Strategi Jitu Khalid bin Walid pada Perang Mu'tah, Hadapi 100.000 Pasukan Musuh

Strategi Jitu Khalid bin Walid pada Perang Mu'tah, Hadapi 100.000 Pasukan Musuh

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 07 Agu 2023 08:45 WIB
Ilustrasi Perang Badar
Ilustrasi Perang Mu'tah (Foto: Fauzan Kamil/detikcom)
Jakarta -

Perang Mu'tah terjadi pada bulan Jumadil Awwal tahun ke-8 Hijriyah. Pertempuran ini disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah Islam.

Menurut buku Perang Mu'tah Melawan Romawi dan Perang Fathu Makkah tulisan Muhammad Ridha dkk, Mu'tah merupakan suatu tempat yang terletak di wilayah Balqa', sebuah tempat yang cukup populer di Syam.

Dikatakan, Rasulullah SAW tidak terjun langsung dalam Perang Mu'tah. Beliau mengutus Ja'far bin Abi Thalib sebagai komandan perang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam buku Kisah Nabi Muhammad SAW tulisan Ajen Dianawati, Rasulullah SAW berpesan kepada Ja'far bahwa jika terjadi sesuatu padanya maka kepemimpinannya digantikan oleh Zaid Haritsah. Lalu, jika Zaid gugur, maka Abdullah bin Ruwahid yang harus memimpin pasukan.

"Dan jika Abdullah bin Ruwahid juga menjadi syahid, maka kalian sendirilah yang harus memilih pemimpin," kata Nabi SAW.

ADVERTISEMENT

Pada perang Mu'tah, kehebatan Khalid bin Walid dibuktikan. Ketiga sahabat yang sebelumnya ditunjuk oleh Nabi SAW untuk memimpin tentara muslim justru wafat dalam medan perang, seperti dikutip dari buku Cahaya Abadi Nabi Muhammad SAW karya M Fethullah Gulen.

Kala itu, Khalid bin Walid baru memeluk Islam. Perang Mu'tah merupakan pertempuran pertama yang ia ikuti sebagai tentara muslim.

Dikisahkan dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan 'Khalid bin Walid' karya Hanatul Ula Maulidya, Perang Mu'tah merupakan pertempuran pembuka jalan bagi kaum muslimin untuk menaklukan negara-negara Nasrani.

Tiga bulan setelah Khalid bin Walid menetap di Madinah, Nabi Muhammad SAW mengutus Harits bin Umar untuk menyampaikan surat dakwah dalam rangka mengajak pemimpin wilayah Basrah untuk masuk Islam. Sayangnya, di tengah perjalanan dari Mu'tah ke Baitul Maqdis, Harits bin Umair dihadang oleh Syurahbil bin Amr Al-Ghassani, seorang pemimpin dari wilayah Basrah.

Harits lalu ditangkap dan dibunuh. Kabar mengenai pembunuhan Harits terdengar oleh Rasulullah SAW dan sahabat-sahabat, hal ini pula yang jadi pemantik Perang Mu'tah.

Rasulullah SAW lalu menyiapkan 3.000 bala tentara muslim menuju Basrah, Irak. Perang Mu'tah dimulai dengan perlawanan antara pasukan muslim dengan 100.000 bala tentara gabungan Ghasan.

Pasukan Ghasan adalah kabilah yang berasal dari Yaman yang bermigrasi ke selatan Syam, Hauran. Perang Mu'tah terjadi di dusun Mu'tah sebelah timur sungai Yordania.

Peperangan dengan jumlah yang tak sebanding itu menyebabkan mental pasukan muslimin tertekan. Namun, sebelum peperangan Abdullah bin Ruwahid memberi semangat tentara muslim,

"Sesungguhnya apa-apa yang kalian benci justru itulah yang menjadi tujuan kalian, yaitu syahid di jalan Allah. Kita tidak berperang karena kekuatan dan jumlah mereka yang sangat banyak. Tetapi kita memerangi mereka karena Islam. Allah telah memuliakan kita, maka berangkatlah berperang, sesungguhnya perang kita kali ini hanyalah terdapat dua kebaikan, mendapat kemenangan atau mati syahid,"

Ucapan Abdullah membuat pasukan muslim bersemangat dalam perang itu, mereka melawan rasa takutnya. Namun, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa ketiga sahabat yang ditunjuk Nabi SAW, termasuk Abdullah justru syahid dalam Perang Mu'tah.

Pasukan muslim mulanya bingung menunjuk pemimpin perang, lalu salah seorang pasukan bernama Tsabit bin Arqam maju mengambil bendera Islam dan menunjuk Khalid bin Walid seraya berkata,

"Ambillah wahai Khalid. Sebab engkau yang lebih tahu mengenai strategi dalam perang dan tahu tentang muslihat peperangan. Dan demi Allah, aku tidak akan mengambilnya kecuali aku serahkan kepadamu!"

Tsabit bin Arqam lalu berteriak ke arah pasukan muslim, "Bersediakah kalian wahai pasukan muslimin berada di bawah pimpinan Khalid?"

Tentara muslim menyetujui keputusan itu. Khalid bin Walid dengan sigap mengatur dan menata kembali barisan pasukan muslim yang berantakan akibat serangan musuh dari arah depan dan samping.

Ia kemudian menyusun strategi dengan melakukan tipu muslihat setelah melihat medan pertempuran dari atas bukit menggunakan mata elangnya. Di pertengahan perang, Khalid memberi perintah agar barisan pasukan belakang berpindah ke depan, lalu pasukan sayap kiri berpindah ke sayap kanan, begitu sebaliknya.

Pasukan yang berada di barisan belakang terus menerus bergerak menuju bagian depan sehingga debu-debu berterbangan. Hal ini tentu mengganggu penglihatan pasukan musuh.

Strategi Khalid yang brilian itu mengakibatkan pasukan musuh mengira kaum muslimin mendapat tambahan bala tentara baru. Karenanya, pasukan musuh tidak berani berbuat gegabah dalam menggempur kaum muslimin.

Sementara itu, Qutbah bin Qatadah yang merupakan komandan sayap kanan tentara muslim bertemu dengan jenderal pasukan musuh, yaitu Ghasan Malik. Pertemuan itu menyebabkan duel dan Ghasan terbunuh.

Kematian Ghasan Malik memicu pasukan musuh menahan serangannya terhadap kaum muslimin, hal ini menjadi peluang bagi tentara muslim untuk melakukan konsolidasi. Secara perlahan dan tertata, pasukan muslimin berhasil mengundurkan diri dari peperangan akibat jumlah yang tak seimbang.

Pasukan musuh sama sekali tidak berani mengejar hingga memutuskan untuk menghentikan pertempuran. Strategi Khalid bin Walid menjadi kesuksesan besar bagi kaum muslimin.

Setibanya di Madinah setelah peperangan, Rasulullah SAW menyampaikan rasa bangganya kepada pasukan muslim karena telah berhasil mengalahkan musuh. Selain itu, kaum muslimin juga dapat membuktikan kekompakan untuk tetap berada dalam satu komando.




(aeb/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads