75 Persen Muslim Inggris Khawatir akan Keselamatannya Buntut Kerusuhan

75 Persen Muslim Inggris Khawatir akan Keselamatannya Buntut Kerusuhan

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 20 Agu 2024 19:15 WIB
Worshippers leave the East London Mosque after Friday prayers in Tower Hamlets in London on August 9, 2024. Disturbances first sparked by a July 29 knife attack that killed three children, have seen mosques and migrant-related facilities attacked alongside police and other targets.
Officials have blamed misinformation spread on social media about the suspected perpetrator for fuelling the disorder.
 (Photo by HENRY NICHOLLS / AFP)
Tiga perempat Muslim di Inggris prihatin dengan keselamatan mereka setelah serentetan kerusuhan sayap kanan di seluruh negeri (Foto: AFP/HENRY NICHOLLS)
Jakarta -

Kerusuhan di Inggris yang turut menyasar komunitas muslim beberapa waktu lalu meninggalkan kekhawatiran komunitas tersebut. Sekitar 75 persen muslim di Inggris dilaporkan khawatir akan keselamatannya.

Angka tersebut merupakan hasil survei Muslim Women's Network yang dipublikasikan baru-baru ini, seperti dilansir Arab News.

Sebelum kekerasan yang dilakukan kelompok sayap kanan ini terjadi, hanya 16 persen responden yang mengaku merasa khawatir. Namun, situasi berubah drastis setelah kerusuhan pertama terjadi pada 30 Juli di Southport, yang dipicu oleh insiden penusukan massal di sebuah klub remaja. Peristiwa tersebut menyebabkan tiga perempuan kehilangan nyawa dan beberapa lainnya terluka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misinformasi yang tersebar di media sosial menyalahkan serangan ini pada seorang muslim atau pencari suaka, meskipun pelaku sebenarnya, Axel Rudakubana, adalah seorang remaja 17 tahun yang lahir di Cardiff.

Kerusuhan ini kemudian meluas ke kota-kota besar lainnya di Inggris. Masjid-masjid menjadi target utama serangan di berbagai lokasi.

ADVERTISEMENT

Dalam wawancara dengan Sky News yang tayang pada Minggu (18/8/2024), dua wanita muslim yang berada di Masjid Abdullah Quilliam di Liverpool--salah satu masjid yang diserang--mengungkapkan ketakutan mereka terhadap iklim sosial yang semakin tidak bersahabat di Inggris.

"Ada perasaan seolah-olah polisi tidak akan melindungi kami. Oleh karena itu, sangat penting bagi kami untuk melihat solidaritas, tidak hanya dari komunitas muslim, tetapi juga dari komunitas non-muslim yang berdiri bersama kami pada hari Jumat itu untuk melindungi masjid," kata Lila Tamea, seorang mahasiswa berusia 26 tahun.

Amina Atiq, seorang penyair berusia 29 tahun turut menambahkan, sebagai muslim pihaknya merasakan adanya ketidakadilan karena justru dicurigai dan rentan terhadap serangan setelah kejadian itu.

CEO Muslim Women's Network Baroness Shaista Gohir menyebut adanya peningkatan kejahatan kebencian. Pihaknya turut prihatin saat mendengar aduan dari wanita-wanita muslim yang dilecehkan.

"Kejahatan kebencian telah meningkat dalam satu dekade terakhir dan strategi penanggulangan kejahatan kebencian yang ada saat ini sudah ketinggalan zaman," ujarnya kepada Sky News.

Ia menekankan pentingnya memperkuat undang-undang kejahatan kebencian, termasuk mendefinisikan secara jelas istilah 'permusuhan'.

Gohir juga menyatakan bahwa organisasinya sedang mendirikan saluran bantuan khusus. Banyak orang, terutama wanita muslim, perlu melaporkan kejadian-kejadian kebencian agar masyarakat dapat lebih memahami skala dan frekuensinya.




(hnh/kri)

Hide Ads