Uzbekistan Buka Pusat Peradaban Islam Seperti Louvre dan Smithsonian

Uzbekistan Buka Pusat Peradaban Islam Seperti Louvre dan Smithsonian

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Senin, 29 Sep 2025 15:32 WIB
Center for Islamic Civilization (CIC) di Uzbekistan.
Uzbekistan Buka Peradaban Islam Seperti Louvre dan Smithsonian. Foto: Dok. CIC
Jakarta -

Uzbekistan akan membuka Center for Islamic Civilization (CIC) di Tashkent pada musim gugur ini. Nantinya ini akan menjadi pusat peradaban Islam.

Dikutip dari Britannica, Uzbekistan adalah negara yang terkurung di daratan Asia Tengah. Uzbekistan berbatasan dengan Kazakhstan di barat laut dan udara, Kyrgyzstan dan Tajikistan di timur dan tenggara, Afghanistan di selatan dan Turkmenistan di barat daya.

Uzbekistan terdiri dari berbagai etnis yakni Uzbek, Tajik, Kazakh, Tatar, Rusia, dan Karakalpak. Namun, Uzbek menjadi etnis terbanyak dengan lebih dari empat perlima populasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang-orang di Uzbekistan mayoritas adalah Islam, yakni sekitar tiga perempat penduduknya. Sementara kurang dari sepersepuluh penduduknya beragama Kristen Ortodoks Timur dan sisanya menganggap diri mereka tidak beragama atau menganut agama lain.

Uzbekistan akan membuka CIC di Tashkent, ibu kota Uzbekistan. Dikutip dari Antara, Senin (29/9/2025), pusat peradaban yang merupakan inisiatif Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev sebagai simbol warisan dunia Islam, akan menjadi ruang pelestarian, penelitian, dan penyebaran warisan intelektual serta peradaban Islam kepada komunitas global.

ADVERTISEMENT

Direktur Jenderal CIC Firdavs Abdukhalikov mengatakan pusat peradaban itu akan menjadi gabungan antara museum, pusat riset, dan simbol budaya modern. CIC juga akan menjadi simbol identitas nasional dan kontribusi Asia Tengah terhadap peradaban global.

"Seperti Louvre, Smithsonian, atau Institut Dunia Arab, CIC menjadi wujud kebanggaan nasional sekaligus jendela dialog global," katanya menurut keterangan resmi CIC di Jakarta, Minggu (28/9/2025).

Presiden Shavkat Mirziyoyev, kata Abdukhalikov, menggambarkan CIC sebagai sebuah pusat budaya dan spiritual yang bertujuan menumbuhkan toleransi sosial serta menyebarkan nilai-nilai pencerahan Islam.

Menjelang peresmian resminya, CIC sudah lebih dulu memamerkan sejumlah artefak penting hasil repatriasi dari berbagai negara. Koleksi tersebut mencakup fragmen Al-Qur'an Kufi abad ke-9, keramik dari masa Timuriyah, naskah asli karya Ibnu Sina dan al-Biruni, hingga perhiasan Seljuk yang pernah hilang.

Selain itu, pengunjung juga dapat menemukan benda-benda berharga lain, seperti kain Sogdiana, koin dari Asia Tengah, serta artefak peninggalan Babur. Menurut Abdukhalikov, keberagaman koleksi ini tidak hanya memperkaya narasi sejarah, tetapi juga menunjukkan kesungguhan Uzbekistan dalam menjaga serta menghidupkan kembali warisan budayanya.

Bangunan CIC berdiri megah di jantung kota Tashkent, berdekatan dengan kompleks bersejarah Hazrati Imam yang menjadi simbol spiritual utama kota. Di ruang utamanya, terdapat Mushaf Utsmani-salah satu manuskrip Al-Qur'an tertua di dunia yang telah tercatat sebagai warisan dunia UNESCO-yang kini menjadi pusat perhatian sekaligus lambang perjalanan panjang peradaban Islam di kawasan ini.

Arsitektur bangunan utama menampilkan kubah setinggi 65 meter yang menaungi empat galeri tematik: Warisan Pra-Islam, Renaisans Pertama, Renaisans Kedua, serta Uzbekistan Modern. Fasilitas CIC juga sangat lengkap, mulai dari perpustakaan modern, laboratorium restorasi, arsip digital dengan lebih dari 25.000 koleksi, hingga museum anak. Di museum ini, generasi muda bisa belajar sejarah melalui teknologi interaktif, bahkan "berdialog" dengan tokoh-tokoh besar masa lalu.




(lus/kri)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads