Keteguhan Iman Khabab bin Al-Arat di Tengah Siksaan

Keteguhan Iman Khabab bin Al-Arat di Tengah Siksaan

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 26 Nov 2025 05:00 WIB
Silhouette pregnant Mary and Joseph with a donkey on star of cross background
Ilustrasi Khabab bin Al-Arat (Foto: Getty Images/iStockphoto/Boonyachoat)
Jakarta -

Khabbab bin al-Arat adalah seorang pemuda yang termasuk dalam golongan pertama yang memeluk Islam pada masa awal dakwah Rasulullah SAW. Ia dikenal sebagai seorang budak pandai besi yang teguh dalam keimanan meskipun harus menghadapi penderitaan berat dari kaum musyrikin Quraisy.

Seperti halnya para sahabat awal lainnya yang beriman kepada Allah di tengah kerasnya penentangan kaum Quraisy, Khabbab bin al-Arat juga mengalami penyiksaan yang kejam karena keyakinannya.

Penderitaan Khabab bin Al-Arat

Khabab bin al-Arat RA dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW yang kehidupannya penuh dengan ujian dan penderitaan di jalan Allah. Dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi oleh Khalid Muhammad menggambarkan bagaimana tubuhnya dipenuhi berkah karena keteguhan imannya menghadapi siksaan demi mempertahankan keyakinan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada masa awal Islam, ketika jumlah pemeluk agama baru itu masih dapat dihitung dengan jari, Khabab termasuk di antara mereka yang pertama beriman. Keputusan besar ini membuatnya harus menanggung penderitaan yang sangat berat karena tekanan dari kaum kafir Quraisy.

Khabab adalah seorang budak yang bekerja sebagai pandai besi di Makkah. Statusnya sebagai budak membuat ia tidak memiliki perlindungan, sehingga para penyiksanya dengan mudah menindas dan menyiksa dirinya tanpa belas kasihan.

ADVERTISEMENT

Majikannya, seorang wanita bernama Ummu Anmar, menjadi salah satu pelaku penyiksaan yang paling kejam terhadap Khabab. Ketika mengetahui bahwa Khabab sering mendatangi Rasulullah SAW untuk belajar Islam, Ummu Anmar pun marah besar dan menghukumnya dengan cara yang mengerikan dan tidak manusiawi.

Tubuh Khabab harus menahan tusukan dan panas luar biasa. Rasa sakit itu tidak membuat Khabab menyerah, justru semakin meneguhkan imannya kepada Allah SWT.

Suatu hari, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, sang khalifah meminta Khabab untuk menceritakan kembali kisah penderitaannya. Dengan tenang, Khabab menjawab, "Lihatlah punggungku ini," dan Umar pun tertegun melihat luka yang telah menjadi saksi sejarah keimanan sejati.

Umar bin Khattab berkata, "Saya belum pernah melihat punggung seperti ini," tanda betapa berat penderitaan yang dialami Khabab demi mempertahankan tauhid. Namun, meski telah melewati siksaan yang luar biasa, Khabab tetap rendah hati dan khawatir bahwa balasan atas penderitaannya mungkin hanya diberikan di dunia.

Ia pernah berkata, "Tampaknya Allah SWT telah membalas penderitaan kita di dunia, dan saya khawatir di akhirat kita tidak mendapatkan balasan apa pun." Ucapan itu menunjukkan ketulusan dan ketawadukan seorang hamba yang berjuang semata-mata karena mencari ridha Allah SWT.

Maulana Zakariyya menegaskan bahwa tujuan utama para sahabat seperti Khabab adalah memperoleh ridha Ilahi semata. Segala penderitaan, pengorbanan, dan ujian mereka dihadapi dengan sabar dan ikhlas demi mencapai keridaan Allah SWT.

Khabab bin al-Arat wafat pada usia 37 tahun dan menjadi sahabat pertama yang dimakamkan di Kuffah. Ketika melewati kuburnya, Ali bin Abi Thalib RA berdoa agar Allah merahmatinya karena keteguhan imannya, semangat jihadnya, dan keridhaannya yang tulus kepada Allah hingga akhir hayat.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads