Cerita di Balik Temuan Ratusan Fosil Hewan Purba di Sumedang

Cerita di Balik Temuan Ratusan Fosil Hewan Purba di Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Kamis, 17 Mar 2022 13:46 WIB
Fosil gigi Stegodon di Sumedang
Fosil hewan purbakala. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Sejumlah fosil hewan purbakala banyak ditemukan di Desa Jembarwangi dan Desa Darmawangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang. Fosil-fosil itu diperkirakan berusia 1,5 sampai 2 juta tahun lalu.

Pamong Budaya dari Bidang Kebudayaan, Disparbudpora Sumedang, Suhadi mengatakan, fosil-fosil hewan purbakala di Sumedang pertama kali ditemukan sekitar tahun 2006. Saat itu yang pertama ditemukan adalah gigi stegodon.

"Dari sana, peneliti-peneliti mulai masuk ke Desa Jembarwangi, seperti peneliti dari Balai Arkeologi, ITB, termasuk peneliti dari Jerman," ungkap Suhadi yang duduk berdampingan dengan Kepala Bidang Kebudayaan, Disparbudpora Sumedang, Budi Akbar saat diwawancarai detikjabar beberapa hari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhadi mengatakan, saat adanya temuan fosil di Desa Jembarwangi, masyarakat saat itu masih awam dan belum memahami atau dapat membedakan antara fosil dengan batuan biasa.

"Sehingga soal fosil belum terangkat ke permukaan hanya peneliti saja saat itu yang paham, sehingga pihak desa pun saat itu tidak mengetahui peneliti itu sedang melakukan penelitian apa," paparnya.

ADVERTISEMENT

Suhadi melanjutkan, warga Desa Jembarwangi baru mengetahui betul banyaknya peninggalan fosil hewan purbakala di daerahnya saat ada kegiatan ekskavasi dari Balai Arkeologi pada sekitar tahun 2018.

"Pada waktu penelitian itu, para peneliti melaporkan bahwa banyak ditemukan peninggalan fosil hewan purbakala dan warga yang membantu pekerjaan Balai Arkeolog saat itu akhirnya menjadi paham untuk membedakan mana fosil dan mana batu biasa," terangnya.

Dari situ, lanjut Suhadi, banyak warga yang mulai melaporkan atas temuannya baik kepada Dinas ataupun pihak terkait lainnya.

"Jadi warga yang dulunya membantu pekerjaan balai arkeolog, semisal saat sedang di kebun dan menemukan fosil mereka langsung melaporkan kepada dinas dan pihak terkait lainnya," terangnya.

Para arkeologi memperkirakan bahwa fosil-fosil yang ditemukan di Desa Jembarwangi dan Darmawangi merupakan fosil peninggalan hewan purbakala 1,5 juta sampai 2 juta tahun lalu.

Kepala Bidang Kebudayaan dari Disparbudpora Sumedang, Budi Akbar menyebutkan, fosil yang telah ditemukan sejauh ini jumlahnya ada sebanyak 677 fosil. Fosil-fosil berbagai ukuran dan jenis itu, kini untuk sementara dititipkan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Museum Geologi Bandung.

"Ada juga temuan-temuan fosil yang terbaru untuk sementara kita simpan di Desa Jembarwangi dan Desa Darmawangi," ungkapnya.

Fosil hewan purba yang ditemukan di SumedangFosil hewan purba yang ditemukan di Sumedang Foto: Nur Azis/detikJabar

Menurut peneliti, lanjut Budi, fosil hewan darat banyak ditemukan di Desa Jembarwangi. Sementara untuk fosil hewan laut banyak ditemukan di Desa Darmawangi. Kedua desa tersebut masuk di wilayah Kecamatan Tomo.

"Seperti fosil gigi hiu dan kerang moluska itu ditemukan di Darmawangi karena posisinya lebih rendah, sementara untuk fosil-fosil hewan darat lebih banyak ditemukan di Jembarwangi karena posisi geografis desanya berbukit-bukit," terangnya.

Budi memaparkan, selain meneliti temuan fosil, para peneliti juga saat itu melakukan penelitian terkait lokasi. Dari sana diketahui bahwa Sungai Cisaar yang berada di Desa Darmawangi merupakan sungai purba.

"Jadi menurut peneliti saat terangkatnya pulau Jawa, Sungai Cisaar menjadi sumber kehidupan bagi mahkluk hidup saat itu, itu terjadi pada sekitar 5 juta sampai 5,5 juta tahun lalu," papar Budi.

Bentuk Tim Pelindung Warisan Kepurbakalaan

Budi mengatakan, sebagai upaya melindungi warisan kepurbakalaan, pada tahun 2021 lalu telah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) dari pihak terkait bersama swadaya masyarakat dari Desa Jembarwangi dan Desa Darmawangi.

"Jadi saat itu kita telah berembug di Desa Jembarwangi bersama pihak desa yang turut dihadiri Kapolsek setempat, dimana disepakati bahwa desa membuat peraturan terkait pembentukan satgas kepurbakalaan, jadi pengamanannya swadaya dari warga dan alhamdulillah warga sangat sadar terkait penyelamatan warisan budaya ini," ungkap Budi.

Budi mengatakan, pihaknya bukan tanpa alasan melibatkan warga sebagai satgas, lantaran selain fosil-fosil itu ditemukan diperbukitan dan sungai, fosil yang ditemukan juga banyak berada di area lahan warga.

"Jadi pengamanan dilakukan juga secara internal oleh warga sebagai upaya melindungi warisan kepurbakalaan di Sumedang dari para peneliti-peneliti ilegal," ujarnya.

Menurutnya, temuan fosil ini merupakan hal sangat penting untuk dijaga secara bersama-sama. Pasalnya, selain menambah khazanah kebudayaan juga menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi bangsa Indonesia.

Terkait hal itu, tambah Budi, maka sudah seharusnya Sumedang memiliki Museum khusus kepurbakalaan.

"Karena tidak semua daerah ada temuan fosil seperti di Sumedang dan ini menjadi kekayaan tersendiri sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan, khususnya terkait peradaban di Sumedang, tentunya ini juga akan berpengaruh pada sektor pariwisata," terangnya.




(yum/bbn)


Hide Ads