Apakah Puasa 2025 Pemerintah dan Muhammadiyah Mulai Bareng?

Apakah Puasa 2025 Pemerintah dan Muhammadiyah Mulai Bareng?

Kristina - detikHikmah
Senin, 24 Feb 2025 12:30 WIB
Ramadan lantern by the open window. Beautiful Greeting Card with copy space for Ramadan and Muslim Holidays. An illuminated Arabic lamp. Mixed media.
Ilustrasi awal puasa 2025. Foto: Getty Images/iStockphoto/TanyaSid
Jakarta -

Puasa Ramadan 2025 tinggal hitungan hari. Pada tahun-tahun sebelumnya, sering terjadi perbedaan awal puasa di Indonesia, khususnya antara pemerintah dan Muhammadiyah. Apakah puasa tahun ini bareng?

Perbedaan puasa antara pemerintah dan Muhammadiyah terjadi karena metode penentuan awal bulan Kamariah yang berbeda. Pemerintah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode rukyah dan hisab yang kemudian diputuskan dalam sidang isbat, sebagaimana amanat Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004.

Sementara itu, PP Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Metode ini mengacu pada gerak faktual Bulan di langit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Pedoman Hisab Muhammadiyah, metode tersebut mensyaratkan terjadinya ijtimak, ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, dan pada saat Matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.

Pemerintah belum menetapkan awal puasa 2025, sementara PP Muhammadiyah sudah mengumumkannya, mengacu pada hasil hisab hakiki wujudul hilal.

ADVERTISEMENT

Puasa 2025 Pemerintah Diumumkan setelah Sidang Isbat

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) baru akan mengumumkan awal puasa Ramadan 2025 setelah menggelar sidang isbat. Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad mengatakan sidang isbat awal Ramadan akan digelar di Auditorium H.M. Rasjidi, Kemenag, Jakarta Pusat pada Jumat, 28 Februari 2025.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung," ujar Abu Rokhmad dalam keterangannya di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Rangkaian sidang isbat akan dimulai dengan pemaparan data hisab, dilanjutkan verifikasi hasil rukyatul hilal. Setelah itu, akan diadakan musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan ke publik.

Abu Rokhmad berharap puasa 2025 serentak. "Kita berharap umat Islam di Indonesia bisa mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama," harapnya.

Muhammadiyah Tetapkan Mulai Puasa 1 Maret 2025

PP Muhammadiyah menetapkan puasa Ramadan 1446 H/2025 M dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025. Ketetapan ini tertuang dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 Hijriah. Maklumat ini diumumkan Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam konferensi pers pada Rabu (12/2/2025).

"Pada saat matahari terbenam Jumat 28 Februari 2025 masehi di seluruh wilayah Indonesia, bulan berada di atas ufuk karena itu hilal sudah wujud, di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadan 1446 Hijriah dengan demikian jatuh pada hari Sabtu Pahing, tanggal 1 Maret 2025," ujar Sayuti dalam konferensi pers yang disaksikan secara daring.

Puasa menurut hasil hisab Muhammadiyah akan berlangsung 30 hari hingga Minggu, 30 Maret 2025 dan 1 Syawal 1446 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Ada Potensi Puasa Pemerintah dan Muhammadiyah Beda

Secara astronomi, menurut data hisab Kemenag, ada indikasi kuat hilal akan terlihat saat pemantauan hilal pada 28 Februari 2025. Dikatakan, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 sekitar pukul 07.44 WIB dan pada saat matahari terbenam pada hari itu ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk antara 3° 5,91' hingga 4° 40,96', dengan sudut elongasi antara 4° 47,03' hingga 6° 24,14'.

"Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat. Namun, keputusan akhirnya kita tunggu berdasarkan hasil sidang isbat yang akan diumumkan Menteri Agama," ujar Direktur Urais Binsyar pada Ditjen Bimas Islam Kemenag Arsad Hidayat dalam keterangannya.

Hasil hisab tersebut akan dikonfirmasi melalui pemantauan hilal yang digelar di 125 titik di seluruh wilayah Indonesia.

Namun, apabila mengacu pada kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS)--yang menjadi salah satu acuan pemerintah dalam musyawarah sidang isbat penetapan awal Ramadan--ada potensi Ramadan 2025 tidak serentak.

Prediksi tersebut disampaikan peneliti BRIN bidang astronomi, Thomas Djamaluddin. Dalam blog pribadinya Thomas memaparkan kemungkinan hilal Ramadan sudah terlihat pada akhir Syaban, Jumat 28 Februari 2025.

Menurut hisab dengan kriteria baru MABIMS, yang mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi minimal 6,4 derajat, posisi bulan di wilayah Aceh sudah memenuhi kriteria tersebut. Namun, kata Thomas, ada kemungkinan pemerintah akan menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 2 Maret 2025.

"Berdasarkan analisis garis tanggal, pada saat maghrib 28 Februari 2025 di wilayah Indonesia, posisi bulan telah memenuhi kriteria MABIMS di wilayah Aceh. Maka 1 Ramadan 1446 = 1 Maret 2025. Namun penetapan awal Ramadan pada sidang isbat, ada kemungkinan 1 Ramadan 1446 = 2 Maret 2025," tulis Thomas dilansir detikINET.

Sedangkan untuk Syawal, menurut analisis Thomas, jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 karena posisi bulan di Indonesia dan Asia Tenggara pada 29 Maret 2025 belum memenuhi kriteria MABIMS.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads