Gus Yahya Sebut Aceh Jadi Pintu Utama Ekonomi Indonesia

Gus Yahya Sebut Aceh Jadi Pintu Utama Ekonomi Indonesia

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 01 Jul 2024 11:45 WIB
Gus Yahya dalam acara HUDA di Aceh, Minggu (30/6/2024)
Gus Yahya dalam acara HUDA di Aceh, Minggu (30/6/2024) (Foto: Dok Humas PBNU)
Jakarta -

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa Aceh harus menjadi serambi Indonesia dalam ekonomi. Sebab, Aceh berada di garis paling depan yang mana menjadi benteng sekaligus pintu utama ekonomi Indonesia.

"Kalau sekarang dikenal sebagai serambi Mekah. Kita harus berjuang supaya Aceh sungguh berfungsi sebagai serambi Indonesia," kata Gus Yahya-- sapaan akrabnya-- dalam acara Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) di Aceh, Minggu (30/6/2024) lalu.

Ia menerangkan bahwa tantangan ekonomi global yang akan dihadapi Indonesia semakin kompleks. Ekonomi mulai bergeser dan akan dikuasai negara-negara yang berada di Samudra Pasifik dan Hindia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ekonomi nanti akan dirajai Samudra Pasifik dan Hindia. Karena nanti kita lihat frekuensi ekonomi segera meningkat, mulai Afrika, Timur Tengah, Indonesia dan sebagainya masuknya melalui Samudra Pasifik dan Hindia," lanjutnya.

Menurut Gus Yahya, masa depan ada di Samudra Pasifik dan Hindia. Ketum PBNU itu lalu bercerita saat dirinya menjadi satu-satunya tokoh ormas yang diundang dari komite Indo Pasifik di Inggris pada 2016 silam.

ADVERTISEMENT

Kala itu, dinamika strategis Samudra Hindia dan Pasifik termasuk lalu lintas ekonomi yang mulai dibicarakan dengan serius oleh para diplomat senior di komite tersebut.

"Samudra Pasifik, ada persentuhan Filipina, Papua dan sebagainya. Tapi Samudra Hindia, kita tahu yang ada di garis paling depan adalah Aceh," lanjut Gus Yahya.

Bahkan dahulu, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah sangat ngotot untuk membangun pelabuhan terbuka di Sabang, Aceh.

"Dalam keadaan begini. Tidak bisa tidak, Aceh ini memerlukan konsolidasi nasional Indonesia sehingga bisa memobilisasikan sumber daya secara fokus untuk Aceh. Juga sebagai Pertahanan misalnya. Juga sebagai fasilitas ekonomi," beber Gus Yahya.

Ia berpesan kepada warga Aceh untuk membuka diri. Saudi Arabia menjadi contoh yang sebelumnya sangat tertutup dan kini mulai sadar serta membuka diri dalam dinamika internasional.

"Dulu, Saudi sangat menutup diri, warganya tidak bisa langsung dalam dinamika internasional. Tapi belakangan mereka sadar warganya akan kalah di tengah gelombang internasional. Sekarang mereka tergopoh-gopoh," lanjut Ketum PBNU itu.

Oleh karenanya, Aceh harus segera mengantisipasi. Sebab, jika gelombang besar ekonomi datang dampaknya akan lebih serius dibandingkan Tsunami Aceh.

"Aceh saya kira harus berpikir antisipatif. Karena yang datang gelombang yang sangat kompleks dan Aceh harus siap menyambut itu. Aceh hanya bisa bertahan dan membangun keunggulannya ketika Aceh sungguh bisa berfungsi sebagai serambi Indonesia," pungkas Gus Yahya.




(aeb/lus)

Hide Ads