Penetapan awal Zulhijah antara Arab Saudi dan Indonesia berbeda sehari. Saudi menetapkan 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada 7 Juni 2024, sedangkan Indonesia menetapkan awal Zulhijah pada 8 Juni 2024 melalui sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Perbedaan ini menjadikan Hari Raya Idul Adha 2024 di Indonesia lebih lambat satu hari ketimbang Saudi, begitu pula dengan waktu puasa Arafah dan Tarwiyah. Dengan demikian, timbul pertanyaan dari muslim Indonesia terkait waktu mana yang harus dijadikan acuan untuk melangsungkan puasa sunnah tersebut.
Pada dasarnya, puasa Arafah adalah amalan yang dikerjakan saat jemaah haji menyiapkan perbekalan untuk wukuf di Arafah. Sementara itu, puasa Tarwiyah dikerjakan pada hari Tarwiyah seperti dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan hingga Kematian susunan Muh Hambali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil terkait puasa Arafah dan Tarwiyah tercantum dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda:
"Siapa saja yang berpuasa di hari Tarwiyah (8 Zulhijah), maka Allah akan memberikannya pahala seperti pahalanya kesabaran Nabi Ayyub AS atas penyakit yang menimpanya. Siapa yang berpuasa pada hari Arafah (9 Zulhijah), maka Allah akan memberikannya pahala Nabi Isa bin Maryam (dalam mengerjakan puasa Arafah). Jika seseorang tersebut belum makan apa-apa di hari raya kurban sampai terlaksananya salat ld, maka ia diberikan pahala orang yang mengerjakan salat itu. Apabila ia meninggal di tanggal berapa pun itu hingga sampai tanggal 30 Zulhijah, maka ia tergolong orang yang mati syahid."
Puasa Arafah 2024 Ikut Pemerintah Indonesia atau Arab Saudi?
Menukil buku Esai-Esai Astronomi Islam oleh Arwin Juli Rakhmadi Butar Butar, seorang ulama dan mantan mufti Kerajaan Arab Saudi Syekh Al-Utsaimin mengatakan bahwa ketika terjadi perbedaan waktu puasa Arafah atau Idul Adha pemerintah Saudi dan negara lain, sebaiknya mengikuti penetapan di negara seseorang berada.
"Maka sesungguhnya mereka berpuasa pada tanggal 9 Zulhijah di negeri mereka yang (walaupun) bertepatan hari (tanggal) 10 Zulhijah di Makkah. Ini adalah pendapat yang rajah," tulisnya dalam kumpulan Majm al-Fatawa.
Turut diterangkan dalam buku Ensiklopedia Islam susunan Hafidz Muftisany, mayoritas ulama berpendapat puasa Arafah tidak ada kaitannya dengan wukuf, tetapi lebih kepada puasa sunnah 9 Zulhijah. Syaikhul Islam Zakariya Al Anshari dalam Kitab Fathul Wahhab-nya berpendapat sebagai berikut,
"Disunnahkan berpuasa di hari Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijah." katanya dalam buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah terjemahan Hanif Luthfi.
Ulama Syafi'iyyah juga menyatakan bahwa acuan yang berlaku adalah hasil rukyatul hilal satu wilayah atau mathla' masing-masing daerah. Dengan begitu, dapat disimpulkan sebaiknya puasa Arafah mengikuti pemerintah negara masing-masing.
Terlebih, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam haditsnya bahwa patuh atas keputusan pemerintah menjadi kewajiban rakyat.
Jemaah Haji Tidak Dianjurkan Puasa Arafah
Disebutkan dalam buku Fikih Ibadah oleh Hasan Ayub yang diterjemahkan Muhammad Rais, kesunnahan puasa Arafah tidak berlaku bagi jemaah yang sedang berhaji. Mereka yang sedang haji dianjurkan tidak berpuasa Arafah.
"Ahlul ilmi berkata, puasa pada hari Arafah kecuali di Arafah. Maksudnya, puasa Arafah dilakukan kecuali bagi yang wukuf di Arafah. Makruh menurut jumhur melakukan puasa Arafah di tanah Arafah," demikian keterangan dalam buku Fikih Ibadah.
Dari Ikrimah Maula ibn Abbas, ia berkata:
"'Saya menemui Abu Hurairah di rumahnya dan menanyakan tentang puasa hari Arafah di padang Arafah.' Beliau menjawab, 'Rasulullah SAW melarang puasa hari Arafah di padang Arafah'." (HR Ahmad, Abu Daud dan Ibn Majah)
(aeb/rah)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026