Apakah Boleh Niat Puasa Rajab di Pagi Hari?

Apakah Boleh Niat Puasa Rajab di Pagi Hari?

Salsa Dila Fitria Oktavianti - detikHikmah
Senin, 22 Des 2025 11:45 WIB
Apakah Boleh Niat Puasa Rajab di Pagi Hari?
Ilustrasi membaca niat puasa Rajab. Foto: Getty Images/Malik Nalik
Jakarta -

Puasa Rajab merupakan salah satu ibadah sunnah yang dilaksanakan pada bulan Rajab. Sejumlah riwayat dan penjelasan para ulama menyebutkan adanya keutamaan bagi umat Islam yang menghidupkan bulan ini dengan berbagai amalan kebaikan, salah satunya dengan berpuasa.

Karena termasuk puasa sunnah, pelaksanaan puasa Rajab memiliki ketentuan yang berbeda dengan puasa wajib, terutama terkait waktu berniat. Hal inilah yang sering menimbulkan pertanyaan di tengah umat Islam, khususnya mengenai apakah niat puasa Rajab harus dilakukan malam hari atau boleh dilakukan pagi hari?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apakah Boleh Niat Puasa Rajab di Pagi Hari?

Niat merupakan inti dari setiap ibadah yang dilakukan seorang muslim. Niat adalah tekad dalam hati untuk melaksanakan suatu amal semata-mata karena Allah SWT dengan mengharap rida-Nya, sekaligus sebagai bentuk kesungguhan dalam menyempurnakan ibadah tersebut.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab RA, Rasulullah SAW bersabda,

ADVERTISEMENT

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةِ يَنْكِحُهَا فَهَجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Artinya: "Sesungguhnya sahnya amal itu bergantung pada niatnya dan setiap orang juga bergantung pada niatnya. Barang siapa yang hijrah berniat karena dunia atau wanita yang hendak dinikahinya, ia akan mendapatkannya. Hijrah seseorang bergantung pada niatnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dikutip dari buku 125 Masalah Puasa karya Muhammad Anis Sumaji, niat termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan (arkan), seperti perbuatan tangan, kaki, atau lisan. Oleh karena itu, niat tidak harus diucapkan dengan lafaz tertentu, melainkan cukup dihadirkan di dalam hati.

Lalu, bagaimana penjelasan ulama terkait niat puasa Rajab yang dilakukan di pagi hari?

Dikutip dari buku Cerdas Intelektual dan Spiritual dengan Mukjizat Puasa: Ragam Jenis Puasa Sunnah untuk Kesuksesan Akademikmu karya Ustadz Yazid Al-Busthomi, puasa Rajab merupakan puasa Asyhurul Hurum, yaitu puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan-bulan haram. Dalam pelaksanaannya, umat Islam dianjurkan untuk membaca niat terlebih dahulu sebelum berpuasa.

Niat puasa Rajab, sebagai bagian dari puasa Asyhurul Hurum, dapat dibaca sebelum sahur. Namun, waktu yang paling utama untuk berniat adalah pada malam hari sebelum tidur.

Namun demikian, berbeda dengan puasa wajib, puasa sunnah memiliki kelonggaran dalam waktu niat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لَا قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ .

Artinya: "Suatu hari, Rasulullah masuk rumah kami dan beliau bertanya, "Apa kalian memiliki makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada." Rasulullah pun bersabda, "Kalau begitu aku akan berpuasa." (HR Muslim)

Hadits tersebut menegaskan bahwa niat puasa sunnah boleh dilakukan pada siang hari atau pagi hari, selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar. Dengan demikian, niat puasa Rajab tetap sah meskipun dilakukan setelah pagi hari, dan tidak disyaratkan harus pada malam hari sebagaimana puasa wajib.

Bacaan Niat Puasa Rajab

Sebelum melaksanakan puasa, setiap muslim diwajibkan menghadirkan niat di dalam hati sebagai bentuk kesungguhan ibadah kepada Allah SWT. Niat inilah yang menjadi pembeda antara ibadah dan kebiasaan semata.

Sebagai bentuk kemudahan dalam menghadirkan niat, para ulama juga menyebutkan lafaz niat yang dapat dibaca dan dihafalkan, meskipun hakikat niat tetap berada di dalam hati. Dikutip dari buku Kedahsyatan Puasa karya M. Syukron Maksum, berikut bacaan niat puasa Rajab yang biasa diamalkan oleh umat Islam:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرٍ رَجَتْ سُنَّةً اللَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri Rajaba sunnatan lillāhi ta'ālā.

Artinya: "Saya niat puasa bulan Rajab, sunnah karena Allah ta'ala."

Adapun yang mengamalkan puasa Ayyamul Bidh bulan Rajab, bisa membaca niat berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ البَيْضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ayyaamil biidhi sunnatan lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Saya niat puasa Ayyamul Bidh sunnah karena Allah Ta'ala."

Tata Cara Puasa Rajab

Mengacu pada buku Dahsyatnya Puasa Sunah karya H. Amirulloh Syarbini dan Hj. Lis Nur'aeni Afgani, tata cara pelaksanaan puasa Rajab pada dasarnya tidak berbeda dengan puasa sunnah lainnya. Berikut beberapa tahapan yang dianjurkan dalam melaksanakan puasa Rajab:

1. Berniat Puasa

Niat puasa Rajab dihadirkan di dalam hati sebelum waktu subuh. Namun, apabila belum sempat berniat pada malam hari, niat masih diperbolehkan hingga sebelum waktu zuhur, dengan catatan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum.

2. Melaksanakan Sahur

Sahur sebelum terbit fajar sangat dianjurkan karena mengandung keberkahan, sekaligus membantu menjaga kekuatan tubuh selama menjalani puasa.

3. Menahan Diri dari Hal yang Membatalkan Puasa

Sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, orang yang berpuasa wajib menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan perbuatan lain yang membatalkan.

4. Memperbanyak Amalan Ibadah

Selama menjalankan puasa Rajab, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan kualitas ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur'an, berzikir, berdoa, serta memperbanyak sedekah dan amal kebaikan lainnya.

5. Menyegerakan Berbuka Puasa

Ketika waktu magrib telah tiba, disunnahkan untuk segera berbuka puasa. Berbuka dapat diawali dengan air putih atau makanan ringan sebelum menyantap hidangan utama. Setelah membatalkan puasa dengan basmalah, dianjurkan pula membaca doa berbuka puasa.

Keutamaan Puasa di Bulan Rajab

Dalam buku Nasihat Langit Penenteram Jiwa karya Syaikh Ash-Shafuri, disebutkan berbagai keutamaan puasa Rajab. Di antara riwayat tersebut dijelaskan bahwa berpuasa pada hari-hari di bulan Rajab dikaitkan dengan janji perlindungan dari siksa neraka, ampunan dosa, serta dikabulkannya hajat, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat.

Keutamaan tersebut juga meliputi pertolongan di berbagai fase kehidupan manusia, mulai dari sakaratul maut, alam kubur, hingga pada hari perhitungan amal.

Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan bulan Rajab, di antara bulan-bulan yang lain, itu seperti keutamaan al-Qur'an di antara perkataan selainnya." Rasulullah juga bersabda, "Barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan Rajab, maka seakan-akan dia berpuasa 40 tahun."

Dalam riwayat lain, beliau bersabda, "Barang siapa berpuasa sepuluh hari di bulan Rajab, Allah akan membuatkan dua sayap yang diselempangkan dengan mutiara dan yakut. Dia akan terbang menggunakan dua sayap itu seperti kilat yang bersinar di atas jembatan."

Selain itu, terdapat riwayat yang menyebutkan pahala besar bagi orang yang berpuasa beberapa hari di bulan Rajab, bahkan disertai dengan ganjaran berlipat serta kedudukan mulia di akhirat.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa orang yang melaksanakan puasa selama tiga hari di bulan Rajab, disertai dengan menghidupkan malamnya melalui ibadah, akan memperoleh pahala yang disetarakan dengan ibadah selama tiga ribu tahun.

Menurut penelusuran detikHikmah, riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rajab secara khusus dinilai lemah bahkan palsu. Adapun, puasa yang bisa dijalankan pada bulan Rajab menurut riwayat shahih adalah puasa Ayyamul Bidh, puasa Senin-Kamis, dan puasa Daud.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads