Kisah Perang Khaibar, Kemenangan Umat Islam di Bulan Safar

Kisah Perang Khaibar, Kemenangan Umat Islam di Bulan Safar

Devi Setya - detikHikmah
Selasa, 12 Agu 2025 05:00 WIB
Ilustrasi Perang Badar
Ilustrasi Perang Khaibar. Foto: ilustrasi: Fauzan Kamil/detikcom
Jakarta -

Perang Khaibar adalah salah satu pertempuran besar dalam sejarah Islam yang terjadi pada 7 Hijriah. Perang ini menjadi catatan penting karena menunjukkan strategi militer Rasulullah SAW, keberanian para sahabat, dan juga menjadi tonggak kemenangan umat Islam atas kekuatan Yahudi di wilayah Khaibar.

Dikutip dari buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 2 karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Khaibar adalah sebuah wilayah subur yang terletak sekitar 150 kilometer di utara Madinah. Wilayah ini terkenal sebagai pusat pertanian dengan kebun kurma yang luas, sekaligus sebagai benteng pertahanan orang-orang Yahudi yang sangat kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terdapat perbedaan pendapat tentang waktu terjadinya Perang Khaibar. Ibnu Ishaq menjelaskan Perang Khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun 7 Hijriah. Sementara Al-Waqidi menyebut Perang Khaibar terjadi pada bulan Safar atau Rabiul Awwal tahun 7 Hijriah sepulang Rasulullah SAW dari Perang Hudaibiyah.

Dalam buku Kisah-kisah Manusia Suci karya Sayyid Mahdi Ayatullah, Rasulullah SAW bergerak menuju Khaibar bersama 1.600 pejuang muslim. Beliau merahasiakan pergerakan pasukannya untuk menargetkan kaum Yahudi.

ADVERTISEMENT

Dalam hadits, Imam Bukhari meriwayatkan, "Abdullah bin Yusuf telah bercerita kepada kami, Malik bercerita kepada kami, dari Humaid Ath-Thanwil dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW datang ke Khaibar pada malam hari. Kebiasaan beliau apabila mendatangi suatu kaum pada malam hari beliau tidak mendekat kecuali ketika pagi."

Pada pagi hari orang-orang Yahudi keluar dengan alat-alat perkebunannya. Ketika mereka melihat ada Rasulullah, mereka berkata, "Muhammad. Wallahi Muhammad. Wal Khamis..."

Rasulullah SAW bersabda, "Hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila memasuki halaman suatu kaum, maka menjadi amat buruklah pagi harinya orang-orang yang diingatkan itu."

Dalam buku Sirah Nabawiyah Riwayat Imam Al-Bukhari karya Dr. Riyadh Hasyim, dalam hadits dari Anas RA, ia mengungkapkan, "Nabi SAW melaksanakan salat Subuh di tempat dekat Khaibar dalam keadaan gelap. Lalu beliau mengucapkan, "Allahu Akbar. Hancurkan Khaibar! Sesungguhnya kami apabila memasuki halaman suatu kaum, maka menjadi sangat buruklah pagi hari orang-orang yang diberi peringatan itu."

Rasulullah SAW dan pasukan muslim mengepung benteng-benteng Khaibar dan mengambil posisi di antara pepohonan kurma. Pagi hari pertempuran itu pecah dan jatuhlah benteng-benteng itu satu demi satu.

Namun kaum muslim kesulitan menaklukkan dua benteng lainnya, di mana kaum Yahudi telah berkumpul di dalam kedua benteng itu untuk melakukan perlawanan dan menghujami kaum muslim dengan anak panah.

Rasulullah SAW mengutus Abu Bakar memimpin sebagian kekuatan pasukan muslim, namun ia menelan kekalahan. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Umar, namun ia kembali membawa kekalahan. Kaum Yahudi mengolok-olok kaum muslim.

Sahl bin Sa'ad bercerita, bahwa Rasulullah SAW pada peristiwa Khaibar berkata, "Bendera ini akan aku berikan kepada pria yang di tangannya Allah akan menaklukannya. Ia mencintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya mencintai dia."

Rasulullah SAW kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib untuk memimpin pasukan perang. Beliau juga mendoakan kemenangan kepadanya.

Setelah Rasulullah SAW memberikan bendera kepadanya, Ali berkata, "Wahai Rasulullah, mereka akan aku perangi sehingga mereka menjadi seperti kita."

Rasulullah SAW berkata, "Laksanakanlah sampai kamu memasuki halamannya, lalu ajaklah mereka kepada Islam. Beritahukanlah tentang hal yang wajib atas mereka dari hak Allah. Demi Allah, melalui kamu Allah memberi hidayah kepada satu orang, itu jauh lebih baik bagimu daripada seekor unta merah."

Kemenangan Umat Islam

Kaum Yahudi yang terlena oleh sebagian kemenangan sebelumnya, tidak menyadari kedatangan Ali bersama pasukan muslimin. Ketika pasukan muslim menyerang, Ali berhasil membunuh Marhab dan Al Harits yang keduanya merupakan pahlawan Yahudi, sehingga menimbulkan ketakutan dalam barisan Yahudi.

Pasukan Yahudi menarik diri dan mengunci benteng-benteng pertahanan mereka.

Ali kemudian menjulurkan tangannya ke pintu benteng dan menggoyangkannya dengan kuat, kemudian mencabutnya dan menjadikannya sebagai jembatan penyeberangan pasukan muslim. Kaum Yahudi yang ketakutan kemudian menyatakan menyerah.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Ali berkata, "Aku tidak melakukannya dengan kekuatan jasmani, tapi aku melakukannya dengan kekuatan rabbani (ketuhanan)."

Kaum Yahudi memohon perdamaian kepada Rasulullah SAW dan meminta agar tetap diizinkan menghuni rumah-rumah mereka, dengan catatan mereka akan menyerahkan separuh penghasilan mereka setiap tahun kepada kaum muslim. Rasulullah SAW pun menyetujuinya dan memaafkan mereka.




(dvs/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads