Kisah Nabi Isa dan 3 Potong Roti yang Penuh Pelajaran

Kisah Nabi Isa dan 3 Potong Roti yang Penuh Pelajaran

Alvin Setiawan - detikHikmah
Rabu, 29 Mei 2024 05:00 WIB
Roti tawar untuk French toast.
Ilustrasi roti. (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Nabi Isa AS merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diimani oleh muslim. Terdapat kisah penuh pelajaran tentang Nabi Isa AS dan tiga potong roti.

Dikutip dari buku Misteri Bulan Ramadhan karya Yusuf Burhanudin dan Sepenggal Cerita Sejuta Makna karya Abdul Wahid al-Faizin, dikisahkan Nabi Isa AS berjalan dengan seorang pengikut yang baru ia kenal. Keduanya terus berjalan menyusuri tepi sungai.

Ketika berada di tepi sungai, mereka memakan bekal yang berupa tiga potong roti. Keduanya masing-masing memakan satu potong roti dan menyisakan satu roti untuk dimakan nanti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menghabiskan roti yang menjadi bagiannya, Nabi Isa AS yang merasa haus lekas menuju telaga untuk mengambil air minum. Setelah melepas dahaga, ia segera kembali. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat satu roti yang tersisa ternyata telah raib.

Lalu, Nabi Isa AS pun bertanya kepada pengikutnya, "Siapakah yang telah mengambil sepotong roti yang tersisa?"

ADVERTISEMENT

"Demi Allah, Aku tidak tahu," Jawab pengikutnya.

Seolah tidak menghiraukan kejanggalan tadi, keduanya meneruskan perjalanan. Tiba-tiba Nabi Isa AS melihat rusa dengan kedua anaknya. Dengan mukjizatnya, ia memanggil salah satu dari anak rusa itu lalu disembelihnya dan dibakar. Kemudian, Nabi Isa AS dan pengikutnya memakan daging rusa hingga hanya tersisa tulang-belulangnya.

Nabi Isa AS pun memohon kepada Allah SWT agar anak rusa yang telah disembelih itu hidup kembali. Lalu, anak rusa tersebut hidup kembali atas izin Allah SWT. Melihat peristiwa itu membuat pengikutnya terperanjat.

Nabi Isa AS kembali bertanya kepada pengikutnya, "Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang telah mengambil sepotong roti yang disimpan itu?"

Pengikutnya pun kembali menjawab, "Aku tidak tahu."

Mendengar jawaban yang sama, keduanya meneruskan perjalanan hingga sampai pada sebuah lembah yang terdapat sungai yang begitu dalam. Nabi Isa AS pun kembali menunjukkan mukjizatnya. Ia memegang tangan pengikutnya dengan erat. Kemudian, ia pun membawanya berjalan di atas air melewati sungai yang begitu dalam itu.

Sesampainya di seberang sungai, Nabi Isa AS kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada pengikutnya, "Demi Dzat yang telah memperlihatkan kepadamu mukjizat ini, aku bertanya kepadamu, siapa yang telah mengambil sisa roti kita?"

Pengikut itu pun masih tidak gentar dan tetap menjawab dengan jawaban yang sama, "Demi Allah, aku tidak tahu siapa yang mengambilnya."

Untuk keempat kalinya, Nabi Isa AS pun kembali melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya melewati sebuah tanah lapang yang penuh dengan bebatuan.

Nabi Isa AS mengambil beberapa bongkahan batu dan menampakkan mukjizatnya kembali. "Jadilah emas dengan izin Allah," ujar Nabi Isa AS kepada bongkahan batu itu.

Tanah itu pun seketika menjadi emas dan ia membaginya menjadi tiga seraya berkata, "Sepertiga ini bagianku, sepertiga satunya bagianmu, dan sepertiga lainnya adalah bagian orang yang mengambil roti," kata Nabi Isa AS kepada pengikutnya.

"Akulah yang mengambil roti itu!" sontak pengikut Nabi Isa AS mengaku. "Kalau begitu, semua emas ini untukmu," tegas Nabi Isa AS.

Setelah si pengikut mengakui perbuatannya, Nabi Isa AS meninggalkan pengikutnya itu dan melanjutkan perjalanannya sendirian. Tidak lama berselang ditinggalkan Nabi Isa AS, si pengikut yang masih dalam suasana gembira karena mendapatkan bongkahan emas lalu didatangi oleh dua orang. Melihat bongkahan emas yang ada pada si pengikut, kedua orang asing itu langsung tertarik.

Kedua orang asing itu segera mendatangi si pengikut untuk merampas bongkahan emas tersebut. Tidak hanya itu, keduanya mengancam membunuh si pengikut ketika menolak untuk menyerahkan emas miliknya.

"Bagaimana kalau emas ini kita bagi bertiga saja, Tuan-tuan?" ujar sang pengikut menawarkan dalam kondisi takut dan terancam. Setelah berunding, kedua orang asing itu sepakat dengan tawaran si pengikut.

Di tengah pembagian emas yang ada, ketiganya merasakan lapar. Akhirnya, mereka sepakat untuk membeli makanan. Si pengikut Nabi Isa AS inilah yang diutus untuk membelikan makanan untuk mereka bertiga, sedangkan kedua orang asing itu bertugas menjaga emas yang ada.

Kemudian, si pengikut pergi menuju desa terdekat untuk membeli makanan. Kemudian terlintas pikiran jahat di antara dua orang tersebut. Kedua orang asing mulai mendiskusikan rencana untuk membunuh pengikut tersebut.

"Untuk apa kita terima penawarannya? Bukankah kalau kita membunuh dia, emas ini akan menjadi milik kita berdua? Dengan demikian, masing-masing kita bisa mendapatkan bagian lebih banyak," ujar keduanya.

Keduanya pun akhirnya berencana untuk membunuh si pengikut tersebut ketika ia kembali. Tidak lama kemudian, datanglah si pengikut Nabi Isa AS dengan membawa tiga bungkus makanan. Setelah mengetahui si pengikut datang, tanpa berpikir lama, kedua orang asing itu langsung menyergap si pengikut dan membunuhnya.

Sebab, mereka berdua masih dalam kondisi lapar, mereka mengambil makanan yang dibawa oleh si pengikut dan segera memakannya. Meski demikian, mereka berdua pun mati karena makanan tersebut telah diberi racun oleh sang pengikut itu.

Beberapa waktu berselang, Nabi Isa AS beserta beberapa muridnya kembali melewati tanah lapang yang dahulu dia singgahi. Secara mengejutkan, mereka menjumpai beberapa bongkahan emas yang di sampingnya tergeletak tiga mayat.

Nabi Isa AS mengenali salah satu mayat itu yang tidak lain adalah pengikutnya yang dahulu mengambil roti. Kemudian, Nabi Isa AS pun menjelaskan kejadian yang ada dan asal-usul emas dan mayat itu. Beliau lalu berkata, "Inilah dunia dan keburukan yang diakibatkan olehnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia."

Kisah tersebut menggambarkan ketamakan manusia dalam mengejar harta dunia. Selama seseorang masih menuruti keinginan hawa nafsunya, maka ketamakan itu tidak akan ada habisnya. Dan pada akhirnya, sifat tamak tersebut akan hanya akan membuat kita merugi nanti.

Wallahu a'lam.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads