Waraqah bin Naufal, Sepupu Siti Khadijah yang Ahli Kitab

Waraqah bin Naufal, Sepupu Siti Khadijah yang Ahli Kitab

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Selasa, 18 Okt 2022 13:36 WIB
Sesekali kami harus beristirahat dalam perjalanan menuju perkemahan di tengah Gurun
Waraqah bin Naufal, Sepupu Siti Khadijah yang Ahli Kitab. Foto: detik
Jakarta -

Siti Khadijah, yakni istri Rasulullah memiliki sepupu bernama Waraqah bin Naufal. Ia adalah anak paman Khadijah yakni Naufal bin Asad bin Abdil Uzza.

Waraqah termasuk orang yang alim tentang isi Kitab Taurat dan Injil. Sehingga ia mengetahui bahwa akan ada seorang nabi terakhir yang muncul di tengah kalangannya.


Ada sejumlah kisah menarik mengenai Waraqah bin Naufal, seperti apa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menafsirkan Mimpi Siti Khadijah


Dalam buku Yang Terakhir Masuk Surga oleh Ismatillah Nouad diceritakan, Mata Waraqah buta, tetapi hatinya tidak. Ia memiliki kemampuan dalam menafsirkan mimpi.

Suatu ketika, Siti Khadijah sedang dalam kebimbangan. Ia lalu mengunjungi rumah sepupunya untuk dimintai bantuan perihal masa depan calon suaminya.

ADVERTISEMENT

Waraqah bin Naufal memberikan air yang telah ia bacakan doa kepada Khadijah untuk diminum sebelum tidur. Siti Khadijah pulang dan menuruti perintahnya. Ia meminum air tersebut sebelum tidur, lalu berwudhu dan memperbanyak menyebut nama Tuhan.


Dalam tidurnya Khadijah bermimpi, ada sosok pemuda tampan berjubah putih menaiki kuda yang gagah. Sosoknya sangat bercahaya dan sinarnya menyilaukan. Pemuda gagah itu datang dari arah rumah Abu Thalib.


Ketika terbangun dari mimpi, Khadijah bersemangat untuk menceritakan dan mencari tahu kebenaran mimpinya. Kemudian Siti Khadijah mendatangi rumah Waraqah bin Naufal.


Khadijah menceritakan mimpi tersebut. Ia menafsirkan bahwa mimpinya itu akan terjadi, dan meminta Khadijah untuk terus berdoa kepada Tuhan.


Warawah menjelaskan bahwa ia mengetahui sosok pemuda dalam mimpi Khadijah. Ia adalah Muhammad (saat itu belum menjadi Nabi), keponakan Abu Thalib. Ia menceritakan tentang pemuda itu kepada Siti Khadijah, begitu pula ciri-ciri kenabiannya.


"Tak memiliki bayangan karena wujudnya terlindung awan. Apapun yang dipakainya, pasti akan pas, tidak kebesaran dan tidak kekecilan. Hatinya tak pernah tidur meski matanya terpejam. Badannya tak mengeluarkan keringat dan selalu semerbak mewangi. Dalam duduknya, ia berdiri. Tak ada orang yang mampu menyaingi ketinggian postur tubuhnya, dan sebagainya, dan sebagainya". Kata Waraqah menceritakan sosok Nabi Muhammad kepada Khadijah.


Membenarkan Kedatangan Nabi Terakhir


Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam disebutkan, suatu hari Khadijah mendengar informasi tentang pemuda Muhammad yang terkenal jujur dalam perkataan, amanah, dan berakhlak mulia.

Khadijah mengutus seseorang untuk menawarkan kerja sama kepadanya. Muhammad harus memasarkan barang-barang dagangan Khadijah ke Syam, lalu ia akan diberi imbalan lebih besar daripada yang didapatkan oleh pedagang lainnya.

Muhammad menerima tawaran tersebut. Ia pun berangkat membawa barang barang dagangan Khadijah ke Syam dengan ditemani oleh Maisarah.

Di perjalanan, Muhammad beristirahat di bawah naungan pohon di dekat kuil seorang rahib. Sang rahib mendatangi Maisarah dan bertanya tentang Muhammad, "Siapa lelaki yang bernaung di bawah pohon itu?".

Maisarah berkata, "Ia lelaki Quraisy penduduk Tanah Haram". Sang rahib menerangkan, "Tidak ada yang bernaung di bawah pohon itu, kecuali seorang nabi."

Menurut keyakinan para sejarawan, ketika tengah hari dan sangat terik, Maisarah melihat dua malaikat menaungi Muhammad dari panas matahari.

Setibanya di Mekah, Maisarah segera menemui Khadijah dengan membawa hasil penjualan barang dagangan yang mencapai harga dua kali lipat atau mendekati itu. Maisarah juga menceritakan ucapan rahib dan naungan malaikat pada Muhammad sebagaimana yang dilihatnya.


Siti Khadijah menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, dan menceritakan perkataan Maisarah tentang ucapan rahib dan dua malaikat yang dilihatnya menaungi Muhammad.


Waraqah berkata, "Jika ini benar, Khadijah, maka Muhammad adalah nabi umat ini. Aku sudah tahu bahwa di umat ini akan datang seorang nabi yang ditunggu-tunggu. Inilah waktunya".


Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hasyim berkata bahwa Waraqah merasakan kedatangan nabi terakhir sangat lambat sehingga ia sering bertanya sendiri, "Sampai kapan?".


Mengakui Kenabian Muhammad


Dilansir dari buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, setelah Rasulullah menerima wahyu pertama, beliau dalam keadaan seolah-olah sedang sakit, napas terengah-engah, muka pucat, suara serak dan badan gemetar.


Nabi pulang ke rumahnya, lalu tertidur karena lelah. Saat beliau tertidur, Siti Khadijah pergi ke rumah Waraqah bin Naufal. Ketika itu, Waraqah bin Naufal sudah berusia lanjut dan menganut agama Masehi. Khadijah lalu menceritakan apa yang terjadi atas diri suaminya itu.


Setelah mendengarnya, Waraqah berkata, "Kudus, Kudus! Demi Tuhan yang diri Waraqah ada di tangan kekuasaan-Nya. Jikalau engkau membenarkan aku, wahai Khadijah, sesungguhnya telah datang kepadanya (Muhammad) Namus Akbar yang pernah datang juga kepada Musa dahulu, dan sesungguhnya dia (Muhammad) adalah seorang nabi bagi umat ini. Maka dari itu katakanlah kepadanya, supaya tetap tenang!".


Setelah mendengar penjelasan dari Waraqah, Khadijah pulang ke rumahnya dengan hati yang gembira.


Tak lama, badan Nabi kembali sehat seperti sedia kala, dan segera Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah bin Naufal di rumahnya. Siti Khadijah mengajak Rasul datang kepadanya karena ia terkenal alim serta patuh dalam memeluk agama Nasrani.


Khadijah hendak bertanya lebih lanjut tentang peristiwa yang menimpa diri Nabi di Gua Hira, dan agar Nabi mendengarkan sendiri penjelasan pamannya itu, berdasarkan keterangan yang telah diketahui dalam kitab-kitab agama yang dipeluknya.


Sesampainya di rumah Waraqah bin Naufal Rasulullah menceritakan apa yang baru dialaminya. Setelah Nabi selesai berbicara, Waraqah berkata,


"Suci suci! Hai anak lelaki saudaraku! Ini adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan oleh Allah atas Nabi Musa. Oh, mudah-mudahan aku dapat kembali menjadi muda dan kuat! Mudah-mudahan aku masih hidup, kelak bilamana kaummu mengeluarkan (mengusir) engkau!".


Rasul bertanya setelah mendengar perkataan Waraqah, "Apakah mereka (kaumku) akan mengusirku?".


Waraqah menjawab, "Ya, sama sekali tidak ada seorang yang datang dengan membawa seperti apa yang engkau bawa itu melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jikalau aku masih dapat mengalami hari kelak ketika engkau dimusuhi, aku akan menolong engkau dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya".


Nabi dan Khadijah pulang ke rumah setelah Waraqah selesai menjelaskan hal tersebut. Sejak itu, Siti Khadijah memegang teguh keterangan-keterangan Waraqah. Rasul pun merasa mendapat penjelasan tentang peristiwa yang baru dialami oleh dirinya.


Tak lama setelah pertemuan itu, Waraqah bin Naufal wafat. Sepanjang riwayat dalam kitab Tarikh al-Khamis, Waraqah wafat pada tahun kedua atau ketiga dari tahun kenabian Nabi Muhammad SAW.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads