Kegalauan para penjual sapi itu bukan tanpa alasan. Sebab mayoritas suplai sapi yang dijual untuk Idul Adha berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur seperti Lumajang dan Boyolali.
"Untuk pedagang seperti saya ya jadi galau dan resah. Resah takutnya wabah meluas padahal ini kan menghadapi Idul Adha sedangkan kita enggak bisa beli sapi dari luar (Jawa Timur)," ungkap Entang, penjual sapi di Ngamprah, Bandung Barat, kepada wartawan, Selasa (17/5/2022).
Entang menyebut wabah PMK yang awal kasusnya ditemukan di Jawa Timur dan Aceh terjadi tepat menjelang Idul Adha. Alhasil kini ia terpaksa mengandalkan stok sapi yang sudah dipersiapkan sejak tiga bulan lalu.
"Cuma wabah ini tepat di momen menjelang Idul Adha, puncaknya kan sebulan lagi sebelum lah di Juni. Jadi sekarang mengandalkan stok sisa yang dipersiapkan 3 bulan lalu," kata Entang.
Penutupan distribusi sapi dari Jawa Timur diprediksi bakal berdampak pada menurunnya penjualan. Dampak lainnya yakni melonjaknya harga jual sapi di daerah yang belum teridentifikasi wabah PMK.
"Dampak ke penjualan pasti ada karena sistem lock down. Otomatis yang di KBB ini sisa (sapi) yang ada karena enggak ada kiriman dari luar sedangkan sapi pasti enggak akan cukup," tutur Entang.
Saat ini Entang hanya memiliki stok sekitar 100 ekor sapi. Namun jika menilik penjualan sapi pada momen Idul Adha tahun lalu, jumlah tersebut baru setengahnya.
"Sisa stok sekitar 100 ekor. Sebetulnya Segitu belum aman, karena hanya sebagian dari tahun lalu yang saya jual sampai 200 ekor sapi. Sekarang belum bisa dilihat menurun atau enggak, karena kan baru mulai menjual. Sudah ada beberapa yang booking," ujar Entang.
Tak hanya dihadapkan pada potensi penurunan penjualan sapi, Entang juga dihadapkan pada meningkatnya biaya perawatan sapi di tengah mewabahnya PMK.
"Biaya perawatan naik karena kan biasanya hanya makan, sekarang ada penyemprotan kandang seminggu sekali, terus ditambah vitamin dan obat cacing. Kandang juga harus bersih dari kotorannya," tutur Entang.
Entang berharap pemerintah bisa segera mencarikan solusi untuk meredam kegalauan para peternak dan penjual sapi menjelang Idul Adha sebagai momen meraup cuan dari penjualan hewan ternak.
"Mudah-mudahan 2 minggu lagi atau sebelum puncak penjualan sapi di Idul Adha sudah ada solusi, apakah nanti sapinya vaksin atau upaya lainnya," ungkap Entang.
Harga Daging Sapi Tak Terpengaruh Isu PMK di Ciamis
Dua Minggu setelah lebaran, harga daging sapi di Pasar Ciamis sudah turun. Meski pun saat ini ada wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), namun tidak mempengaruhi harga dan pasokan daging sapi.
Seperti penuturan Andi, pedagang daging sapi di Pasar Manis Ciamis, harga daging sapi kini Rp 140 ribu per kilogram. Turun Rp 20 ribu dari harga saat lebaran yang mencapai Rp 160 ribu.
"Harga sekarang turun, sudah Rp 140 ribu per kilo. Pasokan juga aman dari Tasikmalaya. Tidak terpengaruh oleh wabah PMK yang sedang ramai sekarang. Kalau yang sudah masuk pasar kan sudah aman, karena ada proses pemeriksaan dan sudah ada sertifikatnya," ujar Andi, Selasa (17/5/2022).
Andi pun mengakui sekarang omzet pun mengalami penurunan. Banyak faktor yang membuat penjualannya berkurang, mulai dari pembeli yang sebagian besar hanya pelanggan tukang bakso. Sedangkan masyarakat hanya membelinya seperlunya. Berbeda untuk keperluan yang membeli daging sapi bisa 1 kilogram untuk sekali beli.
"Kalau masyarakat paling beli itu eceran seperempat kilo atau setengah. Memang kondisi keuangannya juga setelah lebaran ada penurunan," ucapnya.
Andi meyakini saat ini masyarakat Ciamis sudah pintar dan paham mengenai wabah PMK. Sehingga tidak ada kekhawatiran dan ketakutan berlebih untuk membeli daging sapi di pasar.
"Masyarakat sudah mengerti daging yang dijual itu melalui proses dan kontrol dari pemerintah, jadi aman dikonsumsi," jelasnya.
Sementara itu, guna mengecek ketersediaan daging sapi di pasaran, Polisi Ciamis melakukan sidak ke beberapa pasar tradisional dan modern.
Seperti yang dilakukan jajaran Polsek Banjarsari ke pedagang di UPTD Pasar Banjarsari, Selasa (17/5/2022).
Kapolres Ciamis AKBP Tony Prasetyo Yudhangkoro mengatakan pengecekan ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan daging pasca penutupan pasar hewan ternak di Ciamis. Penutupan pasar hewan untuk mencegah wabah PMK.
"Dari dua pedagang, satu alami kelangkaan karena suplai daging dari Jawa Tengah. Sedangkan yang lain memiliki stok 2 ekor dan cukup untuk 2 hari," katanya. (bbn/yum)