Thulaihah bin Khuwailid, Nabi Palsu yang Bertobat

Thulaihah bin Khuwailid, Nabi Palsu yang Bertobat

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 25 Nov 2025 05:00 WIB
Kisah Abu Thalhah yang patut menjadi teladan anak
Ilustrasi Thulaihah bin Khuwailid (Foto: Getty Images/iStockphoto/irayoflight)
Jakarta -

Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal al-Asadi adalah salah satu tokoh menarik dalam sejarah Islam yang kisah hidupnya penuh lika-liku. Ia dikenal sebagai pemimpin berani dari suku Bani Asad bin Khuzaimah, yang pada awalnya menjadi musuh kaum Muslim, namun kemudian berbalik menjadi salah satu pejuang Islam yang gagah berani.

Dalam perjalanan hidupnya, Thulaihah sempat mengaku sebagai nabi setelah wafatnya Rasulullah SAW. Menjadikannya salah satu sosok yang dikenal sebagai "nabi palsu" dalam sejarah Islam.

Namun, takdir membawanya kembali ke jalan kebenaran ketika ia akhirnya bertobat, memeluk Islam dengan sungguh-sungguh, dan berperan besar dalam beberapa pertempuran penting di masa Kekhalifahan Umar bin Khattab. Lantas, bagaimana kisah lengkap perjalanan hidup Thulaihah bin Khuwailid ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Thulaihah bin Khuwailid

Dikutip dari buku Kelengapan Tarikh Nabi Muhammad SAW oleh K.H. Moenawar Chalil, Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal al-Asadi adalah seorang tokoh penting dari suku Bani Asad bin Khuzaimah, salah satu suku besar di Jazirah Arab. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berani, berpengaruh, dan memiliki kecakapan dalam peperangan sejak masa sebelum Islam menyebar luas.

ADVERTISEMENT

Pada awal penyebaran Islam, Thulaihah dan sukunya justru menjadi musuh kaum Muslimin. Ia terlibat langsung dalam beberapa pertempuran besar melawan pasukan Madinah, termasuk Perang Qatan pada 626 Masehi dan Perang Khandaq pada 627 Masehi.

Namun, perubahan besar terjadi ketika Thulaihah akhirnya memeluk Islam pada 630 Masehi di hadapan Nabi Muhammad SAW. Keputusannya ini diikuti oleh banyak anggota sukunya, sehingga Bani Asad masuk ke dalam barisan umat Islam.

Sayangnya, setelah wafatnya Rasulullah SAW, keimanan Thulaihah mulai goyah. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, ia mengaku sebagai nabi dan memimpin gerakan murtad di antara kaumnya pada 631 Masehi.

Diceritakan dalam buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hassan, popularitas Thulaihah meningkat karena kabar bahwa dirinya kebal terhadap senjata.

Konon, ia pernah ditebas pedang namun tidak terluka, sehingga sebagian orang menganggapnya memiliki kekuatan gaib dan membelot dari pasukan Muslim untuk mengikutinya.

Ketika peristiwa Perang Buzakhah pecah di timur laut Madinah, Khalid bin Walid memimpin pasukan Islam untuk memerangi pasukan Thulaihah. Sebelum perang, dua sahabat Nabi, Ukasyah bin Mihshan dan Tsabit bin Aqram, dikirim sebagai mata-mata tetapi kemudian terbunuh oleh Thulaihah dan sekutunya, Salamah.

Dalam pertempuran besar itu, pasukan Thulaihah akhirnya tidak mampu menandingi kekuatan pasukan Islam. Khalid bin Walid berhasil mengalahkannya, dan Thulaihah pun melarikan diri ke wilayah Syam untuk menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Muslim.

Beberapa tahun kemudian, Thulaihah menyesali perbuatannya dan kembali memeluk Islam secara tulus pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab, sekitar tahun 634 Masehi. Ia bahkan menunaikan ibadah haji sebagai bentuk penyesalan dan pembuktian atas keimanannya yang baru.

Ketika Umar bertemu dengannya, khalifah itu menegur Thulaihah atas pembunuhan dua sahabat Nabi di masa lalu. Namun, Umar juga mengakui perubahan besar dalam diri Thulaihah setelah ia benar-benar bertobat dan menjadi seorang Muslim yang taat.

Sejak saat itu, Thulaihah dikenal sebagai pejuang Islam yang gagah berani. Ia berpartisipasi dalam beberapa pertempuran besar, termasuk dalam Perang Qadisiyah, keberanian dan pengorbanannya menghapus dosa-dosa masa lalunya dan menjadikannya salah satu prajurit Islam yang dikenang dalam sejarah.

Wallahu a'lam.




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads