Sunan Ampel adalah salah satu tokoh wali songo yang berdakwah di Pulau Jawa. Nama ayah Sunan Ampel adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau biasa dikenal dengan Sunan Gresik.
Hal tersebut dijelaskan dalam buku Wali Sanga karya Masykur Arif. Sunan Gresik sendiri adalah tokoh wali songo pertama yang menyebarkan agama Islam di Jawa.
Pendapat mengenai nama ayah Sunan Ampel tersebut bersandar pada beberapa teks sejarah, seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Dalem, dan Silsilah Sunan Kudus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan, Sunan Ampel atau Raden Rahmat merupakan keturunan Ibrahim Asmarakandi, nama lain Sunan Gresik. Beberapa kitab turut menyebut bahwa jika dilihat dari silsilah ayahnya, Sunan Ampel bernasab dengan Nabi Muhammad SAW.
Dalam buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Sunan Ampel karya Rizem Aizid diceritakan, pada masa kecilnya, Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat yang lahir di Campa pada tahun 1401 M.
Nama "Ampel" diidentikkan dengan nama tempatnya bermukim dalam waktu yang lama yaitu di Ampel atau Ampeldenta yang kini menjadi salah satu bagian wilayah di Surabaya.
Beberapa versi menyebutkan bahwa Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama dengan Sayyid Ali Mutadha yang merupakan adiknya. Sebelum ke Jawa mereka singgah terlebih dahulu di Palembang dan menetap selama tiga tahun.
Kedatangan Sunan Ampel menurut Babad Gresik yaitu ketika Kerajaan Majapahit sedang dilanda perang saudara dan kekacauan terjadi di mana-mana membuat Prabu Sri Kertawijaya penguasa Majapahit saat itu mengundang Raden Rahmat atau Sunan Ampel untuk mengajarkan agama kepada penduduk Jawa.
Di Kerajaan Majapahit, Sunan Ampel diberi kebebasan untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Majapahit dengan syarat tanpa paksaan dan kekerasan. Selanjutnya, ia dinikahkan dengan Nyai Ageng Manila atau putri Tumenggung Arya Teja, Bupati Tuban. Sejak saat itulah, ia terkenal dengan sebutan Raden Rahmat.
Dalam versi yang lain ada pula yang mengatakan bahwa Sunan Ampel menikahi putri dari Adipati Tuban, Nyai Gede Nila.
Dakwah Sunan Ampel
Perjalanan Raden Rahmat atau Sunan Ampel menuju Ampeldenta yang saat ini masuk dalam wilayah Surabaya, mengandung banyak cerita sejarah dan dakwah.
Masih dalam sumber yang sama, rute perjalanan rombongan Sunan Ampel itu melalui Desa Krian Wonokromo, terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan, Raden Rahmat menyempatkan diri berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya.
Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik, yaitu membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu yang dianyam bersama rotan.
Kipas-kipas itu diberikan dengan cuma-cuma kepada penduduk alias tidak perlu membelinya. Namun, para penduduk yang diberi kipas cukup menukarnya dengan kalimat syahadat.
Para warga yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Lantaran kipas tersebut bukanlah sembarang kipas karena akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata merupakan obat bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam.
Dari situ lah, pengikut Sunan Ampel mulai banyak jumlahnya. Sunan Ampel juga terkenal sebagai orang yang ramah dan berbudi pekerti yang baik kepada orang lain. Selain itu, ia juga mudah beradaptasi dengan masyarakat setempat.
Ketika Sunan Ampel membangun tempat ibadah, ia menyesuaikan nama tempat tersebut dengan budaya dan kebiasaan orang Jawa. Ia tidak memberikan nama Arab pada tempat ibadah tersebut ia memberikan nama tempat ibadah tersebut dengan sebutan langgar.
Ketika menyebut menyembah Allah SWT, ia juga tidak menggunakan bahasa Arab seperti salat melainkan ia menyebutnya dengan sembahyang yang berasal dari kata sembah dan hyang (Tuhan).
Dengan demikian, di tangan Sunan Ampel Islam beradaptasi sesuai dengan kondisi masyarakat lingkungan setempat. Karena itulah, Islam mudah dimengerti dan gampang diterima oleh masyarakat.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi