7 Fakta H Endang, Crazy Rich Karawang yang Cuma Lulusan SD

7 Fakta H Endang, Crazy Rich Karawang yang Cuma Lulusan SD

Yuda Febrian Silitonga - detikJabar
Rabu, 13 Apr 2022 03:15 WIB
H Endang (62) pengusaha jembatan perahu yang viral membeli mobil pajero dengan uang koin.
Crazy Rich Karawang H Endang (Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar)
Bandung -

Muhammad Endang Junaedi yang populer disapa H Endang menjadi sorotan publik. Tak hanya soal bisnis jembatan perahunya yang meraup cuan Rp 25 juta per hari, ia juga membuat heboh usai membeli mobil setengah miliar Rupiah dengan uang koin.

Simak fakta-faktanya :

1. Hanya Tamatan Sekolah Dasar

Di balik kesuksesannya sekarang, pada masa muda dulu, H Endang hanya anak tentara yang gagal melanjutkan sekolah. H Endang menuturkan bahwa ia hanya sekolah sampai bangku kelas dua sekolah menengah pertama (SMP).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bapak saya mantan tentara dan saya SMP juga tidak lulus, jadi terakhir pendidikan itu SMP kelas dua," kata H Endang kepada detikJabar, saat diwawancarai di jembatan perahunya, Jumat (8/4/2022).

2. Mengawali Karir jadi Sopir

Pada tahun 1977 menjadi awal karir H Endang, pasca tidak melanjutkan sekolahnya, Endang muda mulai belajar mengemudikan kendaraan milik kerabatnya. Dari proses belajar itulah, ia kemudian mampu menjadi seorang sopir yang andal untuk membawa penumpang.

ADVERTISEMENT

Selama satu tahun, ia menjadi sopir angkutan umum dan berpenghasilan sekitar Rp 200 hingga Rp 300 per hari.

"Jadi kalau penumpangnya penuh dapat 300 perak per harinya," bebernya.

3. Jadi Sopir, Istri Jadi Kondekturnya

Selang setahun pernikahannya, ia lalu dikarunia anak pertama. Di masa itulah, ia lalu bekerja lebih giat untuk menafkahi keluarganya. Bahkan, sang istri pun ikut menjadi bagian dari pekerjaannya.

"Jadi saya kembali angkut penumpang, jadi supir elf dan istri ikut jadi keneknya (kondektur) dulu itu saya angkut penumpang dari Klari ke Cikampek dan kadang ke Wadas," terangnya.

Setelah itu, pada tahun 1984 sampai 1986 ia bekerja sebagai supir mobil box di sebuah perusahaan penyedap rasa. Pekerjaan itu, ia lakoni selama dua tahun.

Usai bekerja sebagai supir box, ia akhirnya membuka sebuah warung yang berada di kompleks area parkir mobil-mobil angkutan umum milik kakaknya.

"Terus saya akhirnya buka warung itu juga disuruh kakak, katanya buka di dekat rumah makan kakak yang lokasinya menjadi kompleks parkir mobil-mobil angkutan umum," katanya.

4. Sempat jadi Office Boy dan Tak Digaji

Pada tahun 1989 ia mengambil peluang kerja menjadi seorang OB di pabrik rotan di desanya. Namun selang setahun perusahaannya pailit.

"Saya sempat tidak digaji selama 3 bulan di pabrik rotan terus teman-teman yang lain itu pada demo, tapi saya ikhlas saja lah, karena saat itu pabrik sudah benar-benar bangkrut," katanya.

5. Pergi Haji dan Kemudahan Rezeki

Dan kemudian, dari hasil tabungannya selama bekerja ia lalu memutuskan untuk pergi haji. Meski, ia mengaku memaksakan diri untuk berangkat.

"Jadi 91 saya paksakan untuk pergi haji karena sudah niat, jadi saat itu biayanya 5 juta dan saya ambil uang tabungan dan mengutang ke bank juga menggadaikan motor Astrea prima saya," ucapnya.

Pasca naik haji itulah, ia mengaku dimudahkan dari urusan mencari rezeki. Berbagai peluang pun akhirnya bermunculan, salah satunya ia dipercaya menjadi suplier bahan bangunan untuk proyek.

"Jadi setelah haji, saya mulai manjadi penyuplai bahan bangunan ke proyek-proyek dan Alhamdulillah selalu lancar dan dimudahkan," ucapnya.

6. Ekspansi Bisnis

Dari relasi di proyek tersebut, ia kemudian ditawari untuk mengolah limbah sebuah perusahaan. Perusahaan demi perusahaan limbahnya ia tampung dan akhirnya ia mulai dikenal sebagai 'pemain limbah'.

"Di proyek itu saya bertemu banyak relasi yang menawarkan usaha pengelolaan limbah, dan di situlah saya tertarik menjadi pemain limbah perusahaan," ungkapnya.

Dari pemain limbah itu, pada tahun 2000 ia mencoba merambah ke usaha jasa angkut atau ekspedisi. Ia pun mendapatkan kontrak kerjasama dengan sebuah perusahaan multinasional hingga tahun 2004.

7. Buat Jembatan Perahu Berpenghasilan Rp 25 juta per hari

Jadi Pengusaha Jasa Penyebrangan Jembatan Perahu

Keberuntungan lain pun menghampiri H Endang, setelah salah satu tokoh masyarakat di desanya meminta ia membuat sebuah jembatan agar perekonomian terbangun.

"Desa Anggadita itu dulu memang bisa dikatakan terisolir dari segi perekonomiannya, karena akses jalan, terus H Usuf tokoh masyarakat meminta kepada saya untuk buatkan jembatan penghubung dari kawasan industri ke desanya," bebernya.

Dari permintaan itulah, ia lalu meminta izin ke Bupati (Saat itu masih dipimpin Dasim) untuk menghidupkan akses jalan.

"Bupati Dasim saat itu mengiyakan meski terkesan biasa saja menanggapinya," ungkapnya.

Setelah mendapat izin, ia lalu membuat tim untuk membangun akses jalan. Salah satu ide yang muncul saat itu adalah dengan membuat perahu eretan.

"Jadi konsep awal saya nyontek ke desa tentangga yang membuat akses penghubung di Citarum dengan perahu eretan, dan dari situ saya dan tim lalu beli dua perahu, dulu harganya Rp 5 juta per perahu," katanya yang juga paman dari Wakil Bupati Karawang Aep Syapuloh ini.




(yum/bbn)


Hide Ads