Cerita-cerita dari perjalanan hidup para sahabat selalu memberi gambaran tentang bagaimana mereka menjalani ajaran Rasulullah SAW dengan tindakan nyata. Beberapa kisah menunjukkan keberanian, sebagian lain memperlihatkan pengorbanan, dan ada pula kisah yang memperlihatkan pilihan-pilihan sederhana namun sarat nilai.
Salah satu yang sering diceritakan ialah kisah keluarga Ansar yang rela melewati malam tanpa makan demi membantu seorang tamu Nabi.
Kisah Keluarga Ansar yang Menyambut Tamu Nabi
Kisah ini tercantum dalam buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D, yang bersumber dari Rijal Hawla Rasul karya Khalid Muhammad Khalid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah ini bermula ketika seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW. Ia mengadu sudah tidak kuat lagi menahan rasa lapar. Kondisi pada saat itu cukup sulit; Rasulullah SAW sendiri tidak memiliki makanan yang bisa diberikan, baik yang tersimpan di rumah maupun yang ada di tangan beliau. Karena itu, beliau meminta bantuan para sahabat. Dengan suara lembut, beliau bertanya, "Siapa di antara kalian yang sanggup menjamu lelaki ini bagi diriku?"
Pertanyaan itu tidak dibiarkan lama bergantung di udara. Seorang sahabat dari kalangan Ansar segera menyahut bersedia membantu. Ia memahami bahwa membantu lelaki tersebut adalah kepedulian yang selayaknya ditunjukkan kepada siapa pun yang datang kepada Rasulullah SAW. Dengan sikap itu, ia mengajak tamu tersebut pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, sahabat itu menjelaskan kepada istrinya bahwa lelaki yang bersamanya adalah tamu Rasulullah SAW. Ia meminta agar tamu itu disambut sebaik mungkin dengan apa yang tersisa di rumah mereka. Namun istrinya dengan jujur mengatakan makanan yang ada hanya cukup untuk anak-anak. Situasi ini membuat mereka perlu memikirkan langkah lain agar tamu itu tetap bisa menikmati makanan tanpa merasa terbebani oleh keadaan tuan rumah.
Setelah berdiskusi, sahabat itu menyarankan agar anak-anak ditidurkan lebih awal tanpa makan malam. Ia tahu itu bukan keputusan ringan, tetapi keadaan membuat mereka harus memilih. Ia juga menggagas cara agar tamu itu tidak menyadari bahwa ia dan istrinya tidak ikut makan.
Ketika hidangan disajikan, istrinya akan memadamkan lampu sambil berpura-pura memperbaikinya, sehingga suasana menjadi gelap dan tamu itu tidak melihat siapa yang makan dan siapa yang tidak.
Rencana tersebut berjalan sesuai harapan. Tamu itu makan hingga merasa cukup, sementara sahabat Ansar dan keluarganya tetap duduk menemani tanpa menyentuh makanan itu. Malam itu mereka sama-sama menahan lapar, tetapi mereka menjaga agar tamu Rasulullah SAW tidak merasa canggung ataupun kurang nyaman.
Kisah pengorbanan ini kemudian ditegaskan melalui firman Allah SWT sebagai pujian bagi kaum Ansar dalam surah Al-Hasyr ayat 9,
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ
Artinya: "Orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung."
Baca juga: Kaum Anshar dan Perannya dalam Sejarah Islam |
(inf/kri)












































Komentar Terbanyak
Potret Keluarga Cendana Syukuran Gelar Pahlawan Nasional, Dihadiri Menag
Video Cium Anak Kecil di Panggung Viral, Gus Elham Minta Maaf
Masjid Palestina Dibakar Pemukim Israel, Kecaman Dunia Menggema