Jin Menyukai Tempat Gelap dan Sempit, Ini Penjelasannya

Jin Menyukai Tempat Gelap dan Sempit, Ini Penjelasannya

Salsa Dila Fitria Oktavianti - detikHikmah
Selasa, 09 Des 2025 11:00 WIB
Jin Menyukai Tempat Gelap dan Sempit, Ini Penjelasannya
Ilustrasi jin. Foto: h9images/Freepik
Jakarta -

Pembahasan tentang jin kerap muncul dalam literatur Islam, terutama terkait tempat-tempat yang menjadi lokasi tinggal atau lalu-lalang makhluk tersebut. Jin disebut suka tempat gelap dan sempit.

Menurut buku Ruqyah Syar'iyah untuk Gangguan Jin, Sihir, Hasad dan 'Ain karya Mochamad Mujadid Al Kautsar, secara bahasa kata jin berasal dari ijtinan, yang berarti sesuatu yang tersembunyi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara istilah, jin adalah makhluk Allah yang sebagian bersifat mukallaf dan sebagian tidak, diciptakan dari unsur api, tidak terlihat oleh manusia, memiliki nafsu, dan ada yang akan dihisab pada hari kiamat.

Jin hidup di alam yang berbeda dari manusia maupun malaikat, sehingga keberadaan mereka tetap berada di balik tabir pandangan manusia. Disebutkan dalam Ar-Ruqyah An-Naafi'ah li Amraadh Asy-Ayaa'i'ah karya Said Abdul Azhim terjemahan Salafuddin Ilyas dan Mufid Ihsan, jin menyukai tempat yang gelap dan sempit. Mereka juga sering berada di tempat-tempat najis.

ADVERTISEMENT

Alasan Jin Suka Tempat Gelap dan Sempit

Dalam buku Seri Makhluk Ghaib: Jin dalam Al-Qur'an karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa jin sering berkeliaran pada waktu menjelang matahari terbenam dan saat kondisi gelap. Hal ini selaras dengan hadits dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jabir bin 'Abdillah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا جَنَحَ اللَّيْلُ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُوْا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُوْهُمْ وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

Artinya: "Pada awal malam atau pada saat kalian memasuki waktu petang, lindungilah anak-anak kalian karena setan berkeliaran saat itu. Apabila awal malam telah berlalu, biarkan mereka dan tutuplah pintu, serta sebutlah nama Allah karena setan tidak mampu membuka pintu yang tertutup (jika disebut nama Allah ketika menutupnya)."

Para ulama menjelaskan bahwa kegelapan dapat menjadi kondisi yang menguatkan aktivitas jin dan setan. Segala sesuatu yang identik dengan suasana kelam sering dikaitkan dengan hal-hal negatif.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, disebutkan bahwa ( الكلب الأسود شيطان) anjing hitam adalah setan. Pernyataan ini bukan berarti setiap anjing berwarna hitam adalah setan, melainkan karena anjing hitam, yang biasanya tampak lebih galak atau menimbulkan rasa takut, dijadikan perumpamaan bagi sifat-sifat setan.

Masih mengacu sumber sebelumnya, gangguan jin atau setan dapat ditolak dengan membaca basmalah, memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an, terutama Ayat Kursi dan surah Al-Baqarah, karena bacaan-bacaan tersebut menjadi sebab hadirnya perlindungan Allah SWT.

Dengan memahami bagaimana syariat menjelaskan sifat dan gangguan setan, para ulama kemudian menekankan pentingnya perlindungan melalui bacaan-bacaan Al-Qur'an. Di antara ayat yang paling sering disebut sebagai tameng bagi seorang muslim adalah ayat-ayat dari surah Al-Baqarah ayat 285-286, yang secara khusus memiliki keutamaan dalam mengusir jin dan setan.

Adapun bunyi surah Al-Baqarah 285-286 yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Allah SWT berfirman,

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Āmanar-rasūlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu'minūn(a), kullun āmana billāhi wa malā'ikatihī wa kutubihī wa rusulih(ī), lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih(ī), wa qālū sami'nā wa aṭa'nā, gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr(u).

Artinya: Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) "Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Mereka juga berkata, "Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali." (QS Al-Baqarah: 285)

Allah SWT berfirman,

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ

Lā yukallifullāhu nafsan illā wus'ahā, lahā mā kasabat wa 'alaihā maktasabat, rabbanā lā tu'ākhiżnā in nasīnā au akhṭa'nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣran kamā ḥamaltahū 'alal-lażīna min qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih(ī), wa'fu 'annā, wagfir lanā, warḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal qaumil-kāfirīn(a).

Artinya: Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir." (QS Al-Baqarah: 286)

Wallahu a'lam.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads