PBNU Susun Governing System, Bidang Pendidikan hingga Keluarga jadi Langkah Awal

PBNU Susun Governing System, Bidang Pendidikan hingga Keluarga jadi Langkah Awal

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Rabu, 22 Jan 2025 13:16 WIB
Ketum PBNU Gus Yahya membuka acara Kongres Pendidikan NU, Rabu (22/1/2025)
Ketum PBNU Gus Yahya membuka acara Kongres Pendidikan NU, Rabu (22/1/2025) (Foto: Tangkapan layar YouTube NU Online)
Jakarta -

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa khidmah utama Nahdlatul Ulama (NU) adalah pendidikan dan keluarga. Ini telah melekat dalam sejarah pendirian NU. Terlebih, NU merupakan pesantren dalam skala yang lebih luas dan kapasitas yang lebih besar.

"Pesantren itu sendiri adalah khidmah layanan yang terutama menyangkut dua arena, yaitu arena pendidikan dan arena pengasuhan masyarakat. Arena khidmatul 'ilm dan arena riayatul ummah," katanya dalam pembukaan Kongres Pendidikan NU di Hotel Bidakara, Jakarta Pusat yang disiarkan secara langsung melalui YouTube resmi NU Online, Rabu (22/1/2025).

"Selama ini kita kenal satu ungkapan yang menyatakan bahwa NU adalah pesantren besar, sedangkan pesantren adalah NU kecil maka seharusnya memang kehadiran NU adalah merupakan wujud dari kehadiran pesantren dalam skala yang lebih luas dengan kapasitas yang lebih besar," urainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui prinsip khidmatul 'ilm dan riayatul ummah itu, Ketum PBNU tersebut mengatakan bahwa pihaknya telah menyusun government system selama tiga tahun belakangan. Nantinya, sistem ini akan diberlakukan secara menyeluruh dalam bidang pendidikan dan keluarga sebagai langkah awal.

Adapun, kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan oleh PBNU merupakan kegiatan penyangga. Diharapkan, kegiatan tersebut bisa bermuara pada dukungan terhadap pendidikan serta keluarga bagi masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Kegiatan-kegiatan yang lain, ikhtiar-ikhtiar yang lain yang di luar dua arena utama itu adalah kegiatan-kegiatan penyangga, pendukung yang manfaatnya diharapkan dapat mendukung atau memberikan tambahan kapasitas bagi pelaksanaan khidmah di dua arena besar ini," tambah Gus Yahya.

Lebih lanjut ia menuturkan, lembaga pendidikan di bawah naungan Nahdlatul Ulama lahir dari inisiatif individu di kalangan NU. Karenanya, diperlukan sistem yang diimplementasikan dengan baik agar masing-masing lembaga dapat bersinergi dan berdaya.

"Ketika orang-orang di lingkungan NU mendirikan sekolah-sekolah, mereka juga tidak menunggu siapa-siapa. Ketika mereka melihat kebutuhan adanya lembaga pendidikan, mereka (langsung) dirikan. Tentu saja dengan inisiatif individual di kalangan mereka sendiri. Bahkan kadang betul-betul perorangan atau seseorang mengajak sekelompok kecil teman-temannya untuk membuat inisiatif-inisiatif," terang Gus Yahya memaparkan.

"PBNU sampai pada pemikiran bahwa untuk sekian banyak inisiatif atau satuan-satuan khidmah yang sudah terlanjur ada itu agar mereka semua bisa dikelola dengan lebih baik, tidak ada pilihan selain bahwa kita harus membangun suatu governing system dari sekian banyak unit-unit layanan tersebut. Ini berlaku baik untuk khidmah-khidmah lain di bidang pendidikan maupun layanan kemasyarakatan lain seperti kesehatan dan lain sebagainya," lanjutnya.

Kongres Pendidikan NU mengusung tema "Transformasi Pendidikan Indonesia Emas 2045 untuk Kemaslahatan Umat". Ini menjadi yang pertama kali diselenggarakan sepanjang perjalanan NU.

Melalui Kongres Pendidikan ini, tiga lembaga PBNU yang menaungi bidang pendidikan yakni Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI NU), Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU, dan Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) saling bersinergi.




(aeb/inf)

Hide Ads