Cerita penuh hikmah dan motivasi selalu memiliki daya tarik tersendiri, baik untuk pembaca dewasa maupun anak-anak. Selain mampu menghibur, cerita-cerita seperti ini juga mengandung nilai-nilai moral yang dapat memperkaya hati dan pikiran.
Dikutip dari buku Kumpulan Kisah Teladan yang ditulis oleh Zamakhsyari Hasballah dkk., dalam bahasa Arab, cerita atau kisah dikenal dengan istilah al-Qashash yang secara harfiah berarti mengikuti jejak atau bekas. Cerita yang disampaikan dengan baik sering kali lebih efektif dalam menyampaikan pelajaran hidup dibandingkan nasihat langsung.
Membaca cerita-cerita penuh hikmah dan motivasi islami juga bisa menjadi sarana refleksi diri dan memperkuat iman. Terlebih lagi, kebiasaan ini juga dianjurkan untuk diterapkan sejak usia dini mengingat anak-anak pada dasarnya gemar mendengar cerita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Cerita Penuh Hikmah dan Motivasi
Berikut adalah 7 cerita penuh hikmah dan motivasi yang diambil dari buku Si Bahlul Kisah-Kisah Jenaka Penuh Hikmah karangan Kubra Jafri.
1. Bahlul Duduk di Singgasana Harun Ar-Rasyid
Suatu hari, Bahlul datang ke istana Harun dan melihat bahwa singgasana dalam keadaan kosong. Tak ada seorang pun yang menghentikannya, sehingga ia tanpa ragu-ragu dan tanpa takut duduk di singgasana Harun itu.
Ketika para budak istana melihat hal tersebut, mereka dengan segera mencambuknya dan menariknya dari singgasana. Bahlul pun menangis. Harun datang dan melihatnya, ia mendekat dan bertanya mengapa Bahlul menangis. Seorang budak menceritakan kejadiannya. Harun pun memarahi mereka dan mencoba untuk menghibur Bahlul.
Bahlul berkata bahwa ia tidak menangisi keadaannya, tetapi ia menangisi keadaan Harun. Ia berkata, "Aku duduk di kursi kekhalifahan dengan tidak sah untuk beberapa saat, akibatnya aku menerima pukulan dan menanggung kemalangan seperti tadi. Tetapi engkau telah duduk di singgasana itu selama hidupmu! Alangkah banyak kesulitan yang mesti kau tanggung, namun masih saja engkau tidak takut akan akibatnya."
2. Pertanyaan Harun dan Jawaban Bahlul
Harun ar Rasyid datang dari perjalanan hajinya, dan Bahlul menunggunya di sisi jalan. Segera setelah ia melihat Harun, dengan keras ia berteriak tiga kali, "Harun! Harun! Harun!"
Khalifah bertanya, "Siapa yang memanggilku?"
Orang-orang menjawab, "Itu Bahlul."
Maka Harun pun memanggil Bahlul. Ketika ia datang mendekatinya, Khalifah bertanya, "Siapakah aku?"
Bahlul menjawab, "Kau adalah orang yang bertanggung jawab ketika orang lain menindas orang yang lemah."
Harun pun mulai menangis mendengar hal ini dan berkata, "Kau mengatakan yang sebenarnya, sekarang mintalah sesuatu dariku."
Bahlul menjawab, "Ampuni dosa-dosaku dan izinkan aku masuk ke surga."
Harun menjawab, "Itu semua di luar kekuasaanku, namun aku dapat membayar utang-utangmu."
Bahlul menjawab, "Suatu utang tidak dapat dilunasi dengan utang lainnya, karena kau sendiri berutang pada rakyat. Oleh karena itu, kembalikan kepada rakyat harta mereka. Tidaklah layak dan pantas kau memberikan padaku harta orang lain."
Khalifah kemudian berkata, "Aku akan memberimu modal, sebagai sarana mata pencarianmu sehingga kau dapat melewati hidupmu dengan tenang dan mudah."
Bahlul menjawab, "Kita semua adalah pelayan-pelayan Allah dan menerima imbalan dari-Nya. Mungkinkah Dia memberimu penghidupan dan melupakanku?"
3. Pengaruh Doa Bahlul
Diriwayatkan bahwa ada seorang Arab yang mempunyai seekor unta yang tertimpa penyakit gatal-gatal. Orang-orang menyarankannya untuk menggosoknya dengan minyak jarak.
Orang Arab itu pun menunggang untanya pergi ke kota untuk membeli minyak jarak. Di dekat kota, ia bertemu dengan Bahlul. Karena Bahlul adalah temannya, ia berkata padanya,
"Untaku menderita penyakit gatal-gatal. Orang-orang menyuruhku menggosoknya dengan minyak jarak untuk menyembuhkannya. Tetapi aku percaya karamahmu lebih berpengaruh dan lebih baik. Tolong kasihanilah dan doakan untaku dan berkahilah dia, agar ia sembuh dari penyakitnya."
Bahlul berkata, "Jika engkau membeli minyak jarak dan selama memakainya doaku menyertai, maka pasti untamu akan cepat sembuh. Tetapi bila doa saja, tidak ada pengaruhnya!"
Orang Arab itu pun membeli minyak. Lalu Bahlul berdoa dan memberkahi unta itu. Setelah beberapa hari dipijat dengan minyak, unta itu pun menjadi sehat kembali.
4. Bahlul dan Seorang Penipu
Suatu hari, Bahlul mempunyai sekeping uang emas di tangannya dan ia pun memainkannya. Seorang penipu, yang mendengar bahwa Bahlul adalah orang gila, lalu mendatanginya dan berkata, "Jika kau berikan padaku uang itu, aku akan memberimu sepuluh keping yang berwarna."
Ketika Bahlul melihat uang orang itu, ia tahu bahwa itu adalah tembaga, lalu ia pun berkata, "Aku setuju dengan satu syarat, yaitu kau meringkik seperti seekor keledai!" Penipu itu pun setuju, lalu ia meringkik seperti seekor keledai.
Bahlul kemudian berkata padanya, "Kau adalah keledai yang aneh! Kau tahu bahwa uang yang ada di tanganku adalah emas, apakah kau pikir aku tidak mengetahui bahwa uangmu itu tembaga?"
Segera setelah ia mendengar hal ini, ia pun meninggalkan Bahlul.
5. Bahlul dan Penguasa Kufah
Ishaq bin Muhammad bin Sabah adalah penguasa (amir) Kufah. Istrinya telah melahirkan seorang anak perempuan. Karena itu, sang Amir sangat sedih dan tertekan. la tidak mau makan dan minum.
Ketika Bahlul mendengar hal tersebut, ia pun mendatanginya dan berkata, "Wahai Amir, mengapa kau bersedih dan berduka cita?"
Amir itu menjawab, "Aku mengharapkan anak laki-laki, tapi sayang, istriku melahirkan anak perempuan."
"Bagaimana jika Allah memberimu, sebagai ganti tangan dan kaki yang cantik ini serta bayi perempuan yang sehat dan sempurna ini, seorang anak laki-laki yang gila seperti aku?" tanya Bahlul.
Amir Kufah itu pun tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Bahlul. Ia segera bersyukur kepada Allah, lalu ia memakan makanannya dan minum. Ia pun mengizinkan rakyat untuk datang dan mengucapkan selamat padanya.
6. Bahlul Mengkritik Harun
Suatu hari Bahlul berada di dekat Harun. Lalu Harun berkata, "Wahai Bahlul, kritik aku!"
Bahlul kemudian berkata, "Wahai Harun! Jika tak ada air di gurun, sementara engkau sangat haus dan mendekati kematian, apa yang akan kau berikan untuk seteguk air segar?"
Harun menjawab, "Dinar-dinar emas."
Bahlul bertanya lagi, "Bagaimana jika orang yang memiliki air itu tidak mau menukar airnya dengan dinar emasmu? Apa yang akan kau berikan?"
Harun menjawab, "Aku akan berikan separuh kerajaanku."
Bahlul bertanya lagi, "Setelah meminum air itu, kau terserang penyakit yang membuatmu tidak dapat buang air kecil. Sekarang, apa yang akan kau berikan pada satu-satunya orang yang dapat menyembuhkan penyakitmu?"
Harun menjawab, "Aku akan berikan sisa kerajaanku."
Bahlul lalu berkata, "Maka janganlah kau anggap penting kerajaan ini, karena dia tidak lebih berharga daripada seteguk air. Apakah tidak sepatutnya engkau berbuat baik pada makhluk-makhluk Allah?"
7. Bahlul dan Seorang Budak yang Takut Laut
Seorang pedagang Baghdad duduk di sebuah kapal bersama dengan budaknya, mereka akan pergi ke Basrah. Bahlul dan beberapa orang lainnya juga berada di kapal itu. Budak itu mulai menangis karena merasa takut akibat gerakan kapal yang terguncang ombak.
Semua penumpang menjadi terganggu dengan hal tersebut. Bahlul meminta izin pada pedagang itu untuk membuat budaknya diam. Pedagang itu pun setuju.
Bahlul dengan segera memberikan perintah untuk melemparkan budak itu ke laut. Perintahnya pun dilaksanakan. Ketika budak itu hampir meninggal, Bahlul menyelamatkannya. Setelah itu, budak itu pun duduk diam di sudut kapal.
Para penumpang bertanya pada Bahlul mengapa tindakannya bisa membuat diam budak tersebut. Bahlul menjawab, "Budak ini tidak mengetahui betapa nyamannya kapal ini, betapa megah dan berharganya kapal ini. Ketika ia dilempar ke laut, ia baru mengerti bahwa kapal ini nyaman dan melegakan."
Demikian kisah-kisah islami yang penuh hikmah dan motivasi. Semoga bisa diambil pelajarannya untuk kehidupan.
(inf/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Acara Habib Rizieq di Pemalang Ricuh, 9 Orang Luka-1 Kritis