Surah An-Najm ayat 32 menerangkan larangan memuji diri sendiri dan berharap lebih terhadap amalan yang dilakukan. An-Najm adalah surah ke-53 yang terdiri dari 62 ayat.
Surah An-Najm memiliki arti bintang. An-Najm tergolong dalam surah Makkiyyah. Mengenai turunnya surah ini, Imam Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul-nya yang diterjemahkan oleh Andi Muhamad Syahril, mengutip hadits dari Tsabit bin Al-Harits Al-Anshari, ia mengatakan, "Dahulu orang-orang Yahudi mengatakan, apabila ada seseorang yang memiliki anak kecil yang meninggal, berarti ia termasuk orang yang jujur."
Hal ini didengar oleh Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, "Orang-orang Yahudi berkata dusta. Tidak ada satu pun janin yang diciptakan Allah dalam perut ibunya melainkan Dia mengetahui bahwasanya janin itu celaka atau beruntung." Maka Allah menurunkan potongan surah An-Najm ayat 32 ini, "Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut bacaan surah An-Najm ayat 32 beserta tafsir lengkapnya.
Bacaan Surah An-Najm Ayat 32: Arab, Latin, dan Artinya
اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ اِلَّا اللَّمَمَۙ اِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاِذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْۗ فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰىࣖ
Arab latin: alladzîna yajtanibûna kabâ'iral-itsmi wal-fawâḫisya illal-lamama inna rabbaka wâsi'ul-maghfirah, huwa a'lamu bikum idz ansya'akum minal-ardli wa idz antum ajinnatun fî buthûni ummahâtikum, fa lâ tuzakkû anfusakum, huwa a'lamu bimanittaqâ
Artinya: "(Mereka adalah) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa."
Tafsir Surah An-Najm Ayat 32
Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, surah An-Najm ayat 32 ini menerangkan sifat-sifat orang yang baik itu adalah mereka yang menjauhkan dirinya dari dosa-dosa besar seperti syirik, membunuh, berzina, dan lain-lain, meskipun mereka telah melakukan dosa-dosa kecil, tapi mereka telah menyadari hingga bertobat sambil menyesali perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan. Selain itu, mereka juga mengimbanginya dengan melakukan banyak perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik itulah yang dapat menghapuskan dosa-dosa kecil.
Mengenai firman-Nya ini, "Kecuali kesalahan-kesalahan kecil," Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir-nya yang diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar mengutip pendapat dari Ibnu Abbas, "Segala sesuatu yang ada di antara dua batas; batas dunia dan batas akhirat yang dapat dihapuskan oleh salat, maka ia termasuk al-lamam (dosa kecil), dan yang demikian itu masih berada di bawah setiap yang wajib. Adapun batas dunia adalah setiap batasan yang Allah diberikan hukuman di dunia, sedangkan batas akhirat adalah setiap sesuatu yang oleh Allah diakhiri dengan api neraka dan ditangguhkan hukumannya di akhirat."
Surah An-Najm ayat 32 ini juga menegaskan bahwa Allah SWT Maha Luas ampunan-Nya, Dia akan mengampuni dosa-dosa kecil jika menjauhi dosa besar dan Dia mengampuni dosa-dosa besar bila pelakunya bertobat, serta diiringi penyesalan atas perbuatannya, juga tidak putus asa terhadap pengampunan Allah SWT.
Selain itu, Allah SWT juga merupakan Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui keadaan, perbuatan dan ucapan setiap manusia, serta apa yang terjadi pada diri mereka ketika Dia menciptakan ayah mereka, Nabi Adam AS, dari tanah dan mengeluarkan keturunannya dari tulang rusuknya bagaikan dzarrah (atom). Kemudian Allah SWT pula yang membagi mereka semua menjadi dua golongan, satu golongan ke surga dan golongan lain ke neraka.
"Kita semua dahulu menjadi janin dalam perut ibu kita. Ada di antara (kita) yang gugur dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi bayi, tetapi ada di antara kita yang meninggal, dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Selanjutnya kita tumbuh menjadi anak-anak sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang tetap hidup. Setelah itu tumbuh menjadi dewasa sehingga ada di antara kita yang meninggal dan kita termasuk yang masih tetap hidup. Kemudian kita menjadi tua tanpa orang tua, lalu apa lagi yang harus kita tunggu?" Ibnu Katsir lanjut mengutip riwayat dari Ibnu Abi Hatim.
Untuk itu, setiap manusia dilarang mengatakan dirinya suci. Allah SWT-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. Jika kalian menyadari yang demikian itu, maka janganlah memuji diri bahwa kalian telah suci dari dosa, perbuatan maksiat, atau kalian telah banyak melakukan kebaikan.
Tetapi sebaliknya, hendaklah senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia dan ampunan-Nya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui siapa yang benar-benar bersih dari kejahatan dan siapa yang justru tenggelam dengan dosa.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Hamam bin Harits, ia berkata, "Ada seseorang yang datang kepada Utsman, lalu ia memujinya di hadapannya. Kemudian al-Miqdad bin al-Aswad menaburkan tanah pada wajahnya seraya berkata, 'Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami apabila bertemu dengan orang-orang yang suka memuji-muji agar menaburkan tanah pada wajah mereka'."
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi