Pemerintah Provinsi Jawa Timur akhirnya menetapkan sketsa hitam-putih sebagai rujukan resmi gambar Pahlawan Nasional Syaikhona Muhammad Kholil.
Keputusan ini diambil setelah berbagai versi foto ulama karismatik asal Bangkalan, Madura, itu beredar luas dan menimbulkan perdebatan mengenai mana yang paling akurat.
Penetapan sketsa ini disepakati bersama Syuriah Nahdlatul Ulama (NU). Sketsa resmi tersebut diperkenalkan ke publik di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu (15/11/2025) malam, dalam acara tasyakuran yang turut dihadiri para dzurriyah (keturunan) Syaikhona Kholil, termasuk KH Muhammad Makki Nasir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita bersyukur bahwa akhirnya salah satu titik krusial, yaitu penentuan gambar Syaikhona Kholil ini bisa disepakati dengan menggunakan sketsa hitam putih," ujar Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dilansir Antara.
"Tadi Kiai Makki menyampaikan bahwa keluarga berharap berhenti di sketsa hitam putih itu dan jangan dikreasikan lagi sebagai penghormatan kepada Syaikhona Kholil," lanjutnya.
Seperti diketahui, Syaikhona Muhammad Kholil baru saja dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto. Pemberian gelar itu dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Penobatan gelar pahlawan itu tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Nama Syaikhona Muhammad Kholil menjadi salah satu yang disebut dalam Keppres tersebut sebagai tokoh Jawa Timur di bidang perjuangan pendidikan Islam.
Profil Mbah Kholil
Ulama yang dikenal dengan nama Mbah Kholil ini adalah pendiri salah satu pesantren tertua di Indonesia, Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil. Pesantren ini berdiri sejak 1861 hingga sekarang.
Dihimpun dari situs Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil (10/11/2025), Syaikhona Muhammad Kholil lahir pada 9 Safar 1252 H, bertepatan dengan 25 Mei 1835 M. Beliau adalah putra dari pasangan ulama besar KH Abdul Latif dan Nyai Siti Khadijah.
Dilihat dari garis keturunan ayahnya, Mbah Kholil memiliki nasab yang bersambung hingga Nabi Muhammad SAW, serta terhubung dengan silsilah Wali Songo dan ulama-ulama ternama. Empat generasi di atas beliau adalah KH Abdul Latif, KH Hamim, KH Abdul Karim, dan KH Muharrom.
Dibesarkan dalam lingkungan agama yang kental, Mbah Kholil menerima didikan awal langsung dari ayahnya. Bakat keulamaan beliau sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Ia dikenal cepat menguasai ilmu fikih dan nahwu, bahkan mampu menghafal seribu bait natzam dari kitab Alfiyah Ibnu Malik dalam waktu singkat.
Untuk memperdalam ilmunya, Mbah Kholil menuntut ilmu di berbagai pesantren di Nusantara, termasuk Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Canga'an Bangil, Pesantren Darussalam Pasuruan, Pesantren Sidogiri Pasuruan, dan Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Setail Banyuwangi. Tidak hanya di dalam negeri, beliau juga menimba ilmu di Makkah.
Peran Sentral Mbah Kholil sebagai Guru Para Pendiri Bangsa
Mbah Kholil dikenal menguasai spektrum ilmu agama yang luas, mulai dari tafsir, hadits, fikih, nahwu, hingga ilmu batin dari guru-guru spiritualnya.
Setelah kembali dari Makkah, Mbah Kholil mendirikan pondok pesantren di Bangkalan, Madura. Pesantrennya menjadi magnet bagi santri dari berbagai penjuru. Diperkirakan beliau mendidik sekitar 500.000 santri, di mana 3.000 di antaranya kelak menjadi pemimpin umat dan dijuluki sebagai 'pendiri' Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura.
Murid-murid Mbah Kholil banyak yang bergelar tinggi, seperti al-'Allamah (guru besar), al-'Arif billah (ulama yang dekat dengan Allah), atau al-Faqih (ahli fikih). Dua muridnya yang paling terkenal dan memiliki peran historis penting adalah KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahhab Chasbullah, yang keduanya merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama.
(hnh/hnh)












































Komentar Terbanyak
Potret Keluarga Cendana Syukuran Gelar Pahlawan Nasional, Dihadiri Menag
Video Cium Anak Kecil di Panggung Viral, Gus Elham Minta Maaf
Masjid Palestina Dibakar Pemukim Israel, Kecaman Dunia Menggema