Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) kembali menyerang sapi di Bojonegoro. Hingga kini, jumlah sapi yang terserang PMK terbilang sangat tinggi. Namun, Dinas Peternakan dan Perikanan setempat enggan membeberkan data pasti mengenai jumlah sapi yang mati akibat wabah ini.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan PPHNAK, Lutfi Nurrohman mengungkapkan, dalam 13 hari pertama tahun 2025 ini, tercatat sebanyak 280 ekor sapi suspect PMK. Hewan-hewan yang sakit tersebut tersebar di beberapa kecamatan, dan sebagian di antaranya telah mati.
"Sampai dengan tanggal 13 Januari, ada 280 ekor yang terkena suspect PMK. Sedangkan untuk yang mati masih kita pastikan penyebab kematian dan kita data dari petugas lapangan," ujar Lutfi Nurrohman kepada detikJatim, Kamis (16/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski belum merinci jumlah sapi yang mati, Lutfi menyebut Kecamatan Temayang menjadi wilayah dengan kasus kematian sapi terbanyak akibat suspect PMK.
"Sementara Kecamatan Temayang," singkat Lutfi Nurrohman.
Sementara itu, Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro mengakui keterbatasan tenaga lapangan untuk menangani wabah ini. Saat ini, hanya terdapat 28 mantri ternak yang bertugas di 28 kecamatan di Bojonegoro.
"28 orang, per kecamatan 1 orang baik medis maupun paramedis," tambahnya.
Sementara itu, beberapa sapi di Kecamatan Sumberejo dilaporkan mati akibat PMK. Salah satu warga, Mbah Run, menyebutkan bahwa dalam satu pekan terakhir, tiga ekor sapi milik seorang pedagang mati secara bersamaan.
"Mati telu bareng nok Wotan bakul sapi sing duwe (Mati tiga bersamaan di Wotan punya penjual sapi)," ujar Mbah Run di Pasar Sapi Kedungbondo.
(irb/hil)