Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat Anshar yang Berani dan Fasih

Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat Anshar yang Berani dan Fasih

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 10 Des 2025 05:00 WIB
Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat Anshar yang Berani dan Fasih
Ilustrasi Tsabit bin Qais (Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30)
Jakarta -

Tsabit bin Qais adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW dari kalangan Anshar. Ia terkenal sebagai orator ulung dan salah satu juru tulis Rasulullah SAW.

Tsabit memiliki nama lengkap Tsabit bin Qais bin Syammās bin Umru al-Qais bin Malik bin Haritsah ibn Tsa'labah bin Ka'ab bin al-Khazraj bin al-Harits bin al-Khazraj al-Ḥārithī al-Khazrajī.

Sebagai tokoh terkemuka dari kaum Anshar, Tsabit bin Qais memiliki peran besar dalam perjalanan dakwah Islam di Madinah. Ia termasuk figur yang dihormati karena kemampuan berbicara, ketegasan, dan kecerdasannya dalam menyampaikan pesan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaum Anshar dikenal sebagai penduduk asli Madinah yang memberikan perlindungan dan tempat tinggal bagi kaum Muhajirin, dan Tsabit bin Qais menjadi salah satu pemimpin penting di antara mereka. Kontribusinya menunjukkan bagaimana para sahabat bahu-membahu memperkuat fondasi umat Islam di masa awal.

Kisah Tsabit bin Qais

Dalam studi yang dipublikasikan di repositori Universitas Syarif Kasim Riau berjudul Khulu' Perspektif Hadits (Analisis Penyebab Khulu' Tsabit bin Qais) oleh Alfiah Rafika dijelaskan tentang biografi Tsabit bin Qais.

ADVERTISEMENT

Tsabit bin Qais bin Syammās bin Umru al-Qais al-Khazrajī adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW dari kalangan Anshar. Ia termasuk generasi awal penduduk Madinah yang masuk Islam dan dikenal karena kepandaiannya dalam berbicara serta kesetiaannya pada Rasulullah SAW.

Keislaman Tsabit bermula ketika ia mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dari Mush'ab bin Umair, seorang dai yang dikirim dari Makkah untuk berdakwah di Madinah. Suara Mush'ab yang merdu, dipadu dengan penghayatan dan tekanan kata-kata yang indah, membuat Al-Qur'an langsung menembus hati dan pikirannya.

Ayat-ayat suci itu menguasai hatinya, mengisi pikirannya dengan petunjuk dan hikmah, serta menenangkan jiwanya. Allah Ta'ala melapangkan dadanya untuk menerima Islam, sehingga ia menjadi salah satu sahabat yang paling awal bergabung di bawah panji Nabi SAW.

Sebagai bagian dari kaum Anshar, Tsabit memiliki posisi penting dalam masyarakat Madinah. Tsabit termasuk tokoh pemimpin yang dihormati karena kepandaiannya dalam menyampaikan nasihat dan pendapat.

Tsabit juga dikenal sebagai orator ulung yang mampu berbicara dengan fasih dan penuh keyakinan. Keahliannya ini membuatnya sering menjadi juru bicara Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan yang menuntut keberanian dan kefasihan berbicara.

Suatu ketika datang utusan dari Bani Tamim ke Madinah untuk menunjukkan kebanggaan suku mereka. Mereka membawa penyair dan juru bicara terbaik agar bisa menyampaikan keunggulan dan kebesaran kaumnya di hadapan Nabi SAW.

Rasulullah SAW kemudian mengizinkan mereka berbicara, dan Utharid bin Hajib maju untuk memuji kaumnya dengan lantang. Setelah pidatonya selesai, Rasulullah SAW menoleh kepada Tsabit bin Qais dan memerintahkan, "Berdirilah dan jawablah!"

Tsabit pun maju dengan tenang dan menyampaikan jawaban yang fasih, lugas, dan penuh makna. Gaya bicaranya yang tegas dan teratur membuat para utusan Bani Tamim terpesona, karena kefasihan dan keberaniannya jauh melampaui juru bicara mereka.

Selain kemampuan bicaranya, Tsabit juga dikenal sebagai prajurit yang pemberani dan setia mengikuti Rasulullah SAW. Ia selalu hadir dalam setiap peperangan, berjuang di medan tempur dengan harapan meraih mati syahid di jalan Allah.

Kesempatan itu datang ketika terjadi peperangan melawan kaum murtad yang dipimpin Musailamah al-Kadzdzab pada masa kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq. Dalam pertempuran ini, Tsabit memimpin pasukan Anshar, sementara pasukan Muhajirin dipimpin oleh Salim Maula Abu Hudzaifah, dan Khalid bin al-Walid membawahi seluruh pasukan Muslim.

Perlawanan musuh sempat membuat kaum Muslimin terdesak, dan Tsabit merasakan kesedihan mendalam melihat sebagian prajurit saling melemahkan semangat satu sama lain. Namun, ia tetap tegar dan fokus menjalankan tugasnya sebagai panglima, menunjukkan kesabaran dan keteguhan iman yang luar biasa.

Akhirnya, Tsabit gugur di medan perang dengan tenang sebagai seorang syahid, sesuai ketetapan Allah SWT dan apa yang telah diberitakan Rasulullah SAW sebelumnya. Ia wafat dengan hati tenteram karena perjuangannya telah membantu kemenangan besar bagi kaum Muslimin, meninggalkan teladan keberanian, keimanan, dan dedikasi yang abadi bagi generasi setelahnya.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads