Habib Bahar bin Smith kembali menjalani sidang atas dugaan penyebaran berita bohong saat ceramah di Bandung menghiasi pemberitaan di Jawa Barat (Jabar) hari ini. Ada juga aksi demo ribuan orang yang terdiri dari mahasiswa dan warga yang menolak wacana jabatan Presiden 3 periode di Sukabumi.
Berikut rangkuman Jabar Hari Ini, Selasa (12/4/2022).
Habib Bahar Bantah Sebar Hoaks
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habib Bahar bin Smith membantah telah menyebarkan berita bohong dalam ceramahnya. Bahar mengklaim apa yang disampaikan sesuai dengan fakta.
"Saya sebentar secara lisan saja," ucap Bahar di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Selasa (12/4/2022).
Pernyataan lisan Bahar atas keberatan dakwaan jaksa itu disampaikan usai tim kuasa hukum membacakan eksepsi. Bahar kemudian diberi kesempatan oleh majelis hakim yang diketuai Dodon Rusdani untuk menyampaikan secara lisan.
Bahar kemudian berbicara di hadapan hakim. Pada poin pertama, Bahar menyoroti soal dakwaan yang menyebut Habib Rizieq Shihab dipenjara akibat Maulid Nabi yang dianggap jaksa dalam dakwaannya keliru dan bernarasi bohong. Menurut Bahar, tak bisa dipungkiri bila Rizieq Shihab dipenjara lantaran menggelar Maulid Nabi.
"Intinya tidak bisa dipungkiri bahwasannya Habib Rizieq beliau dimasukan ke penjara ada keterkaitan Maulid Nabi. Dari sekian banyak yang melakukan Maulid Nabi kenapa hanya beliau? Kalau alasannya karena pelanggaran prokes harusnya beliau itu dimasukkan penjara bukan prokes Petamburan, harusnya di bandara, karena massa jumlah umat di bandara lebih banyak kenapa harus di Petamburan?," ucap Bahar.
Bahar juga menyoroti soal dakwaan jaksa terkait kematian enam laskar FPI yang dalam ceramah Bahar di Kabupaten Bandung menyebut bila enam laskar FPI itu meninggal karena dibantai, bahkan kemaluannya dibakar.
Menurut Bahar, apa yang disampaikan dalam ceramahnya itu sesuai dengan buku TP31 yang bahkan sudah diserahkan ke DPR hingga Presiden. Bahkan di akhir sidang, Bahar menyerahkan buku tersebut ke hakim.
"Jaksa mendakwa saya melalukan berita bohong enam laskar dibakar kemaluan, dibantai, disiksa. Nah ingin saya sampaikan bahwasanya itu semua saya dapatkan dari buku TP31 yang sudah diserahkan ke DPR dan ke presiden dan diartikan dalam bahasa Inggris dan diberikan ke seluruh dubes negara asing dan diberikan kepada Komnas HAM PBB," tutur dia.
Bahar turut mempertanyakan soal ceramahnya yang menimbulkan keonaran. Menurut dia, justru keonaran terjadi usai dirinya dilaporkan. Malahan, Bahar mempertanyakan apa kaitannya lebih dari 8 ponpes di Garut dengan ceramahnya di Kabupaten Bandung.
"Jika menimbulkan keonaran, mana keonarannya? Karena keonaran ketika dilaporkan. Ketika saya dilaporkan ada keonaran. Kenapa hanya ulama dan beberapa ulama di Garut saja yang resah padahal ceramah saya di Bandung bukan di Garut," kata Bahar.
Pemukul Ade Armando Diisukan Warga Sukabumi
Nama Abdul Latip, warga Kampung Panaruban Desa/Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi tiba-tiba viral di media sosial. Dalam narasi yang disertakan, ia disebut-sebut terlibat aksi di Jakarta. Ia juga disebut terlibat penganiayaan Dosen UI sekaligus pegiat media sosial Ade Armando.
Belum adanya penetapan atau keterangan polisi soal status Abdul Latip membuat bingung pihak keluarga Abdul Latip di Sukabumi. Orang tua Abdul hanya menyebut putra mereka pamit bekerja ke Jakarta, 5 hari yang lalu. Setelah itu, tidak ada kabar lagi sampai tiba-tiba fotonya tersebar di media sosial.
"Benar itu warga Kecamatan Tegalbuleud, kepada orang tuanya yang bersangkutan pamit ke Jakarta lima hari yang lalu untuk bekerja, setelah itu tidak ada kabar lagi," kata Antono kepada detikJabar, Selasa (12/4/2022).
Antono juga mengaku belum mengetahui keberadaan Abdul Latip, begitu juga dengan pihak keluarga. Meski begitu, ia mengakui mendapat kabar pria tersebut diamankan polisi di Jakarta. Namun hal itu disebut Antono merupakan wewenang kepolisian untuk memberikan informasi.
"Kami masih menelusuri dengan muspika, sejak kemarin belum pulang ke rumah, pamit kerja. Yang pasti dia bukan mahasiswa namun memang pernah ikut pesantren di daerah Jampang Kulon, (soal diamankan) mungkin dari kepolisian. Kami hanya sebatas mengecek kebenaran identitas saja ya," ujar Antono.
Antono menungkapkan sosok Abdul Latip bukan mahasiswa. Dia menjelaskan lelaki tersebut mengaku sudah beberapa hari berada di Jakarta. Tiba-tiba saja Abdul Latif muncul di tengah massa aksi unjuk rasa dan diduga memukul pegiat media sosial serta dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando.
Tapi, Abdul Latip dalam video yang beredar itu terlihat berkaus merah dan memakai seragam mirip almamater. "Kepada orang tuanya, bersangkutan pamit ke Jakarta lima hari yang lalu untuk bekerja. Setelah itu, tidak ada kabar lagi," ucap Antono.
Kapolsek Tegalbuleud, AKP Deni Miharja mengatakan pihaknya sudah mengecek soal identitas berikut alamat Abdul Latip. Ia membenarkan bahwa Abdul Latip merupakan warga Kampung Panaruban Desa/Kecamatan Tegalbuleud. Deni juga merinci keberangkatan Abdul Latip mulai dari kediamannya sampai ke Jakarta.
"Kami beserta anggota melaksanakan pengecekan ke rumah orangtua atas nama Abdul Latip yang diduga sebagai pelaku penganiayaan sewaktu demo di depan gedung DPR RI, keterangan dari orang tuanya bahwa saudara Abdul Latip berangkat dari rumah tujuan ke Jakarta," kata Deni, Selasa (12/4/2022).
Menurut Deni, Abdul berangkat menggunakan motor lebuh dulu ke Kecamatan Surade, setelah itu ia berangkat bersama teman-temannya ke Jakarta.
"Dia berangkat dengan menggunakan sepeda motor ke Surade, kemudian dari Surade langsung ke Jakarta beserta rekan-rekannya. Orang tuanya memastikan, bahwa Abdul Latip adalah anaknya," lanjut Deni.
Sementara itu, Denda, Kasi Trantib Kecamatan Tegalbuleud, menjelaskan latar belakang Abdul Latip dari keluarga biasa. Ayahnya adalah seorang penyadap kelapa, pendidikan Abdul Latip juga hanya lulusan SMP.
"Dia orang biasa malahan tamatan SMP orang kampung. Ayahnya seorang penyadap kelapa, orang biasa hari-harinya tinggal di Panaruban. Minta izin ke Jakarta sampai hari ini belum pulang. Orang tua enggak tahu (soal dugaan ikut aksi di Jakarta) tahunya ke Jakarta itu saja," ujar Denda.
Denda mengaku pihak keluarga belum mengetahui nasib terkini Abdul Latip. "Belum tahu posisinya dimana, belum ada kabar apakah ditangkap atau diamankan atau apa. Orang tua malah kebingungan berangkat dari rumah katanya 5 hari yang lalu, belum ada keterangan. Kalau (soal foto Abdul Latip viral), orang tua sudah tahu tapi mereka juga masih kebingungan kok sampai seperti ini," pungkas Denda.
6 Kobra di Jalur Rel Kereta Cicalengka
Tim Perawatan Jalan Rel dan Jembatan (regu JJ) PT KAI Daop 2 Bandung dikejutkan dengan kawanan ular kobra di bawah rel kereta api di Haur Pugur Cicalengka, Kabupaten Bandung, Selasa (12/4/2022). Ada 6 ular kobra hitam berukuran 1,5 meter bergerak-gerak.
"Pada kaget, itu jam 9.00 WIB pas lagi periksa rel," ujar Bagus salah seorang anggota Regu JJ pada detikJabar.
Tim yang berujumlah 7 orang itu pun ketakutan dan tak berani mendekat atau menangkap. "Karena taruhannya nyawa kalau kena patok kobra mah," katanya.
Akhirnya ular-ular itu kabur ke area sawah setelah diusir oleh anggota tim. "Ularnya kabur ke sawah," sebut Bagus.
Tak jauh dari lokasi penemuan 6 ular kobra, ditemukan satu ular kobra lainnya namun kondisinya sudah mati. "Kepalanya udah enggak ada, sepertinya terlindas kereta," ungkapnya.
Ia menuturkan, sebenarnya keberadaan ular itu sebenarnya tidak mengganggu dari sisi mobilitas kereta. "Hanya dikhawatirkan jika diam di bawah rel terus, nanti membesar," kata Bagus.
Setelah diusir, regu JJ pun kembali melanjutkan pekerjaan merapikan rel yang tercecer di pinggir jalan rel.
Identitas Mayat Perempuan di Sungai Citarum Terungkap
Identitas mayat wanita tanpa busana yang ditemukan mengapung di aliran Sungai Citarum, Kampung Sinarmukti, Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), akhirnya terungkap.
Mayat yang saat itu ditemukan tanpa identitas diketahui bernama Roroh Rohaning (45), warga Kampung Ciluncat, Desa Tegal Sumedang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.
Kapolsek Batujajar Kompol Nana Supriatna menyebut terungkapnya identitas korban setelah ada pihak yang datang ke Mapolsek Batujajar pada Selasa (12/4/2022) siang dan mengaku sebagai keluarga korban.
"Iya identitasnya sudah diketahui karena ada seorang perempuan yang data ke kita (Polsek Batujajar) mengaku pihak keluarga" ungkap Nana kepada wartawan di Polsek Batujajar.
Nana menyebut setelah ciri-ciri dan identitasnya dicocokkan, mayat tanpa busana tersebut memang benar merupakan saudara dari pelapor.
"Sudah dipastikan oleh keponakan korban dan membenarkan itu adalah bibinya. Itu berdasarkan hasil pencocokkan ciri-ciri mayat yang kita temukan dengan pihak keluarga," kata Nana.
Merujuk pada keterangan pihak keluarga, korban diduga tergelincir ke aliran Sungai Citarum di dekat kediamannya. Apalagi pihak keluarga menyebut semasa hidupnya korban kerap berendam di aliran sungai tersebut.
"Jadi diduga tergelincir dan terbawa arus dari Rancaekek sampai ke sini (Batujajar). Dari situ kita juga tidak temukan tanda kekerasan pada tubuh korban jadi dia murni terbawa arus hingga bermuara di (Sungai Citarum) Desa Selacau," tutur Nana.
Saat ini pihak keluarga sudah bertolak ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) tempat korban diautopsi setelah ditemukan mengambang di Sungai Citarum.
"Sekarang proses pengambilan jenazahnya di rumah sakit untuk dibawa ke rumah dula dan dimakamkan. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit juga," ujar Nana.
Demo Mahasiswa-Warga Berlanjut di Sukabumi
Ribuan orang turun ke jalan dan berkumpul di depan gedung Balai Kota Sukabumi. Tak hanya mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Aliansi Rakyat Sukabumi Menggugat, terlihat juga beberapa masyarakat ikut melakukan aksi demonstrasi mulai dari serikat petani hingga ormas Laskar Fi Sabilillah.
Pantauan detikJabar di Balai Kota, Selasa (12/4/2022), massa demonstrasi tiba sekitar pukul 14.30 WIB. Mereka membawa berbagai bendera organisasi dan universitas.
Sebelum melanjutkan aksi ke depan gedung DPRD Kota Sukabumi dan berakhir di Tugu Adipura, massa melakukan orasi di depan Balai Kota Sukabumi. Para petugas gabungan juga bersiaga di depan gerbang dan halaman Balai Kota, sama halnya dengan dua kendaraan water canon.
Berbagai atribut demo terpampang di depan Balai Kota, mulai dari spanduk hingga papan bertuliskan tuntutan massa aksi. Misalnya seperti tulisan 'Tolak Kenaikan Harga BBM,' 'Tolak Kenaikan Harga Minyak,' 'Tolak Kenaikan Harga Pupuk & Obat Tanaman' dan lain-lain.
"Kita memperjuangkan hal-hal yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia. Jangan sekali-sekali anggap kami musuh. Bukankah kita berjuang untuk rakyat? Maka kita harus bersama-bersama," kata salah satu orator dari perwakilan Laskar Fi Sabilillah.
Lebih lanjut, massa mengajak agar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi untuk turun ke jalan dan ikut melakukan longmarch hingga Tugu Adipura.
"Kita tunggu Wali Kota Sukabumi, jika tidak ingin ikut ke (Tugu) Adipura kita tidak percaya kepada pemerintah Kota Sukabumi. Begitupun di DPRD, ketika ketua DPRD tidak berani dan tidak ikut kita ke Tugu Adipura kita pertanyakan keberpihakannya," seru orator tersebut melalui pengeras suara.
Mereka juga menuntut agar wali kota menemui massa dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Mulai dari permasalahan mafia minyak, kelangkaan pertalite, kenaikan BBM dan reforma agraria.
"Sekali lagi Pak Wali Kota untuk bagaimana bisa menjawab keresahan masyarakat. Harusnya pemerintah Sukabumi mampu menstabilkan harga, mencukupi minyak goreng, bisa memastikan pertalite yang disubsidi dan digunakan masyarakat," katanya.
"Temui kami di Adipura jika memang bapak (Wali Kota) bisa menjawab keresahan kami," pungkasnya.
Hingga selepas waktu berbuka puasa, massa aksi yang terdiri dari mahasiswa, buruh, petani hingga pengemudi ojek online memutuskan untuk bertahan di Tugu Adipura, Kota Sukabumi. Mereka menuntut kehadiran Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi, DPRD Kota Sukabumi dan perwakilan DPR RI.
Massa aksi berbuka puasa bersama di Tugu Adipura. Dari mobil komando, para pengunjuk rasa bergantian menggaungkan tuntutan soal kenaikan harga BBM, kelangkaan pertalite dan minyak goreng serta tuntutan lainnya.
"Kalau untuk aksi di Adipura ini kita menunggu, karena informasi di Balai Kota dan DPRD untuk menjemput mereka datang menyampaikan pendapat mereka di sini. Karena memang tadi komitmen kita tidak mau menerima pernyataan siapapun sampai mereka mau menemui kami di sini," kata Ketua PMII Kota Sukabumi Syahrul Umar kepada awak media, Selasa (12/4/2022).
Pihaknya menegaskan sebelum para pejabat hadir di lokasi, massa tidak akan membubarkan diri. Beberapa petugas terlihat masih berjaga di sekitar area Tugu Adipura.
"Kami tegaskan kita tidak akan membubarkan diri ketika Walkot, DPRD dan perwakilan DPR RI tidak mau menemui kami di sini untuk menjawab tuntutan yang kita adukan," ujarnya.
"Kami berikan kebebasan kepada peserta baik dari kampus manapun, elemen apapun untuk berorasi, puisi atau teatrikal atau bereksis di sini. Kami mencoba untuk membangun komunikasi agar kemudian ini sampai," sambungnya.
Ada 5 tuntutan yang mereka bawa dalam aksi kali ini. Pertama, menolak kenaikan harga BBM, mengkritisi kenaikan harga bahan pokok, menuntut tanggung jawab pemerintah atas kelangkaan minyak goreng, menuntut adanya pemulihan ekonomi nasional dan kelima menolak alokasi anggaran pemindahan ibu kota negara (IKN).
(ral/tey)