Nabi Muhammad SAW memiliki sejumlah istri. Sang penghulu Rasul itu menikahi mereka karena perintah dari Allah SWT dan untuk berdakwah. Salah satu istri Nabi Muhammad adalah Ummu Habibah, anak dari Abu Sufyan yang sangat membenci Islam ketika itu.
Ramlah binti Abi Sufyan Shakhr bian Harb bin Umayah bin Abdi Syams, Ummu Habibah Ummul Mukminin adalah seorang putri pemimpin Quraisy dan pentolan kaum musyrikin hingga menjelang Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah). Tulis Bassam Muhammad Hamami dalam bukunya yang berjudul Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam.
Ummu Habibah menjadi seorang yang beriman walaupun ayahnya saat itu adalah orang yang sangat kafir. Ayahnya tidak bisa mencegah putrinya untuk tetap berada pada kesesatan dengan mengikuti ajaran nenek moyang mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, Ummu Habibah telah menikah dengan seorang lelaki bernama Ubaidillah bin Jahsy al-Asdi, seorang singa Bani Khuzaimah.
Keduanya meninggalkan Makkah demi hijrah ke Habasyah. Namun di sana, suaminya itu malah berpaling dari Islam dan menjadi non muslim.
Meskipun begitu, Allah SWT telah menyempurnakan keimanan Ummu Habibah. Ia sudah berkata kepada suaminya itu bahwa meninggalkan Islam bukanlah hal yang terbaik. Dia juga sudah berupaya mencegah agar sang suami tidak murtad. Namun Ubaidillah tak menghiraukan dan terus meminum khamr hingga dirinya mati.
Kisah Ummu Habibah Dilamar Rasulullah SAW
Dijelaskan dalam buku 365 Hari Bersama Sahabat Nabi SAW: Bercengkerama dengan Mereka Setiap Hari oleh Biru Tosca, dijelaskan cerita mengenai pelamaran Ummu Habibah dari jarak jauh.
Setelah ditinggal oleh suaminya, Ummu Habibah selalu merasa sedih. Namun begitu dirinya tetap tinggal di Habasyah seorang diri.
Ternyata kesedihan dan kesendirian Ummu Habibah ini diketahui oleh Rasulullah SAW. Setelah habis masa iddahnya, akhirnya Rasulullah SAW meminta bantuan Raja Negus (Raja Habasyah) untuk meminangnya.
Raja Negus mengutus pegawai perempuannya untuk menemui Ummu Habibah untuk menyampaikan surat pinangan Rasulullah SAW kepadanya. Ia lantas menerima pinangan tersebut dengan senang perasaan sangat bahagia.
Pernikahan pun dilangsungkan pada tahun ke-7 Hijriah dengan mahar 400 dinar. Setelah menikah, dirinya tetap tinggal di Habasyah barulah setelah Perang Khaibar ia hidup bersama Rasulullah SAW.
Kisah Ummu Habibah Bersama Rasulullah SAW
Selama hidup bersama Rasulullah SAW, belum ada satu riwayat pun yang mengabarkan perilaku cemburu yang ditunjukkan oleh Ummu Habibah. Inilah salah satu kelebihan Ummu Habibah di antara para istri Nabi SAW yang lain.
Suatu saat, Abu Sufyan tiba di Madinah untuk membicarakan Perjanjian Hudaibiyah yang dilanggar oleh kaum Quraisy. Namun, ia tidak langsung menemui Rasulullah SAW, melainkan ingin memanfaatkan anaknya sendiri untuk negosiasi itu.
Ia terkejut melihat keberadaan ayah yang sudah lama tidak ia lihat itu berada di rumahnya. Ia lebih tidak terima ketika ayahnya duduk di tikar yang biasanya digunakan untuk duduk oleh Rasulullah SAW.
Ummu Habibah berkata, "Tikar ini milik Rasulullah. Sementara engkau masih musyrik. Aku tidak suka engkau duduk di atasnya."
Dirinya pun marah, namun masih bisa dipendam. Hal ini lantas membuat Abu Sufyan untuk mengurungkan niatnya memanfaatkan putrinya.
Kejadian ini menunjukkan bahwa keimanan istri Nabi Muhammad Ummu Habibah sangatlah kuat dan teguh. Iman dan keyakinan itu tidak goyah walaupun dihadapkan dengan ayah kandungnya sendiri.
Setelah ditinggal wafat Rasulullah SAW, Ummu Habibah menghabiskan sisa waktunya untuk menyendiri beribadah kepada Allah SWT.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi