Jadwal puasa Ramadan 2026 mulai banyak dicari karena makin dekatnya bulan suci tersebut. Banyak orang ingin tahu berapa minggu lagi puasa 2026 dimulai, sekaligus memastikan tanggal awal Ramadan berdasarkan kalender resmi. Selain memudahkan persiapan ibadah, informasi ini juga penting untuk menyusun rencana kerja, sekolah, hingga libur Lebaran tahun 2026.
Berapa Minggu Lagi Puasa 2026?
Ramadan 1447 H diperkirakan jatuh pada pertengahan Februari 2026. Mengacu pada Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) PP Muhammadiyah, 1 Ramadan 1447 H jatuh pada Rabu, 18 Februari 2026, sehari lebih cepat dari kalender terbitan Kementerian Agama (Kemenag). Jika dihitung mundur dari 27 November 2025, puasa Ramadan 2026 menurut acuan ini akan tiba dalam 83 hari lagi, atau sekitar 11 minggu 6 hari (sekitar 2 bulan 22 hari).
Lebih lanjut, puasa Ramadan 2026 berdasarkan versi Muhammadiyah akan berlangsung selama 30 hari, yakni sampai tanggal 19 Maret 2026. Sehingga pelaksanaan Idul Fitri 2026M/1447 H menurut perhitungan hisab Muhammadiyah jatuh pada tanggal 20 Maret 2026.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia yang dirilis oleh pemerintah melalui Kemenag, 1 Ramadan 1447 H diperkirakan jatuh pada Kamis, 19 Februari 2026, sedangkan Idul Fitri 2026M/1447 H diprediksi jatuh pada 21 Maret 2026.
Namun perlu dicatat, tanggal ini masih berupa perkiraan, penetapan resmi Ramadan dan Idul Fitri 2026 tetap menunggu keputusan melalui sidang isbat.
Jadwal Libur Nasional dan Cuti Bersama Lebaran 2026
Pemerintah telah menetapkan jadwal libur Lebaran 2026 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Nomor 1497/2025, 2/2025, dan 5/2025) mengenai Hari Libur dan Cuti Bersama Tahun 2026.
Berdasarkan SKB tersebut, libur Lebaran jatuh pada 21-22 Maret 2026, sedangkan cuti bersama ditetapkan pada 20, 23, dan 24 Maret 2026. Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati sekitar seminggu libur untuk merayakan Lebaran dan berkumpul bersama keluarga.
Berikut rincian jadwalnya:
- Jumat, 20 Maret 2026: Cuti bersama Lebaran
- Sabtu, 21 Maret 2026: Libur nasional Lebaran
- Minggu, 22 Maret 2026: Libur nasional Lebaran
- Senin, 23 Maret 2026: Cuti bersama Lebaran
- Selasa, 24 Maret 2026: Cuti bersama Lebaran
Persiapan Sambut Awal Ramadan 2026
Ramadan merupakan bulan yang mulia, bulan suci yang kita analogikan sebagai tamu. Mulai dari persiapan penyambutan hingga penutupan, semuanya harus dipersiapkan dengan baik agar tidak meninggalkan kesan yang buruk.
Ramadan merupakan tamu agung yang telah Allah SWT muliakan dibanding bulan-bulan lainnya. Ayat dan hadits tentang beberapa kemuliaan Ramadan tentu sudah sering kita baca dan dengar melalui kajian internet dan ceramah-ceramah agama. Salah satunya terdapat dalam Buku Ramadan Ala Mahasantri: Perspektif Dan Solusi Selektif Untuk Ramadan oleh Farhan al-Khudri, Khaer Ahmad, Mufadhdhal, Andi Muh. Aras, Fitra Ramadhan, Muhammad Reza, Ibnu Aminuddin, Fajar Ahmad, Andika Pratama, Ihzam SR, Rusdi. Hadits dari Ubadah bin ash-Shamit, bahwa Rasulullah SAW Bersabda:
"Telah datang kepadamu bulan Ramadan. Bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rakhmat, menghapus dosa-dosa, dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya umat karena bulan ini. Dia membanggakanmu di depan para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah, hal-hal yang baik dari dirimu." (H.R. ath-Thabrani)
Catatan Penting Awal Ramadan
Mengutip sumber sebelumnya, setidaknya ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Pertama, penting untuk dipahami bahwa Ramadan merupakan Madrasah Takwa, tempat membentuk diri seorang muslim menjadi lebih dekat dengan Allah Swt. Sejumlah amal-amal yang dikerjakan di dalamnya semata-mata tentunya untuk tujuan takwa tersebut.
Puasa yang merupakan agenda utama hari-hari Ramadan tersebut tujuan utamanya tidak lain adalah untuk membentuk pribadi takwa tersebut sebagaimana yang termaktub dalam QS Al-Baqarah ayat 183 tentang penetapan kewajiban puasa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alal-lażīna min qablikum la'allakum tattaqūn(a).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah [2]:183)
Sebulan penuh seorang muslim dilatih untuk meninggalkan perkara-perkara terlarang, bahkan yang mubah makan dan minum serta memperbanyak amal-amal kebaikan puasa, dan qiyam lail misalnya. Semua itu adalah bentuk pembiasaan agar jiwa setiap muslim terbentuk menjadi jiwa yang bertakwa.
Kedua, tidak cukup berbahagia dengan kesempatan yang mulia ini. Harus ada usaha mubadarah (bersegera) dalam amal-amal kebaikan di dalamnya. Kebaikan yang dimaksud adalah melaksanakan ketaatan dan meninggalkan keburukan secara bersamaan. Keduanya harus dilakukan segera tanpa banyak membuang-buang waktu, sebab bulan Ramadan adalah hari-hari yang sedikit dan waktu yang terbatas.
Ketiga, setiap amal kebaikan yang direncanakan harus berdasar limanan Waa Ihtisaaban. Dilakukan dengan ikhlas karena Allah Swt. sekaligus mengharap pahala dari-Nya. Bersegera dalam amal kebaikan yang disinggung sebelumnya harus terikat dengan dua poin ini.
Semangat beramal kebaikan dalam Ramadan tidak boleh tercemar dengan niat-niat yang salah seperti ingin dipandang sebagai orang yang paling banyak beramal (ria), berharap diceritakan kebaikan-kebaikannya (sum'ah) dan niat-niat batil lainnya. Setiap amal harus benar-benar ikhlas untuk Allah dan mengharap pahala dari-Nya. limanan Waa Ihtisaaban (HR al-Bukhari).
Ketiga catatan awal Ramadan ini cukup menjadi pengingat penting bagi kita dalam menyambut hari-hari penuh berkah di bulan suci. Kita tidak boleh salah kaprah dalam merayakan kebahagiaan menyambutnya. Ramadan adalah Madrasah Takwa yang waktunya terbatas, sehingga sebaiknya dijalani dengan sebaik-baiknya dan niat yang tulus.
Dengan memahami hal ini, kita pun bisa lebih sadar dan mempersiapkan diri menjelang datangnya Ramadan 1447 H, menghitung mundur setiap hari menuju kesempatan emas untuk memperbanyak amal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
(inf/inf)












































Komentar Terbanyak
Tolak Mundur dari Ketum PBNU, Gus Yahya Kumpulkan Ulama Malam Ini Tanpa Rais Aam
Gus Yahya Kumpulkan Alim Ulama di PBNU Malam Ini, Rais Aam & Sekjen Tak Diundang
Fatwa MUI: Bumi & Bangunan Hunian Tak Boleh Kena Pajak Berulang