Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) akhirnya mempunyai 'ratu' penguasa rimba. Pada hari ini, Sabtu (5/3/2022), seekor macan tutul betina yang diberi nama Rasi telah dilepasliarkan di kawasan TNGC. Sebelum dilepasliarkan ratu penguasa rimba TNGC ini telah menjalani masa habituasi selama 1 bulan.
Kepala Balai TNGC Kuningan Teguh Setiawan mengatakan Rasi diterima oleh pihaknya dari PPS Cikananga pada tanggal 31 Januari 2022 lalu.
"Rasi ini sudah menjalani proses rehabilitasi sekian tahun di sana (PPS Cikananga). 1 bulan diproses di sini, dihabituasi, sampai pada hari ini tanggal 5 Maret 2022. Sehingga dia sudah layak untuk dilepasliarkan," kata Teguh saat diwawancarai wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyampaikan dilepaskannya Rasi ke alam liar diharapkan bisa berjodoh dengan Selamet Ramadhan, si macan tutul jantan yang merupakan 'Raja rimba' TNGC.
Perkawinan Rasi dan Selamet ini diharapkan menambah jumlah spesies macan tutul di kawasan TNGC. Sebab, menurut pemantauan pihaknya sampai tahun 2021 satwa liar jenis macan tutul baru ada 1 individu di kawasan TNGC.
"Masuknya dia (Rasi) ke Gunung Ciremai diharapkan bisa menambah individu macan tutul di dalam kawasan (TNGC). Karena macan tutul ini sebagai spesies kunci di Taman Nasional Gunung Ciremai," ujar dia.
Sebelum dilepasliarkan, ratu penguasa rimba TNGC itu sudah dipasangi kalung Global Positioning System (GPS) untuk memantau aktivitasnya di alam liar.
"GPS ini secara satelit kita dapatkan posisinya. Ini untuk mengantisipasi dia ke areal yang sebenarnya yang tidak cocok buat dia," kata dia.
Dia menegaskan, bahwa GPS yang dikenakan Rasi dapat bertahan selama 6 bulan. "Sekitar 6 bulan. Bisa copot sendiri, jadi tanpa harus kita tangkap lagi. Jadi secara otomatis bisa lepas sendiri," jelas dia.
Saat disinggung membahayakan atau tidak terhadap pendaki Gunung Ciremai. Dia memastikan macan tutul tidak akan menyerang manusia. Apalagi saat mencium bau yang tidak dikenalnya macan tutul akan melarikan diri.
"Seminggu yang lalu kita juga mengajak temen-temen media untuk melihat langsung ke kandang. Jarak 200 meter saja terpantau dari monitor dia sudah panik. Artinya itu menunjukkan perilaku dia yang panik mencium bau asing. Sehingga kami jamin tidak akan menggangu jalannya pendakian" paparnya.
"Itu sebabnya TNGC tidak membolehkan pendakian di malam hari karena macan tutul ini aktif di saat malam. Jadi pendaki ikuti prosedur yang ada di kita," lanjutnya.
(mso/ors)