Rasulullah SAW telah menjadi sosok teladan sempurna untuk umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal berbisnis dan berdagang. Kesuksesan beliau dalam berdagang tidak lepas dari cara-cara mulia yang beliau terapkan, terutama dalam menghadapi pelanggan.
Di era modern ini, cara berdagang Rasulullah SAW masih sangat berguna untuk diterapkan. Dengan memahami dan meniru cara Rasulullah SAW dalam menghadapi pelanggan saat berdagang, tidak hanya akan mencapai kesuksesan dalam berdagang, tetapi juga mendapatkan keberkahan dalam setiap transaksi yang dilakukan.
Umat Islam pun bisa meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan saat berdagang berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Rasulullah SAW dalam Berdagang
Dikisahkan dalam buku Etika bisnis Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Ubbadul Adzkiya, setelah wafat kakeknya, Abdul Muthalib, Rasulullah SAW dipercayakan kepada pamannya, Abu Thalib. Diyakini bahwa Abdul Muthalib telah memberikan amanat ini menjelang wafatnya.
Bersama pamannya, Rasulullah SAW mulai belajar mencari nafkah dan bekerja keras. Ia mengumpulkan unta-unta milik pamannya, yang kelak digunakan untuk membayar mahar ketika menikah.
Meskipun pamannya tak memiliki banyak harta, namun ia banyak anak. Menyadari keadaan tersebut, Rasulullah SAW memutuskan untuk bekerja dengan menggembala kambing, mengikuti jejak sang paman. Pada usia delapan tahun, Rasulullah SAW mulai belajar tentang dunia kewirausahan.
Beliau hidup mandiri untuk meringankan beban pamannya dan memenuhi kebutuhannya dengan menggembala kambing di padang pasir.
Saat usia mudanya, Rasulullah SAW sudah diberikan tanggung jawab untuk menggembala ratusan ekor kambing. Setelah menggembala kambing, Rasulullah SAW mulai memasuki dunia perdagangan di Makkah.
Semua ini menjadi langkah awal Rasulullah SAW menapaki karir berdagang yang kelak membuatnya dikenal sebagai pedagang besar.
Dalam setiap aktivitasnya, Rasulullah SAW selalu mengedepankan kejujuran, tanggung jawab, dan profesionalisme. Nilai-nilai inilah yang menjadikannya pribadi yang dipercaya oleh banyak orang, dan para pelanggan.
Selanjutnya, Rasulullah SAW mulai mempelajari peta dan rute perdagangan di wilayah padang pasir Arab. Ia harus mengingat jalan-jalan yang sempit dan berbahaya, serta memperhatikan ukuran kafilah (rombongan pedagang), karena semakin besar kafilah, semakin aman perjalanan mereka melewati padang pasir.
Perjalanan dagang bersama pamannya memberikan banyak pelajaran berharga. Rasulullah SAW sering bertanya kepada pamannya mengenai seluk-beluk dunia perdagangan. Ia mempelajari berbagai hal, mulai dari cara berdagang hingga detail barang-barang yang diperdagangkan.
Komoditas utama dalam perdagangan Arab pada masa itu adalah hasil pertanian, kulit, dan dupa. Kulit bisa didapatkan dengan murah dari suku Badui dan dijual di pasar-pasar seperti di Syria dan Irak. Dupa, dikenal sebagai barang dagang yang menguntungkan, dan menjadi salah satu komoditas penting.
Pada usia 17 hingga 20 tahun, Rasulullah SAW mulai berdagang secara mandiri, membeli barang dari pasar dan menjualnya kembali secara eceran kepada masyarakat Makkah. Masa-masa tersebut adalah masa yang penuh tantangan, karena sebagai pendatang baru, ia harus bersaing dengan pedagang-pedagang berpengalaman di tingkat regional.
Untuk memulai usaha berdagangnya, Rasulullah SAW memanfaatkan modal dari para janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak dapat mengelola dana mereka sendiri. Reputasi Rasulullah SAW sebagai pribadi yang jujur dan dapat dpercaya yang telah dibentuk sejak kecil, sangat membantunya dalam membangun kepercayaan. Sikap kejujuran ini terus membawa berkah dalam perjalanan hidup dan bisnisnya.
Cara Rasulullah SAW Menghadapi Pelanggan saat Berdagang
Setelah mengetahui dan meneladani perjalanan Rasulullah SAW saat berdagang, umat Islam juga bisa meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan saat berdagang berikut ini.
1. Memiliki Pengetahuan Tentang Hukum Jual Beli
Dalam meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan saat berdagang, pengetahuan mengenai hukum jual beli dalam Islam merupakan perkara yang sangat penting sebelum memulai perdagangan, sebagaimana dijelaskan dalam buku Beginilah Rasulullah Berbisnis karya Hepi Andi Bastoni.
Sayangnya, banyak pelaku bisnis yang menganggap remeh hal ini, padahal tanpa pengetahuan tersebut, sulit menentukan apakah bisnis yang dilakukan mereka masih sesuai dengan syariat Islam atau malah melenceng.
Tanpa pengetahuan hukum jual beli, seorang pedagang bisa saja tanpa sadar telah terjebak dalam riba. Hal ini dapat mengakibatkan mereka memakan harta yang bukan haknya dari para pelanggan.
Para sahabat pada zaman Rasulullah SAW sangat memperhatikan aspek ini dalam berdagang. Meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan saat berdagang, Umar bin Khattab bahkan berkeliling pasar untuk mengawasi transaksi para pedagang, sambil berkata:
ΩΨ§ ΩΩΨ¨ΩΨΉΩ ΩΩΩ Ψ³ΩΩΩΩΩΩΩΨ§ Ψ₯ΩΩΩΩΨ§ Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩΩΩΩΨ ΩΩΨ₯ΩΩΨ§ Ψ£ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΨ±ΩΩΨ¨ΩΨ§
Artinya: "Tidak ada seorang pun yang boleh berjualan di pasar kami kecuali orang yang faham hukum jual beli, karena kalau tidak ia akan memakan riba, baik sengaja ataupun tidak."
2. Jujur kepada Pelanggan
Mengutip buku Memikat Hati Pelanggan ala Rasulullah yang ditulis oleh Abdullah Zein, kejujuran juga merupakan prinsip utama untuk meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan saat berdagang.
Sifat jujur Rasulullah SAW telah tertanam sejak kecil, sehingga beliau terbiasa mengatakan kejujuran. Berkat kejujurannya, Rasulullah SAW pun menjadi seorang saudagar sukses dalam waktu sekejap. Beliau memegang teguh kejujurannya saat berdagang. la jadikan jujur sebagai asas dalam berjualan.
Sehingga, ia melayani para pelanggan dengan kejujuran. Dengan mengandalkan kejujuran, banyak pelanggan yang bersimpati dan menyukai pelayanannya. Para pelanggan pun menyukai cara Rasulullah SAW menawarkan dagangannya.
Rasulullah SAW bersabda,
"Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah 'tepercaya' (akan dibangkitkan pada hari kiamat) bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada." (HR. Tirmidzi).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, para pedagang dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang yang berdosa, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah SWT, berlaku baik dalam bertransaksinya dan jujur." (HR. Tirmidzi).
3. Menjaga Sopan Santun
Tidak hanya bersikap jujur, Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang menjunjung tinggi sikap sopan santun kepada semua orang, bahkan kepada para pelanggannya sekali pun. Beliau mengajarkan kepada umatnya bahwa pelanggan selayaknya raja yang harus diberi pelayanan ekstra agar tidak lari kepada pedagang lain.
Karena sikap sopan dan santunnya itu kepada semua pelanggan, mereka pun menjadi pelanggan baru. Maka, tidak mengherankan jika Rasulullah SAW menjadi saudagar kaya raya, bahkan saat beliau belum menjadi rasul yang menyebarkan agama Islam.
Sikap sopan santun yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW kepada para pelanggannya berefek luar biasa bagi dagangannya. Melalui gaya bicara yang lembut dan santun, beliau mampu memikat para pengunjung untuk membeli dagangannya.
Semakin hari, pelanggan beliau semakin bertambah banyak. Hal tersebut tidak lain berkat pelayanan yang memuaskan. Semua pelanggan beliau merasa senang, sehingga keuntungan yang didapat pun bertambah banyak. Akhirnya, Rasulullah SAW menjadi saudagar yang kaya raya berkat kepandaiannya melayani para pelanggan.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Barang siapa memberikan rasa gembira di pandangan seorang mukmin, maka Allah Swt. akan memberikan rasa gembira di pandangan matanya pada hari kiamat." (HR. Ibnu Mubarak).
4. Memberikan Senyuman Terindah
Rasulullah SAW adalah seorang yang mudah tersenyum kepada semua orang. la selalu menampakkan wajah yang penuh dengan senyuman bukan wajah cemberut. Rasulullah SAW menyadari betul bahwa senyuman memiliki kekuatan luar biasa dan bisa mengubah musibah menjadi berkah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Senyum manismu di hadapan saudaramu adalah shadaqah." (HR. Tirmidzi).
Untuk meniru cara Rasulullah SAW menghadapi pelanggan dalam berdagang, harus memiliki kiat-kiat untuk menarik perhatian pelanggan dengan 4S, yaitu senyum, salam, sapa, dan sopan santun. Kiat 4S yang diterapkan oleh Rasulullah SAW ini memiliki manfaat yang luar biasa.
Dengan kiat-kiat ini, beliau mampu menarik pelanggan sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, barang dagangan beliau laris manis dan cepat habis.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza