Sebaik-baik panutan, idola, atau orang yang harus diikuti jalan hidupnya adalah Nabi Muhammad SAW. Bahkan hal ini langsung diutarakan oleh Allah SWT dalam surah Al-Azhab ayat 21.
Rasulullah SAW merupakan karakter yang bisa dijadikan tauladan hidup. Surah Al-Ahzab ayat 21 https://www.detik.com/hikmah/quran-online/al-ahzab/tafsir-ayat-21-3554:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab-latin: Laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun ḫasanatul limang kâna yarjullâha wal-yaumal-âkhira wa dzakarallâha katsîrâ
Artinya: "Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah."
Tafsir Surah Al-Azhab
Mengutip buku Tafsir Ibnu Katsir karya DR. Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishak Al Sheikh dijelaskan secara rinci perihal surah Al-Azhab ayat 21.
Ayat ini berisi keterangan dari Allah SWT mengenai keharusan mengikuti suri tauladan yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW, seperti mencontoh perilaku, perkataan, dan perbuatan beliau.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
(Sesungguhnya pada diri Rasulullah benar-benar ada suri tauladan) perintah untuk mencontoh/meniru perbuatan/tindakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya di dunia.
لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
(Bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah SWT.
Kabar baik kepada hamba-hamba yang beriman kepada Allah SWT, beriman dengan membenarkan janji-Nya, serta akan memberikan kebaikan kepada mereka di dunia dan akhirat kelak.
Ahklak Teladan Nabi Muhammad SAW
Mengutip buku Kumpulan Akhlak Teladan Rasulullah yang ditulis oleh Thifa terdapat berbagai perilaku teladan yang telah ditunjukan oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, supaya bisa diikuti oleh umatnya.
1. Berbuat Baik kepada Anak Yatim
"Kenapa menangis, wahai anakku?" tanya Nabi Muhammad.
"Aku seorang yatim. Ayahku sudah meninggal dunia. Ibuku menikah lagi dengan orang yang jahat. Dia mengusirku. Aku tidak punya tempat tinggal dan tidak punya makanan," sahut anak itu.
Nabi Muhammad menangis mendengarnya. Nabi Muhammad mengusap kepala anak itu sambil berkata, "Tak usah bersedih, wahai anakku. Apakah kamu mau jika aku menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah sebagai saudaramu?"
Si anak merasa senang sekali. Dia mengangguk. "Aku mau!" ucapnya. Nabi Muhammad membawa anak itu pulang. Sesampai di rumah, Nabi Muhammad meminta Aisyah memberikan baju terbaik dan makanan enak untuk anak itu. Si anak pun bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga baru.
"Terima kasih, wahai Rasulullah," ucap anak itu. Begitulah Nabi Muhammad. Beliau selalu menyayangi anak-anak yatim.
2. Senantiasa Bersyukur Kepada Allah SWT
Suatu hari, Ibnu Umar berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, ceritakanlah kepadaku tentang sikap mengagumkan Nabi Muhammad."
"Semua sikap Rasulullah sangat mengagumkan. Setiap malam, Rasulullah selalu bangun untuk melaksanakan ibadah. Saat shalat, Rasulullah selalu menangis hingga jenggot beliau basah. Bahkan, lantai tempat Rasulullah duduk juga basah. Suatu malam, Rasulullah beribadah hingga hampir azan Subuh. Bilal bin Rabbah datang menemui Rasulullah, sementara Rasulullah masih menangis.
Saat itu, Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, kenapa engkau masih menangis?"
Rasulullah menjawab, "Wahai Bilal, tidakkah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur? Seperti inilah salah satu caraku bersyukur kepada Allah."
3. Tidak Mencela Orang Lain
Suatu hari, Abu Dzar al-Ghifari dan Bilal bin Rabbah berselisih paham hingga terjadi pertengkaran. Abu Dzar al-Ghifari tidak mampu mengendalikan emosinya, dia pun tak sengaja menghina Bilal bin Rabah, "Wahai anak perempuan hitam."
Bilal bin Rabah sakit hati mendengar panggilan itu. Bilal segera menemui Nabi Muhammad. Dia mengadukan sikap Abu Dzar al- Ghifari. "Wahai Rasulullah, Abu Dzar telah membuatku sakit hati," ucap Bilal.
Nabi Muhammad pun memanggil Abu Dzar al-Ghifari. "Wahai Abu Dzar, benarkah engkau telah mencela Bilal dengan menghinakan ibunya? Ketahuilah, sikap mencela orang lain itu perilaku jahiliyah," tanya Nabi Muhammad.
Abu Dzar al-Ghifari merasa bersalah. Dia segera mendatangi Bilal bin Rabbah dan meminta maaf. Bilal bin Rabbah pun memaafkan Abu Dzar al-Ghifari.
Demikianlah pembahasan surah Al-Ahzab ayat 21 yang berisi perintah untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam mengamalkan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh beliau.
(lus/lus)












































Komentar Terbanyak
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok
Umrah Mandiri Dilegalkan, Pengusaha Travel Teriak ke Prabowo
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB