Keresahan Usai Hancurnya Jembatan Gantung di Simpenan Sukabumi

Keresahan Usai Hancurnya Jembatan Gantung di Simpenan Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 10 Jan 2025 13:00 WIB
Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah.
Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Kegundahan menyelimuti Lisda, Kepala Sekolah SDN Pasir Pogor di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Pasca banjir bandang yang menghancurkan jembatan gantung penghubung antardesa, sejumlah siswa terpaksa berenang menyeberangi sungai demi melanjutkan aktivitas belajar.

Menurut Lisda, saat ini hanya lima siswa SDN Pasir Pogor dari Kampung Cikadaka, Desa Cidadap, yang rutin menyeberangi sungai menuju sekolah. Namun, ada sekitar 30 anak dari Kampung Naringgul yang menempuh perjalanan ke Kampung Cikadaka untuk bersekolah diniyah dengan melintasi sungai yang sama.

"Kalau anak didik kami yang belajar di SDN Pasir Pogor dari Kampung Cikadaka itu lima orang. Tapi anak-anak yang dari Kampung Naringgul dan belajar diniyah ke Kampung Cikadaka ada sekitar 30-an," ujar Lisda kepada detikJabar, Kamis (9/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jembatan gantung yang dibangun pada September 2024 oleh Yayasan Sehati Gerak Bersama sebelumnya menjadi solusi utama bagi warga dan pelajar. Namun, kehancuran jembatan akibat banjir bandang kembali memunculkan kecemasan, terutama terkait keselamatan para siswa.

Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah.Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

Lisda menyebut pihak sekolah telah mengeluarkan kebijakan agar siswa tetap di rumah saat hujan deras yang berpotensi membuat sungai meluap.

ADVERTISEMENT

"Solusinya kami sampaikan kepada orang tua siswa agar meliburkan anak-anak jika hujan deras. Belajarnya sementara dilakukan secara daring untuk mencegah risiko kecelakaan," tambah Lisda.

Menanti Respons Pemerintah

Alpon, salah seorang warga Simpenan, mengaku prihatin dengan situasi ini. Menurutnya, kondisi ini memerlukan penanganan cepat dari pihak terkait. Meski Tim P2BK dan BPBD telah meninjau lokasi, belum ada tindak lanjut yang nyata.

Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah.Para siswa di Sukabumi menembus aliran sungai untuk pergi ke sekolah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

"Kami berharap pemerintah segera turun tangan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai ada korban baru ada tindakan," ujar Alpon.

Dia juga mengkritik kemungkinan pemerintah mengandalkan bantuan relawan untuk menyelesaikan masalah ini. "Jangan sampai terkesan pemerintah menunggu sumbangan lagi dari relawan," pungkasnya.

(sya/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads