Menag Nasaruddin dan Gus Yahya Bahas 4 Program Prioritas, Apa Itu?

Menag Nasaruddin dan Gus Yahya Bahas 4 Program Prioritas, Apa Itu?

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Selasa, 11 Mar 2025 16:30 WIB
Nasaruddin Umar dan Gus Yahya.
Menag RI Nasaruddin Umar dan Ketum PBNU Gus Yahya. Foto: Lusiana Mustinda/detikcom
Jakarta -

Kementerian Agama bertukar pikiran dengan beberapa lembaga Islam di Indonesia. Pada Selasa (11/3/2025) Nasaruddin Umar berkunjung ke kantor PBNU di Kramat Raya, Jakarta Pusat.

"Kementerian Agama tidak bisa mengandalkan kepalanya sendiri. Harus juga mengakomodir kepala-kepala orang-orang pintar yang ada di seluruh Kemenag. Tadi dari MUI, sekarang PBNU dan nanti ke PP Muhammadiyah," jelas Prof. Nasaruddin Umar kepada detikHikmah.

Menag juga mencari input-input mana yang terbaik untuk bangsa, salah satunya PBNU. Menag meminta khusus agar PBNU dapat mengisi empat program prioritas dari Kementerian Agama.

Pertama, kurikulum cinta. "Yang masih konseptual ya, ada program yang lain juga non konseptual artinya sudah menjadi aktual. Itu gimana kami menggagas apa yang disebut dengan kurikulum cinta. Bagaimana para guru agama mengajarkan cinta terhadap anak-anaknya bukan mengajarkan perbedaan apalagi kebencian antara satu sama lain," ujar Nasaruddin Umar.

Menurutnya, Indonesia ini adalah negara plural sangat berisiko kalau diajarkan perbedaan apalagi kebencian.

Kedua, Menag juga menggagas ekoteologi. "Bagaimana teologi kita ini lebih feminine ya kan. Bagaimana teologi kita ini lebih soft, lebih akomodatif terhadap lingkungan alam semesta," tambahnya.

"Karena bagi kami kita semua juga tentunya ya, makin ramah kita terhadap lingkungan maka makin awet bumi ini. Tapi makin tidak ramah kita dengan lingkungan, maka cepat dunia ini akan berproses untuk kiamat ya kan. Maka itu kita mencoba untuk menciptakan satu konsep etos kebangsaan yang ramah terhadap lingkungan," jelas Menag sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketiga, nasionalisme. "Bagaimana mengedepankan, bagaimana mempromosikan nasionalisme dengan menggunakan bahasa agama, agama apapun. Kita bisa menjadi 100 persen orang Islam tapi menjadi 100 persen orang Indonesia," kata Menag.

Begitu juga dengan agama lain. Sehingga jangan mempertentangkan antaragama dengan bangsa.

Dan keempat moderasi beragama. Bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang coexistence, hadir bersama-sama tanpa mengganggu satu sama lain. Tapi ingin lebih dari itu.

Sesuai dengan hidup bersama tanpa ada gangguan satu sama lain. Juga harus ada ikatan yang kuat. Mengikat solidaritas kebangsaan keumatan kita ini dengan memijak istilahnya para tokoh PBNU.

Ada ukhuwah wathauniyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah tarikh yakni persamaan sejarah. "Kita kan 250 tahun dijajah oleh Belanda dan itu juga menciptakan satu kohesi sosial yang kuat. Maka itu juga harus dijadikan semacam pengikat nasionalisme kita ke depan," katanya.

"Nah empat poin ini yang kami diskusikan dan gudangnya pemikiran seperti ini adalah PBNU," ujar Menag.

"Sebetulnya kalau kerjaan bersama itu berlangsung alami sehari-hari sekian lama tanpa jeda. Apalagi program-program atau agenda-agenda utama yang disampaikan Pak Menteri itu juga menjadi bagian dari agenda-agenda utama yang sekarang dikembangkan oleh NU," kata KH Yahya Cholil Staquf, Ketum PBNU.

"Kita juga punya agenda besar yang kita sebut sebagai R20 Global Movement yang melibatkan partisipasi dari para pembuat agama secara internasional dari berbagai belahan dunia yang juga membuat working groups kelompok kerja terkait dengan topik-topik yang disebut oleh Pak Menteri. Ke depan saya kira tinggal membangun struktur kerjasamanya saja untuk bisa secara produktif menghasilkan hal-hal yang berguna untuk masyarakat, bangsa dan kemanusiaan," pungkasnya.




(lus/inf)

Hide Ads