Wasiat Nabi Nuh yang Bisa Jadi Pegangan agar Selamat di Akhirat

Wasiat Nabi Nuh yang Bisa Jadi Pegangan agar Selamat di Akhirat

Kristina - detikHikmah
Jumat, 23 Agu 2024 19:15 WIB
Nabi Nuh
Kaligrafi Nabi Nuh AS. Foto: Ilustrasi: Mindra Purnomo
Jakarta -

Nabi Nuh AS adalah satu dari 25 nabi yang wajib diimani umat Islam. Dia juga termasuk rasul ulul azmi yang memiliki ketabahan luar biasa. Sebelum wafat, ia meninggalkan wasiat penting.

Wasiat Nabi Nuh AS ini disampaikan kepada anaknya. Ulama ahli tafsir dan hadits Imam Ibnu Katsir menceritakan wasiat Nabi Nuh AS dalam karyanya, Qashashul Anbiya yang diterjemahkan Umar Mujtahid, dengan bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr RA.

Diceritakan, suatu ketika seorang Badui yang mengenakan jubah panjang dengan manset sutra mendatangi Rasulullah SAW. Kala itu Rasulullah SAW tengah bersama para sahabat. Beliau kemudian berkata, "Ketahuilah! Kawan kalian ini telah mengalahkan semua jagoan keturunan jagoan--atau beliau katakan, 'Ingin mengalahkan semua jagoan keturunan jagoan, dan mengangkat semua pemimpin keturunan pemimpin."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah SAW kemudian meraih kerah jubah orang Badui itu dan berkata, "Kau terlihat mengenakan pakaian orang yang tidak berakal." Setelah itu beliau menceritakan wasiat Nabi Nuh AS yang diberikan kepada anaknya.

"Menjelang kematian, Nabi Nuh AS berkata kepada anaknya, 'Sungguh, aku akan menyampaikan wasiat kepadamu. Aku perintahkan dua hal padamu dan aku melarangmu melakukan dua hal; aku memerintahkanku untuk (mengucapkan dan mengamalkan) Laa ilaaha illallaah, karena andaikata tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan, dan Laa ilaaha illallaah diletakkan di sisi lainnya, tentu Laa ilaaha illallaah lebih berat darinya, karena dengannya segala sesuatu terhubung, karenanya seluruh makhluk diberi rezeki, dan aku melarangmu berbuat syirik dan sombong'."

ADVERTISEMENT

Salah seorang sahabat kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai maksud kesombongan.

"Wahai Rasulullah, syirik sudah kita ketahui, lalu apa itu kesombongan? Apakah jika salah seorang dari kami mengenakan dua sandal bagus dengan dua tali sandal bagus pula (disebut sombong?"

"Tidak," jawab beliau.

"Apakah jika salah seorang di antara kami mengenakan baju bagus (disebut sombong?" tanya Abdullah bin Amr.

"Tidak," jawab Rasulullah SAW.

"Apakah jika salah seorang dari kami memiliki teman-teman untuk berkawan (disebut sombong?" tanyanya lagi.

"Tidak," jawab beliau.

Lalu ditanya lagi, "Wahai Rasulullah, lalu apa itu kesombongan?"

Rasulullah SAW pun menjawab, "(Sombong adalah) menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."

Sanad hadits tersebut shahih. Hadits tersebut dikeluarkan Imam Ahmad salam Musnad-nya. Hanya saja, kata Ibnu Katsir, tidak ditakhrij Imam Bukhari dan Muslim.

Wasiat Nabi Nuh AS turut diriwayatkan Abu Qasim Thabrani dari hadits Abdurrahim bin Sulaiman dari Muhammad bin Ishaq, dari Amr bin Dinar, dari Abdullah bin Amr, dari Rasulullah SAW yang bersabda,

"Di antara wasiat Nuh untuk anaknya: 'Aku wasiatkan dua hal padamu, dan aku melarangmu melakukan dua hal," Thabrani menyebutkan lanjutannya dengan redaksi seperti riwayat di atas.

Kisah Kehidupan Nabi Nuh

Nabi Nuh AS adalah nabi dan rasul yang dikenal memiliki kesabaran luar biasa. Masih mengacu pada Qashashul Anbiya, Nabi Nuh AS diutus kepada suatu kaum yang ingkar. Ratusan tahun berdakwah, hanya sedikit saja dari kaumnya yang mau mengikuti dakwahnya.

Nabi Nuh AS juga dikenal dengan sosoknya yang pandai bersyukur dan selalu ridha terhadap ketetapan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 3,

Ψ°ΩΨ±Ω‘ΩΩŠΩ‘ΩŽΨ©ΩŽ Ω…ΩŽΩ†Ω’ Ψ­ΩŽΩ…ΩŽΩ„Ω’Ω†ΩŽΨ§ Ω…ΩŽΨΉΩŽ Ω†ΩΩˆΩ’Ψ­ΩΫ— Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩŽΩ‡Ω— ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩŽ ΨΉΩŽΨ¨Ω’Ψ―Ω‹Ψ§ Ψ΄ΩŽΩƒΩΩˆΩ’Ψ±Ω‹Ψ§ Ω£

Artinya: (Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur."

Menurut sebuah riwayat, Nabi Nuh AS senantiasa memuji Allah SWT atas nikmat makanan, minuman, pakaian, dan segala sesuatu yang diberikan Allah SWT padanya.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Allah ridha terhadap seorang hamba yang memakan suatu makanan lalu memuji Allah atas makanan itu, atau meminum suatu minuman lalu memuji Allah atas minuman itu." (HR Ahmad)

Wallahu a'lam.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads