Sebuah jembatan gantung penghubung antar kampung di Sukabumi ini kondisinya sungguh memprihatinkan. Ironisnya sejak dibangun 2004 silam, jembatan itu belum tersentuh pembangunan.
Kondisi jembatan itu terungkap setelah salah seorang pembaca detikjabar, Dedi Barnadi, melapor ke email redaksi. Dalam laporannya itu dia menceritakan kondisi terkini jembatan yang menjadi satu-satunya akses bagi masyarakat Kampung Surupan, Desa Sukamanah, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Dalam sehari, setidaknya ada 150 orang yang mengandalkan jembatan ini, dari mobilitas ekonomi, pendidikan, termasuk hubungan sosial. Namun ironisnya, jembatan penyeberangan yang menggantung di atas Sungai Ciawitali Leuwi Surupam tersebut kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan," tulis Dedi yang melaporkan informasi tersebut, Kamis (17/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hebring Euy! Kopi Garut Terbaik di Asia |
detikjabar kemudian menghubungi sejumlah warga di lokasi, menanyakan langsung kondisi jembatan tersebut. Ketua RW setempat Upan Supandi membenarkan soal keadaan jembatan yang memang sudah mulai lapuk.
"Jembatan itu satu-satunya perlintasan warga. Pada tahun 2020 dan 2021 ada pemotor yang jatuh ke sungai, sampai patah-patah tulang," kata Upan.
Akibat rusaknya kondisi jembatan yang kini semakin 'horor' dilintasi, Upan dan ketua RT yang tinggal berdekatan dengan lokasi jembatan kerap melakukan penjagaan tiap pagi dan siang.
"Setiap pagi saya dan ketua RT berjaga di jembatan bantu nyebrangin anak sekolah dan warga yang melintasi di lokasi tersebut. Kondisinya licin, lapuk apalagi kalau sebelumnya kena hujan," kata Upan.
Jembatan gantung itu memiliki panjang 40 meter dengan lebar 1,2 meter. Ketinggian dari permukaan sungai kurang lebih 4 meter.
"Kalau hujan besar anak-anak sekolah, santri semuanya libur. Karena sungai banjir, warga sini pasti berdoa jangan sampai jembatan satu-satunya malah terbawa banjir. Harapan kami semoga bisa segera diperbaiki," kata Upan.
Dihubungi terpisah, Kepala Desa setempat Rahmat mengatakan selama dua tahun menjabat upaya perbaikan belum pernah dilakukan. Setahu dia perawatan dilakukan swadaya oleh warga.
Baca juga: 5 Kecamatan Terpadat di Kota Bandung |
"Perawatan ya mengganti papan kayu yang menjadi landasan, dampaknya karena kayu kalau hujan ya licin. Sejak 2004 memang tidak ada perbaikan bahkan setelah kerusakan parah seperti sekarang hanya dirawat seadanya sesuai kemampuan warga," ucap Rahmat.
Rahmat menyebut jembatan itu adalah akses satu-satunya warga setempat. Aktivitas pendidikan, ekonomi hingga pertanian harus melintasi jembatan itu.
"Ada aktivitas keagamaan, para santri kemudian anak sekolah hingga petani. Kalau harus memutar bisa dibilang enggak ada lagi akses. Kami berharap bisa segera dilakukan perbaikan," kata Rahmat.
(sya/mso)