Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu anha bukan hanya menjadi sosok istri penghibur hati Rasulullah SAW. Ia juga merupakan rekan setia sang Nabi dalam menjalankan dakwah Islam.
Dikutip dari buku Wanita-wanita Teladan di Zaman Rasulullah karya Desita Ulla R, sejak pertama kali Nabi SAW menerima wahyu, Khadijah menjadi orang pertama yang membenarkan datangnya wahyu yang Allah SWT turunkan dan menenangkan hati Rasulullah SAW.
Khadijah Menjadi Orang Pertama yang Beriman
Dikutip dari sumber sebelumnya, ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, beliau begitu cemas dan kalut. Beliau pun lantas menemui Khadijah sang istri tercinta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan napas tersengal dan tubuh menggigil, Nabi Muhammad SAW berseru, "Selimuti aku, selimuti aku!" (HR Bukhari). Khadijah segera menyelimuti beliau tanpa bertanya macam-macam, memeluknya dengan kasih sayang yang dalam, dan menenangkan beliau dari kegelisahan luar biasa.
Setelah tenang, Nabi SAW menceritakan pengalaman menakjubkan itu: pertemuan dengan Malaikat Jibril yang memerintahkannya membaca, padahal beliau tidak bisa membaca. Khadijah mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu dengan keteguhan hati dan iman yang jernih, ia berkata:
"Tenanglah... Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau adalah orang yang menyambung tali silaturahmi, menolong yang lemah, memberi kepada yang tak punya, memuliakan tamu, dan membantu dalam setiap kebaikan." (HR Bukhari)
Ucapan Khadijah bukan sekadar penghiburan, tapi cerminan keyakinan dan dukungan tulus. Ia adalah orang pertama yang percaya kepada risalah kenabian, bahkan sebelum Jibril datang berikutnya, bahkan sebelum ada perintah dakwah.
Khadijah lalu mengajak Nabi SAW menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, seorang ahli kitab yang masih menjaga ajaran langit. Ketika mendengar kisah Nabi, Waraqah berkata:
"Itulah Namus (Malaikat Jibril) yang dahulu pernah Allah utus kepada Musa. Andaikan aku masih kuat dan hidup saat engkau diusir oleh kaummu..." (HR Bukhari)
Khadijah Menjadi Penyokong Dakwah Islam
Sejak saat itu, Khadijah menjadi pelindung utama dakwah Islam. Mengutip buku Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kisah Istri-Istri Nabi Muhammad Saw (Siti Khadijah Dan Aisyah Ra) karya Herwanti Subekti, Khadijah menyumbangkan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah SAW. Di masa-masa sulit, saat kaum Quraisy memboikot Bani Hasyim dan mengucilkan mereka di Lembah Abu Thalib, ia memilih tetap bersama suaminya, bertahan dalam penderitaan, tanpa mengeluh.
Kesetiaan Khadijah begitu membekas dalam hati Rasulullah SAW. Bahkan setelah ia wafat, Rasulullah sering menyebut-nyebut namanya dan mengingat kebaikannya. Beliau bersabda:
"Dia (Khadijah) beriman kepadaku saat orang lain mendustakanku. Dia membenarkanku saat yang lain menolak. Dan dia menyokongku dengan hartanya ketika orang lain menahan." (HR Ahmad)
Wajar jika Rasulullah SAW menyebut tahun wafatnya Khadijah sebagai 'Aamul Huzn atau tahun kesedihan.
Dalam sejarah Islam, Khadijah bukan sekadar istri Nabi. Ia termasuk assabiqunal awwalun (orang-orang pendahulu masuk Islam), sekaligus tiang pertama dari rumah kenabian, penguat misi kerasulan, dan contoh abadi bagi setiap pendamping perjuangan. Keimanan dan cintanya yang tulus telah mengukir sejarah yang tak terlupakan dalam perjalanan Islam.
(inf/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi