Sunan Kalijaga adalah tokoh wali songo yang di masa mudanya pernah mencuri dan merampok pejabat yang korupsi di kerajaan yang menyelewengkan uang upeti dari masyarakat. Ia kemudian membagikan hasil curian tersebut kepada orang-orang miskin dan terlantar.
Rizem Aizid dalam buku Sejarah Islam Nusantara menceritakan bahwa sebelum menjadi wali, Sunan Kalijaga adalah orang yang nakal dan berandalan. Tetapi, ia kemudian berhasil di insafkan oleh Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga termasuk murid dari Sunan Bonang, terdapat dua macam versi cerita mengenai Sunan Kalijaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Versi pertama mengisahkan bahwa Raden Said atau Raden Sahid yang merupakan nama asli Sunan Kalijaga adalah seorang yang suka mencuri dan merampok. Namun, hasil curiannya itu tidak digunakan sendiri tetapi dibagi-bagikan kepada rakyat jelata.
Konon, Raden Said sudah disuruh mempelajari agama Islam ketika usianya masih kecil, tetapi karena ia melihat kondisi lingkungan yang kontradiksi dengan ajaran agama itu, maka jiwanya memberontak.
Ia melihat rakyat jelata yang hidupnya sengsara, sementara bangsawan Tuban hidup dalam kemegahan dan berfoya-foya. Rakyat diperas dan diwajibkan membayar upeti. Maka, dalam konteks itulah, Raden Said yang terpanggil hatinya mencuri harta kadipaten untuk kemudian dibagikan kepada rakyat miskin.
Versi kedua, menyebutkan bahwa Raden Said adalah benar-benar seorang perampok dan pembunuh yang jahat. Menurut versi ini Raden Said merupakan orang yang nakal sejak kecil, kemudian berkembang menjadi penjahat yang sadis.
Ia suka merampok dan membunuh tanpa segan, ia juga suka berjudi. Setiap kali uangnya habis untuk berjudi ia merampok penduduk. Selain itu, digambarkan bahwa Raden Said adalah seorang yang sakti dan mendapat julukan Brandal Lokajaya.
Dikisahkan pula oleh Jhony Hadi Saputra dalam buku Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga, Raden Said lahir saat kejayaan Majapahit mulai memudar hingga membuat rakyat dari hari ke hari semakin hidup dalam kesengsaraan. Hal tersebut rupanya tidak dipahami dan dipedulikan oleh penguasa Majapahit.
Raden Said kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda yang merasa prihatin pada keadaan masyarakat. Terlebih sebagai seorang putra Adipati, Raden Said merasa memiliki tanggung jawab hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang pencuri.
Tempat pertama yang ia jarah adalah gudang kadipatennya sendiri. Berbagai bahan makanan yang ia ambil dari gudang tersebut, secara diam-diam ia bagikan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan.
Masyarakat pun tidak tahu siapa yang membagikan bahan makanan tersebut. Kejadian seperti ini terus berulang-ulang, sehingga masyarakat memberikannya julukan sebagai "maling cluring". Arti dari maling cluring in ialah pencuri yang mencuri bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk dibagikan kepada orang-orang miskin.
Hingga akhirnya, Raden Said pun ketahuan dan diusir dari istana kadipaten. Ia semakin menjadi-jadi ketika diusir, bahkan mulai merampok orang-orang kaya yang tinggal di wilayah Kadipaten Tuban.
Hal ini semakin membuat ayahnya, Tumenggung Wilatikta kemudian mengusirnya keluar dari wilayah Kadipaten Tuban.
Raden Said tetap melakukan hal yang sama untuk merampas orang-orang kaya yang korupsi dan membagikannya kepada rakyat yang tidak mampu. Namun, ketika bertemu dengan Sunan Bonang ia akhirnya memutuskan untuk menjadi murid Sunan Bonang.
Dari sinilah Raden Said mengetahui bahwa selama ini perbuatannya tidak bisa dikatakan benar dalam Islam. Raden Said akhirnya mengetahui bahwa kebenaran dalam Islam adalah kebenaran yang hakiki, mutlak, dan tidak dapat diperdebatkan karena membawa dampak kebaikan untuk siapa pun yang menjalankan kebenaran itu.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina