Apa Itu Zuhud? Ini Makna hingga Keutamaannya

Apa Itu Zuhud? Ini Makna hingga Keutamaannya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Kamis, 31 Okt 2024 05:45 WIB
Arab man praying on mat in desert. Male is in traditional wear. He is kneeling on sand.
Ilustrasi orang yang zuhud. Foto: Getty Images/xavierarnau
Jakarta -

Zuhud merupakan salah satu ajaran Islam yang mulia dan termasuk bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW dan para sahabat pun meneladani sifat zuhud ini. Apa itu zuhud?

Dikutip dari buku Akhlak Tasawuf karya Frenky Mubarok, zuhud berasal dari kata zahada, yang artinya raghiba'anhu wa taraka, atau benci dan meninggalkan sesuatu. Adapun zuhud secara bahasa adalah berpaling dari sesuatu yang membuat pelakunya terhina.

Sedangkan menurut syariat, Syekh al-Jamfasi mengungkapkan bahwa zuhud adalah mengambil seperlunya dari yang jelas kehalalannya. Perbuatan ini lebih utama dari war'a, karena wara' ialah meninggalkan yang syubhat (meragukan), sementara zuhud dilakukan oleh orang-orang 'arif (ahli tasawuf).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Zuhud

Merangkum sumber sebelumnya, zuhud pada hakikatnya adalah beralih dari suatu kesenangan yang berlebihan kepada sesuatu yang lebih baik. Dalam pengertian lain, zuhud adalah menahan diri dari kemewahan duniawi dan memilih untuk hidup dalam kesederhanaan.

Seseorang yang menanamkan sikap zuhud akan menjaga hatinya dari godaan kemewahan dunia yang menyesatkan.

ADVERTISEMENT

Sikap zuhud diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya surah Al-Kahfi ayat 46,

اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا ۝٤٦

Artinya: "harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."

Orang yang besikap zuhud disebut zahid. Zahid merupakan kebalikan dari raghib (tamak), yakni orang yang selalu menghitung setiap amal yang ia lakukan, menganggap bahwa dirinya telah melakukan amalan yang banyak sehingga merasa dirinya layak mendapatkan penghargaan dan segala keuntungan.

Seseorang yang bersikap zuhud, hatinya akan bersih dari segala hal yang berkaitan dengan kepentingan dunia yang hanya sementara. Seorang zahid tidak menghitung sebanyak apa perbuatan baik yang telah mereka lakukan, karena segala perbuatannya tersebut dilakukan secar ikhlas.

la tidak mengharapkan pujian dari orang lain, tidak berpura-pura baik, dan tidak pula melakukan kebaikan karena berharap akan mendapatkan keuntungan materi.

Berbeda dengan zahid, seseorang yang raghib (tamak) akan selalu menghitung setiap amal yang ia lakukan, menganggap bahwa dirinya telah melakukan amalan yang banyak sehingga merasa dirinya layak mendapatkan penghargaan dan segala keuntungan. Seseorang yang raghib enggan melakukan kebaikan jika tidak ada orang yang menyaksikan kebaikan yang ia lakukan, dan tidak ada keihlasan dalam hatinya, karena hatinya selalu dipenuhi oleh perhitungan duniawi.

Ciri-ciri Zuhud

Menurut Imam Al-Ghazali, yang dikutip dalam buku Zuhud Berdasi karya Hj. Noorthaibah, pelaku zuhud memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak senang secara berlebihan ketika mendapatkan sesuatu dan tidak sedih saat kehilangannya. Misalnya, seseorang mendapat posisi tinggi, namun ia tidak terlalu senang, begitu pun ketika posisinya hilang, ia tidak sedih.

2. Orang yang zuhud tidak akan sombong, termasuk ketika dipuji. Mereka juga tidak sedih dan terhina ketika orang lain mengkritik mereka. Mereka bersyukur ketika dipuji, dan tidak sedih ketika dikritik. Seorang zuhud menganggap pujian dan celaan adalah hal yang sama dan biasa saja.

3. Hati seorang zahid penuh cinta kepada Allah SWT, namun tidak terlalu mencintai dunia.

4. Pada orang yang hatinya tertuju kepada Allah SWT, hal-hal selain Dia tidak memiliki tempat. Hatinya penuh cinta kepada Allah SWT sehingga kekayaan dan dunia tidak memiliki tempat.

Tingkatan Zuhud

Pada sumber sebelumnya, Imam Al-Ghazali juga membagi zuhud menjadi empat tingkatan, yaitu:

1. Tingkatan tertinggi, seorang zahid mengabaikan segala-galanya kecuali Allah SWT, yaitu dunia ini dan juga kenikmatan di akhirat. Inilah zuhud yang paling hakiki.

2. Tingkat yang lebih rendah, yaitu mengabaikan segala bentuk yang memberikan kesenangan kepada perasaan, terutama hal-hal yang tidak diperlukan dalam perjalanan menuju Allah SWT.

3. Menjauhi semua sarana bentuk kesenangan, khususnya kekayaan dan pengaruhnya, serta segala hal yang berkaitan dengannya.

4. Menolak pengetahuan, kekuasaan, emas, dan perak. Karena, emas dan perak merupakan harta yang utama di dunia, serta pengetahuan dan kekuasaan juga merupakan bentuk pengaruh yang besar, terutama dalam masyarakat.

Keutamaan Zuhud

Mengutip buku Mutiara Ihya Ulumuddin karya Al-ghazali, berikut keutamaan zuhud untuk para zahid.

1. Dunia Akan Tunduk kepada Pelaku Zuhud

Rasulullah SAW bersabda,

"Barang siapa yang memasuki waktu pagi dan niatnya adalah keduniaan, maka Allah mencerai-beraikan urusannya, memisah-misahkan pekerjaannya, dan menjadikan kefakirannya berada di depan matanya. Ia tidak diberi bagian dari dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya. Tetapi barang siapa yang memasuki waktu pagi dan niatnya adalah akhirat, maka Allah menghimpunkan baginya niatnya, menjaga untuknya pekerjaannya, menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, dan dunia mendatanginya dalam keadaan tunduk kepadanya."

2. Pelaku Zuhud Memberikan Hikmah

Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu melihat seorang hamba dikarunia sifat diam dan kezuhudan di dunia, maka dekatilah ia, karena ia memberikan hikmah."

3. Dicintai Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda, "Jika engkau menginginkan agar Allah mencintaimu, maka berlaku zuhudlah di dunia, niscaya Allah mencintaimu."

4. Allah SWT Senantiasa Menerangi Hati Pelaku Zuhud

Ketika Haritsah berkata kepada Rasulullah SAW, "Aku benar- benar seorang Mukmin." Rasulullah SAW bertanya, "Apakah hakikat keimananmu?" Haritsah menjawab, "Aku menjauhkan diri dari dunia. Maka sama saja bagiku batu dan emasnya. Seakan-akan aku melihat surga dan neraka, dan melihat Arsy Tuhanku."

Maka Rasulullah SAW bersabda, "Engkau mengetahui, maka jagalah. Allah menerangi hatinya dengan keimanan."




(kri/kri)

Hide Ads