Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ditunjuk untuk menjadi pemimpin umat Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Baiat ini mendapat persetujuan dari Umar bin Khattab RA dan sahabat lain.
Dikutip dari buku Akidah Akhlak karya Harjan Syuhada dan Fida' Abdilah, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA merupakan salah satu sahabat yang pertama kali masuk Islam.
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA merupakan sahabat yang paling setia kepada Rasulullah SAW. Dialah yang menemani beliau hijrah ke Madinah, mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkannya, mencurahkan seluruh hartanya untuk rasul dan agama, senantiasa berjihad di jalan Allah SWT, dan masih banyak lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA juga merupakan teman kepercayaan Rasulullah SAW. Sehingga tak heran apabila para sahabat menunjuknya sebagai khalifah umat Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Kisah Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA sebagai Khalifah
Kepergian Rasulullah SAW pada Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H/632 M membuat umat Islam diliputi kesedihan yang luar biasa. Sebab, pemimpin, kekasih, dan hamba yang paling dicintai Allah SWT itu telah wafat.
Selain dirundung kesedihan, umat Islam juga bingung menghadapi kekosongan kepemimpinan yang sedang terjadi. Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah mewasiatkan siapa saja yang harus menjadi penggantinya kelak.
Dinukil dari buku Abu Bakar Ash-Shiddiq karya Abdul Syukur Al-Azizi, para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menunjuk pengganti sebagai pemimpin kami sepeninggalmu nanti?"
Beliau menjawab, "Sesungguhnya, jika aku menunjuk penggantiku, aku khawatir kalian akan menentang penggantiku itu, dan Allah akan menurunkan azab kepada kalian." (HR Hakim)
Satu-satunya isyarat yang diberikan oleh Rasulullah SAW adalah bahwa umat Islam harus mengikuti jejak langkah kedua sahabat beliau. Beliau bersabda, "Ikutilah jejak langkah dua orang setelah wafatku, Abu Bakar dan Umar." (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Tak lama setelah Rasulullah SAW wafat, di Tsaqifah (semacam aula pertemuan) bani Sa'idah, di Madinah telah berkumpul banyak orang dari kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka bermusyawarah untuk menentukan orang yang akan dipilih menjadi pemimpin umat.
Perdebatan pun terjadi. Suku Khazraj sudah mencalonkan Sa'ad bin Ubadah RA sebagai pemimpin. Namun, kaum Muhajirin tidak setuju apabila yang menggantikan Rasulullah SAW berasal dari kaum Anshar.
Ma'an bin Adi kemudian menyampaikan permasalahan ini kepada Umar bin Khattab RA. Awalnya Umar RA menolak karena pemakaman Rasulullah SAW belum selesai. Setelah didesak oleh Sa'ad RA, Umar bin Khattab RA pun pergi menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq RA sebab ia juga belum mengetahui solusinya.
Ketika diajak oleh Umar RA, Abu Bakar RA menolak, ia berkata, "Aku sedang sibuk. Rasulullah SAW belum dimakamkan. Aku hendak kau ajak ke mana?"
Umar bin Khattab RA yang sudah menjelaskan duduk permasalahannya pun terus membujuk dan mendesak Abu Bakar Ash-Shiddiq RA untuk ikut. Ia berkata, "Kamu harus ikut. Insya Allah kita akan segera kembali!"
Akhirnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dan Umar bin Khattab RA mendatangi Tsaqifah bani Sa'idah tersebut.
Di tengah perdebatan antara kaum Anshar dan Muhajirin itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA datang dengan penuh kewibawaan dan kebijaksanaannya. Ia menyampaikan keutamaan-keutamaan kedua belah pihak untuk menenangkan mereka.
Setelah kesepakatan memilih pemimpin dari orang-orang Muhajirin (Quraisy) didapat, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA mengusulkan agar memilih pemimpin di antara dua orang, yakni Umar bin Khattab RA dan Abu Ubaidah bin Jarrah RA.
Namun, kedua orang itu menolak. Umar bin Khattab RA berkata,
"Demi Allah, kami tidak pantas memegang kepemimpinan ini membawahi dirimu. Kamulah orang Muhajirin yang paling mulia. Kamulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah SAW di gua ketika dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy. Kamulah satu-satunya orang yang pernah ditunjuk oleh Rasulullah sAW untuk menjadi imam salat sewaktu beliau sakit. Sementara, salat merupakan amal terbaik dalam Islam. Siapakah yang pantas maju di hadapanmu atau memegang perkara ini membawahi dirimu? Ulurkan tanganmu! Kami akan membaiatmu."
Dengan berat hati, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA pun menerima jabatan menjadi khalifah pertama dalam Islam ini. Umar bin Khattab RA memegang tangannya sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh orang-orang yang hadir di Tsaqifah.
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA kemudian berpidato singkat mengenai jabatan yang dipegangnya ini. Ia berkata,
"Rasulullah SAW adalah hamba yang dimuliakan dan disucikan oleh Allah SWT dengan wahyu, sedangkan aku hanyalah manusia biasa seperti kalian. Aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Karena itu, dengar dan perhatikanlah. Jika kalian melihatku istiqamah dalam kebenaran maka ikutilah aku. Namun, bila kalian melihatku menyimpang maka luruskanlah aku."
Demikian proses pembaiatan atau pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menjadi khalifah pertama umat Islam sepeninggal Rasulullah SAW.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi