Ilmu qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam Ulum Al-Qur'an yang mempelajari cara membaca dan melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan riwayat yang bersumber dari para imam qiraat.
Ilmu ini berperan penting dalam menjaga keaslian bacaan Al-Qur'an serta memahami perbedaan dalam pengucapan tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalamnya.
Meski tidak begitu populer di kalangan masyarakat umum, ilmu qiraat cukup dikenal dalam dunia akademik, terutama di kalangan santri dan ulama. Di pondok pesantren, ilmu ini bahkan menjadi salah satu bidang kajian utama bagi mereka yang ingin mendalami ragam bacaan Al-Qur'an secara mendetail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Ilmu Qiraat
Dikutip dari buku Mengenal Ilmu Qiraat oleh Amaruddin, ilmu qiraat adalah salah satu cabang ilmu dalam Ulum Al-Qur'an yang membahas tentang tata cara pengucapan lafal-lafal Al-Qur'an.
Menurut Amaruddin dalam jurnal Mengenal Ilmu Qiraat, ilmu ini merupakan cara membaca Al-Qur'an sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat.
Qiraat Al-Qur'an bersumber dari periwayatan langsung Nabi Muhammad SAW, baik melalui perbuatan (fi'liyah) maupun persetujuan beliau (taqririyah). Oleh karena itu, setiap qiraat yang ada memiliki dasar kuat dalam tradisi periwayatan Islam.
Dalam perkembangannya, ada qiraat yang hanya memiliki satu bentuk bacaan, namun ada juga yang memiliki beberapa versi. Semua perbedaan tersebut tetap sah selama sesuai dengan riwayat yang bersambung hingga Rasulullah SAW.
Berbeda dengan ilmu fiqih, hadits, atau tafsir, ilmu qiraat tidak memiliki keterkaitan langsung dengan aktivitas muamalah sehari-hari. Namun, ia menjadi penting dalam menjaga keaslian bacaan Al-Qur'an agar tidak berubah sepanjang zaman.
Ilmu qiraat tergolong cukup sulit dipelajari karena memerlukan keahlian khusus. Seorang penuntut ilmu qiraat harus menguasai bahasa Arab dengan baik, hafal sebagian besar ayat Al-Qur'an, serta memahami ragam perbedaan bacaan yang ada.
Karena kompleksitasnya, tidak banyak orang yang mendalami ilmu ini secara serius. Biasanya, hanya kalangan santri, ulama, atau akademisi tertentu yang fokus menekuni qiraat sebagai bidang kajian utama.
Dalam mempelajari ilmu qiraat, ada tiga istilah penting yang harus dipahami: qiraat, riwayat, dan thariq. Qiraat merujuk pada bacaan yang dinisbatkan kepada seorang imam, riwayat kepada perawi tertentu, sedangkan thariq kepada jalur periwayatan murid-murid perawi tersebut.
Syarat-syarat Qiraat
Perlu dipahami bahwa qiraat bukanlah hasil ijtihad para ulama ahli qiraat, melainkan bersumber langsung dari Rasulullah SAW. Untuk membedakan qiraat yang sahih berasal dari Nabi dengan yang tidak, para ulama menetapkan beberapa kriteria khusus.
Syarat-syarat diterimanya sebuah qiraat antara lain:
- Qiraat harus memiliki sanad yang shahih.
- Qiraat sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
- Qiraat tidak bertentangan dengan rasm al-Mushaf.
Apabila salah satu dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi, maka qiraat tersebut tidak bisa diterima dan dianggap sebagai bacaan yang ditolak.
Perbedaan Qiraat dan Tajwid
Masih mengutip dari buku Ilmu Qiraat oleh Amaruddin, dilihat dari definisinya, qiraat membahas cara pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur'an yang berkaitan dengan susunan kata, kalimat, maupun perbedaan dialek bahasa. Sedangkan secara etimologis, tajwid berarti at-tahsin atau memperindah.
Dengan demikian, qiraat berbeda dari tajwid karena tajwid lebih menitikberatkan pada aturan teknis bacaan. Ilmu tajwid berfungsi untuk memperindah lantunan Al-Qur'an melalui pelafalan huruf-huruf sesuai makhraj dan sifat-sifatnya.
Wallahu a'lam.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
Kemenhaj Rombak Sistem Antrean Haji, Tak Ada Lagi Masa Tunggu 48 Tahun
Antrean Haji Tiap Daerah Akan Dipukul Rata 26-27 Tahun
Waketum MUI: Seret Benyamin Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional