyebar di 15 provinsi dan 52 kabupaten/kota di Indonesia.

"Sampai hari ini pasar sapi lalu lintasnya masih berjalan normal baik dari Jabar, Jateng atau Jatim, saya sudah ke beberapa titik pasar sapi. Jadi barang dari berbagai daerah masih masuk," kata Dedi Mulyadi dalam keterangan tertulis, Selasa (24/5/2022).

Menurutnya, menyebarkan virus PMK karena masyarakat atau peternak lokal masih minim mengetahui informasi mengenai hal tersebut. Hal itu diperburuk dengan petugas yang turun ke lapangan masih sangat sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini problem kita. Dunia peternakan kita masih kacau," jelasnya.

Tak hanya itu, ia tidak yakin bahwa masyarakat akan mematuhi anjuran untuk tidak mengkonsumsi bagian kepala, kaki, dan jeroan ternak. Sebab hal tersebut merupakan salah satu bagian yang cukup digemari oleh masyarakat. Bahkan, tiga bagian tersebut merupakan salah satu yang terlaris dijual di pasar.

ADVERTISEMENT

"Apa dijamin orang di kita gak jahat? Orang di kita sapi sehat saja dimasukin air biar timbangan berat, apalagi yang begini (PMK) bisa saja pura-pura dibuang tapi malah dijual ke pasar," katanya.

Ia meminta agar Kementan mengeluarkan kebijakan yang fundamental sehingga dapat melindungi konsumen dan peternak lokal.

"Saya cenderung kalau sudah (ternak) sakit dimusnahkan, alternatifnya negara memberikan penggantian ternak," jelasnya.

Menurutnya, jika kebijakan yang dikeluarkan hanya sebatas imbauan maka hal tersebut tidak akan berjalan efektif untuk membendung penyebaran virus PMK pada ternak.

Ia berharap agar pemerintah segera menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cepat. Sebab mayoritas masyarakat Indonesia akan merayakan Idul Adha.

"Saya juga mengingatkan dulu ketika COVID-19 masuk Indonesia semua ngomong ini flu biasa cukup minum antibiotik kemudian sembuh. Setelah itu kita lihat gelombang (COVID-19) semakin besar. Jangan sampai perspektif kita menangani wabah ini sama seperti perspektif kita ketika menangani COVID-19 pada waktu awal," tutupnya.




(akn/ega)


Hide Ads