Muchamad Nabil Haroen atau yang akrab disapa Gus Nabil memiliki harapan kepada Nahdlatul Ulama (NU). Di abad kedua NU ini, ia berharap pengembangan sumber daya manusia di NU bisa lebih baik lagi. Hal ini ia sampaikan dalam acara Sarasehan Ulama yang digelar di The Sultan Hotel & Residence Jakarta pada Selasa (4/2/2025).
"Saya berharap di usia 102 tahun, NU ini artinya di abad kedua NU pengembangan sumber daya manusia di NU bisa lebih baik lagi. Karena tantangan zaman juga semakin luar biasa," ujar Gus Nabil saat ditemui detikHikmah dalam acara Sarasehan Ulama.
Menurutnya, ada banyak tantangan yang nantinya akan dihadapi NU. "Kita tentu menghadapi bonus demografi. Yang kita gak tahu apakah ini akan menjadi berkah atau musibah. Maka tantangan di abad kedua NU ini adalah pengembangan sumber daya manusia dan adaptasi dengan teknologi yang semakin maju dan cepat," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di era digitalisasi ini, Gus Nabil juga memberikan pesan untuk generasi muda agar lebih berinovasi. "Inovasi di era digitalisasi salah satu caranya adalah dengan menulis. Sekarang orang mudah sekali membuat tulisan pakai AI kan selesai. Namun kalau kita memperdalam kemampuan kita untuk menulis itu saya kira bisa menjadi modal yang sangat berharga," kata Gus Nabil.
Sosok yang tak asing bagi warga Nahdlatul Ulama ini memang sangat menyukai dunia jurnalistik. Kiprahnya pun teruji ketika membangun majalah resmi terbitan Pondok Pesantren Lirboyo, MISYKAT (Media Informasi Santri dan Masyarakat).
"Bukan karena diwawancara detikcom loh. Tapi salah satu kebahagiaan dan kebanggaan saya itu ketika tulisan saya dimuat di media online yaitu detikcom. Saya kira masih ada itu tulisannya. Apalagi sekarang ada rubik detikHikmah, saya kira para santri sangat bisa mengelaborasikan kemampuannya dan mencurahkan kegundahannya dalam bentuk tulisan. Siapa tau bisa mendapat porsi yang bagus, saya kira bisa menjadi pengalaman," ujarnya.
Menurutnya, gairah menulis di lingkungan santri sudah jauh lebih baik dibandingkan zaman dulu. "Sekarang sudah banyak buku-buku karya santri yang dibaca oleh khalayak umum. Tapi rata-rata banyak dalam bentuk terjemah kitab. Artikel ini saya pikir butuh waktu karena butuh riset tapi kemampuan menulis dibandingkan dulu sudah jauh lebih bagus sekarang," jelas Gus Nabil.
Acara Sarasehan Ulama dengan tema 'Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU' yang diselenggarakan PBNU bekerja sama dengan detikHikmah dan detikcom ini menjadi rangkaian Harlah ke-102 NU. Sarasehan Ulama ini didukung oleh Bank Syariah Indonesia dan MIND ID.
(lus/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Hukum Merayakan Maulid Nabi Menurut Pandangan Ulama