Ritual menghentikan hujan memang sudah turun temurun ada di Indonesia. Tidak diketahui persis sejak kapan ritual ini ada. Yang pasti, banyak yang meyakini keberadaan pawang hujan ampuh memindahkan atau menunda turunnya hujan di suatu lokasi.
Mengomentari hal itu akademisi dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Mas Nanu Munajar mengungkapkan jika tugas pawang hujan bukanlah menolak turunnya hujan, namun hanya memindahkan atau menunda saja.
"Kalau sejarahnya saya juga kurang begitu hapal tapi pada intinya sudah ada sejak lama. Kaitannya untuk mengalihkan hujan ke tempat lain atau menahan ya, tidak menampik rezeki dari tuhan tapi agar suatu kegiatan itu lancar," kata pria yang akrab disapa Bah Nanu ini saat dihubungi detikJabar, Senin (21/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain sebagai akademisi, Bah Nanu diketahui juga merupakan salah satu pawang hujan yang ada di Bandung. Bah Nanu mengungkapkan, dalam ritualnya pawang hujan memiliki cara masing-masing ketika beraksi.
![]() |
Namun secara pribadi, Ia menggunakan cara salat jika ingin memindahkan atau menunda turunnya hujan. Bah Nanu mengaku pertama kali menjadi pawang hujan pada tahun 1995 silam.
"Kalau Abah dulu awal memindahkan hujan saat zaman Gubernur Jabar itu Nana Nuriana tahun 1995 kalau gak salah. Waktu itu mau ada acara tapi cuaca mau hujan. Terus Abah salat mutlaq disitu, baca doa dan amalan-amalan," ungkapnya.
Saat beraksi, Bah Nanu menjelaskan jika ada beberapa amalan yang harus dibaca saat sedang salat. Selain itu Bah Nanu juga harus menyampaikan 'permintaan' agar hujan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Mintanya bismillahirrahmanirrahim demi Allah demi Allah, gusti abdi bade ngalihkeun hujan dinten ieu jam sabaraha ka jam sabaraha kanggo kelancaran kegiatan ieu, gitu ngomongnya. Kalau doanya ada beberapa amalan-amalan yang diucapkan," ujar Bah Nanu.
Selain dengan salat, menurut dia ada juga pawang hujan yang menggunakan media lain. Bah Nanu menyebut media tersebut dengan meminjam khodam.
"Caranya ada yang meminjam khodam juga, pakai kemenyan dengan mantranya gitu. Jadi caranya ada yang dengan salat dan minjam khodam lah istilah Abahnya, jadi masing-masing pawang dan daerah beda-beda medianya," ujarnya.
Dapat 'Job' untuk Acara Akbar
Masih kata Bah Nanu, biasanya pawang hujan mendapat 'job' untuk acara-acara pernikahan, event hingga kegiatan outdoor lainnya. Saat ini masih banyak kalangan yang mengandalkan jasa pawang hujan.
"Sekarang masih banyak yang minta, kemarin hari Minggu ada pernikahan kan acaranya di outdoor ya jadi biar gak hujan. Terus tanggal 30 besok juga ada di Lembang. Kalau caranya sendiri dari dulu sampai sekarang ya begitu, beda-beda gak berubah," tutur dia.
Saat beraksi, Bah Nanu menceritakan tak jarang pawang hujan saling 'berperang' untuk memindahkan hujan ke suatu titik. Hal itu disebabkan karena masing-masing pawang tidak mengetahui ada pawang lain yang bertugas di lokasi berbeda.
Bah Nanu juga mengomentari aksi pawang hujan di Sirkuit Mandalika yang saat ini viral. Menurutnya si pawang hujan tersebut sengaja berjalan menyusuri sirkuit untuk mempertontonkan aksinya.
"Kalau yang di Mandalika itu demo ya dia, sebenernya gak perlu jalan-jalan gitu bisa diam aja juga. Tapi itu demo dia begitu, kalau abah mah nyumput kebanyakan. Jadi memang pawang punya cara masing-masing," tandasnya.
(bba/yum)