Bimbang Pahlawan Jebolan STM, Karir di Jerman atau Mengabdi untuk Negeri?

Bimbang Pahlawan Jebolan STM, Karir di Jerman atau Mengabdi untuk Negeri?

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 06 Mar 2022 14:00 WIB
Jusuf Kalla dan Yuyun.
Yuyun Muharam dan Jusuf Kalla (Foto: Repro)
Sukabumi -

Sebuah kesempatan besar menghampiri Yuyun Muharam, jebolan STM Negeri Garut itu dipercaya untuk bekerja di salah satu perusahaan energi di Jerman pada Oktober 2011. Tidak mudah bagi warga luar Eropa berkarir di perusahaan tersebut, ada tes sulit yang harus dihadapi, namun hal itu dilalap habis oleh Yuyun sampai kesempatan itu pun datang.

Penghasilan tinggi dengan serangkaian fasilitas menarik, menanti Yuyun saat itu. Di sisi lain sebuah tawaran juga datang. Di bulan Oktober 2011 sebuah undangan pertemuan, datang dari keluarga besar Jusuf Kalla, permintaan itu datang kepada 3 orang salah satunya Yuyun.

"Januari 2012 itu saya harusnya berangkat ke Jerman, karena sudah lulus tes di Siemens Hydro. Namun pada Oktober 2011 saya mendapat undangan meeting dengan keluarga bapak Jusuf Kalla saya dengan tiga orang untuk bergabung dengan Bukaka Group menangani PLTA Poso 2A eksisting, saya nangani turbin dan generator, 3 x 65 megawatt. Saya masih ingat ucapan pertama beliau-beliau ini, katanya kami punya PLTA baru, tapi tidak punya tenaga ahli, yang bicara itu Pak Ahmad Kalla," kenang Yuyun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuyun memilih jujur saat itu, ia mengungkap sudah mendapat ikatan kerja dengan perusahaan di Jerman. Ia juga mengungkap kekhawatirannya tidak akan optimal menggarap pekerjaan yang ditawarkan oleh keluarga besar JK.

"Saya jawab saat itu baik saya bantu, namun mungkin tidak optimal karena ada keterikatan dengan perusahaan lain, waktu itu pak Ahmad bilang silahkan main dulu ke Poso diteliti sampai mana erection-nya, akhirnya dengan teman-teman menyetujui untuk membantu," ucap Yuyun.

ADVERTISEMENT
Jusuf Kalla dan Yuyun.Jusuf Kalla dan Yuyun. Foto: Repro

Masih di bulan Oktober di tahun 2011 Yuyun berangkat ke Poso, menurutnya persiapan peralatan pembangunan PLTA itu sudah komplit. Namun memang tidak ada ahli yang dipekerjakan, ada beberapa tenaga kerja asing (TKA) asal China saat itu, namun Yuyun khawatir dengan keahlian mereka, ia gamang hasil erection yang tidak maksimal nantinya.

"Sampai Poso ternyata alat-alat sudah lengkap namun saat itu tidak ada tenaga ahlinya, ada tenaga orang asal WN China kurang memenuhi syarat erection. atur erection-nya, akhirnya saya dengan teman-teman membantu sampai kemudian pada Desember tahun 2011 saya diingatkan oleh perusahaan Jerman bahwa awal 2012 harus berangkat ke sana," ujar Yuyun.

Sebenarnya saat itu kondisi Yuyun benar-benar kompleks, menjelang pertemuan dengan keluarga besar JK, Yuyun dihadapkan dengan kenyataan duka kepergian sang ibu, Yuliati pada Oktober 2011.

Meski dalam suasana duka, Yuyun tetap memberikan kemampuannya mengatur PLTA di Poso, ditambah dengan panggilan kerja di Jerman atau mengabdi bagi bangsa sendiri di Poso. Namun akhirnya sebuah keputusan tegas diutarakan Tuti Wahyuningsih (48) sang istri.

"Di sana saya bingung, harus saya putuskan salah satu, satu sisi perusahaan nasional membutuhkan saya, di sisi lain saya sudah test dan lulus di Union Europe, akhirnya saya minta pertimbangkan ke istri saya, harus konsul ke orang terdekat yakni istri saya. Sampai ketika istri saya berkata, sudahlah jangan berpikir ke luar negeri, bantu saja bapak Jusuf Kalla kalau bukan saya kata istri mau siapa lagi. Akhirnya saya bulatkan tekad sesuai keputusan istri untuk tetap di perusahaan nasional," kata Yuyun.

Sebenarnya ada karir lain yang menanti Yuyun saat itu, ketika dipilih maka Yuyun bisa bekerja dekat dengan keluarga di Purwakarta. Namun Yuyun tetap bulat untuk tetap memilih bersama PLTA Poso.

"Di tahun yang sama, saya ada panggilan dari Siemens Bandung, akhirnya saya tolak. Sempat berat juga karena kalau di Bandung, rumah kan Purwakarta. Namun akhirnya dibulatkan di Poso, sampai selesai tangani setting turbin di Poso, 2012 atau 2013 awal selesai 3 unit tadi. 3 x 65 megawatt," tutur Yuyun.

Yuyun mencurahkan semua kemampuan di bidang Turbin dan Generator, ia tidak yakin kalau perusahaan nasional menggunakan tenaga ahli dari China akan mendapatkan hasil maksimal.

"Untung tim saya datang, apa yang dikatakan sebagai penyelamat oleh pak JK itu betul, kalau Bukaka jatuh ke tangan ahli China bisa ancur-ancuran, saya atur sampai selesai setelah selesai waktu itu dari pihak Bukaka adiknya pak Jusuf kala memanggil saya untuk bergabung selanjutnya jadi tenaga pemeliharaannya mesin tersebut harus dipelihara, kalau bapak yang setting siapa yang pelihara, memelihara dengan keputusan teman-teman akhirnya jadi bagian maintenance di PLTA Poso," kata Yuyun.

"Dari Siemens Jerman itu masih ngotot untuk saya bekerja di sana, di 2015 pun masih menawarkan namun saya menolak. Kendati begitu hubungan kami masih baik sampai sekarang, karena menolak secara halus, saya juga diminta ke Georgia, saya tolak, sampai saat ini," pungkas Yuyun.

Diberitakan, Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) beberapa waktu lalu memuji sosok pahlawan dibalik pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso, Sulawesi Tengah. Saat itu JK menyebut lulusan STM asal Sukabumi yang pernah bekerja di luar negeri. Tamatan STM ini bak pahlawan karena bisa mengerjakan turbin itu dengan presisi.

"Mereka dapat memasang (turbin) itu dengan presisi yang luar biasa, sehingga mereka ijazah STM gajinya hampir Rp 100 miliar, eh, Rp 100 juta, karena kemampuannya presisi luar biasa dan itu sulit dilaksanakan," cerita JK saat acara peresmian PLTA Poso Energy 515 MW dan PLTA Malea Energy 90 MW di Poso, Sulawesi Tengah, yang disiarkan secara virtual dalam channel YouTube Setpres, Jumat (25/02).




(yum/bbn)


Hide Ads