Arab Saudi dan Republik Islam Pakistan meneken pakta pertahanan bersama yang memperkuat kemitraan militernya. Kesepakatan baru ini memungkinkan Arab Saudi mendapat perlindungan nuklir.
Dilansir SPA, pakta pertahanan itu ditandatangani dalam kunjungan kenegaraan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Republik Islam Pakistan, Muhammad Shehbaz Sharif, atas undangan Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud di Riyadh, Rabu (17/9/2025).
Berangkat dari kemitraan bersejarah yang telah terjalin selama hampir delapan dekade serta ikatan persaudaraan dan solidaritas Islam, kedua negara sepakat menjalin kerja sama pertahanan strategis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perjanjian ini, yang mencerminkan komitmen bersama kedua negara untuk menningkatkan keamanan dan mencapai keamanan serta perdamaian di kawasan dan dunia, bertujuan mengembangkan aspek kerja sama pertahanan antara kedua negara dan memperkuat pencegahan bersama terhadap segala bentuk agresi," lapor SPA.
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Mohammad Asif mengonfirmasi penangkal nuklir negaranya juga akan disediakan untuk Arab Saudi jika diperlukan. Hal tersebut menjadi pengakuan eksplisit pertama bahwa Islamabad telah memperluas payung nuklirnya ke Saudi, sebagaimana dilansir dari Saudi Gazette, Sabtu (20/9/2025).
"Apa yang kami miliki dan kemampuan yang kami miliki akan disediakan untuk (Arab Saudi) dengan perjanjian ini," ungkap Asif dalam sebauh wawancara televisi dengan Geo TV, Kamis (18/9/2025).
Asif mengatakan kemampuan nuklir Pakistan yang sudah dikembangkan dan diuji pada 1990-an memang dirancang untuk memberikan penangkalan yang kredibel sekaligus menjadi pilar utama pertahanan negara tersebut.
Asif menyebut pasukan Pakistan dilatih untuk dikerahkan dalam penangkalan nuklir di medan perang jika memang diperlukan. Penjelasan itu menggarisbawahi bobot pakta pertahanan yang diteken pada Rabu (17/9) antara Pakistan dan Saudi yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap kedua negara.
Pakta yang ditandatangani dengan Saudi, kata Asif, tidak menyebut nama negara tertentu.
"Ini adalah pengaturan payung yang ditawarkan satu sama lain oleh kedua belah pihak: jika terjadi agresi terhadap salah satu pihak --dari pihak mana pun-- maka akan dipertahankan bersama, dan agresi tersebut akan ditanggapi dengan respons," ujar Asif.
Sebagaimana diketahui, Pakistan memiliki kekuatan nuklir yang besar. Menurut informasi yang dihimpun dari situs Atomic Archive, Pakistan menguji senjata nuklir pertamanya pada 1998 dan menjadikannya negara ke-7 di dunia yang secara resmi menguji senjata nuklir.
Tidak diketahui secara pasti hasil dari senjata-senjata nuklir Pakistan yang ada di gudang senjata negara tersebut, tetapi perkiraan umum berkisar 5-12 kiloton (kt) untuk sebagian besar senjata dengan beberapa rudal balistik jarak jauh yang berbobot 40 kt.
Pakistan diyakini memiliki stok sekitar 160 hulu ledak, menjadikannya gudang senjata nuklir terbesar ke-6. Secara aktif, Pakistan mengembangkan senjata nuklir dan para ahli memproyeksikan bahwa negara tersebut kemungkinan memiliki gudang senjata terbesar ke-5 pada tahun 2025 dengan 220-250 hulu ledak.
(aeb/kri)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Solusi Dua Negara Israel-Palestina, Tanpa Hamas
142 Negara PBB Setuju Palestina Merdeka tapi Gaza Terus Digempur Israel