Benarkah Arab Saudi Tidak Merayakan Maulid Nabi? Simak Faktanya

Benarkah Arab Saudi Tidak Merayakan Maulid Nabi? Simak Faktanya

Kristina - detikHikmah
Minggu, 07 Sep 2025 09:00 WIB
Saudi Arabia Flag Against City Blurred Background At Sunrise Backlight
Bendera Arab Saudi. Foto: Getty Images/iStockphoto/NatanaelGinting
Jakarta -

Maulid Nabi Muhammad SAW banyak dirayakan di negara-negara mayoritas muslim, termasuk Indonesia. Namun, perayaan ini tak ada di Arab Saudi yang menjadi tanah kelahiran sang nabi sekaligus pusat lahirnya Islam.

Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan setiap 12 Rabiul Awal, mengacu pada pendapat yang masyhur. Di Arab Saudi, 12 Rabiul Awal 1447 H bertepatan dengan Kamis, 4 September 2025, sehari lebih awal dari kalender Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada hari tersebut, tak ada perayaan khusus baik dari kerajaan maupun masyarakat setempat untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Mengapa demikian?

Alasan Tak Ada Perayaan Maulid Nabi di Arab Saudi

Pemerintah Arab Saudi tak mengadakan perayaan-perayaan semacam ini karena menganggap itu tak termasuk sunnah nabi. Para ulama Arab Saudi khususnya Salafi menolak perayaan maulid Nabi Muhammad SAW dan menyatakan hal tersebut bidah.

ADVERTISEMENT

Salah satu ulama yang menyatakan pendapat ini adalah Ibn Baz. Dalam salah satu fatwanya ia menyatakan:

"Nabi Muhammad SAW tidak merayakan kelahirannya dan beliau juga tidak mengajarkannya. Tak ada seorang pun dari para sahabatnya merayakannya, begitu pula para tabi'in (generasi setelah sahabat), maupun mereka yang mengikutinya dengan sempurna di abad-abad yang mulia. Oleh karena itu, hal ini dikenal sebagai bidah."

Ibn Baz merupakan ulama Arab Saudi yang otoritas keilmuannya diakui dalam Islam. Ia adalah mufti resmi kerajaan Arab Saudi yang meninggal pada 1999 lalu.

Imam dan Khatib Masjidil Haram Syekh Usaamah Al Khayyat dalam ceramahnya juga mengatakan maulid Nabi SAW termasuk inovasi dalam agama dan itu tidak dibenarkan karena bidah.

"Setiap jalan yang mengarah pada perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah bidah. Jika itu baik, generasi terdahulu sudah mendahului kita (melakukannya). Namun, itu adalah bidah yang tertolak, yang harus dibuang dan tidak diamalkan, meskipun sebagian orang menganggapnya bisa diterima atau dikagumi," kata Syekh Usaamah dikutip dari unggahan X Inside the Haramain, Kamis (4/9/2025).

Imam salat Masjidil Haram yang telah bertugas sejak 27 tahun lalu itu menyerukan untuk berpegang teguh pada amal saleh sesuai ketetapan syariat dan berhati-hati dalam mengikuti setiap inovasi.

Meski tak ada perayaan resmi di Arab Saudi, banyak orang Hijaz memuliakan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Mereka mengadakan berbagai kegiatan amal sepanjang Rabiul Awal, membagikan makanan untuk orang miskin, dan sedekah kepada organisasi lokal.

Perayaan maulid Nabi SAW di Arab Saudi dilakukan oleh para sufi atau pengagum praktik tersebut. "Di Arab Saudi, maulid sebagian besar dirayakan oleh para sufi atau pengagum praktik sufi di Kerajaan, tetapi tidak terbatas pada mereka. Namun, maulid tidak diterima oleh kaum Salafi," ujar Fadhel dari Jeddah dikutip dari laporan Arab News pada 7 November 2020 lalu.

"Beberapa keluarga terkemuka di Hijaz merayakannya dan mengadakan pertemuan tahunan seperti di rumah ulama Muhammad Alawi Al-Maliki, di Makkah," ujar Fadhel yang hidup sebagai Salafi itu.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads