Salah satu hal yang menjadi daya tarik jemaah haji adalah air zamzam yang berasal dari sebuah sumur di Masjidil Haram. Meski telah diambil oleh ribuan orang, sumur air zamzam tidak pernah habis. Kok bisa?
Air zamzam merupakan air yang mengandung banyak keutamaan. Menukil buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram karya Mansya Adi Putra, keutamaan air zamzam dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas. Rasulullah SAW bersabda,
"Salatlah kamu di tempat salat orang pilihan dan minumlah dari minuman orang baik," ketika ditanya, "Apa minuman orang baik?" Rasulullah SAW menjawab, "Air zamzam." (HR al-Azraqy)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Air Zamzam
Dikutip dari buku Back to Sunnah karya Haerawati Idris, sejarawan Arab menyebut sumur zamzam yang menghasilkan air zamzam telah digunakan hampir selama 4.000 tahun. Sumur ini merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT.
Sejarah air zamzam bermula ketika istri Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, ditinggal sendirian bersama putranya, Nabi Ismail AS yang masih bayi. Kala itu, keduanya berada di daerah padang pasir yang gersang dan tandus. Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka atas perintah Allah SWT.
Siti Hajar dan anaknya berusaha bertahan dengan perbekalan yang semakin menipis. Ketika persediaan makanan dan minuman mereka benar-benar habis, bayi Nabi Ismail AS terus menangis karena kehausan dan kelaparan.
Siti Hajar lantas sibuk mencari sumber air dengan berlarian dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Ia terus berbolak-balik hingga tujuh kali, tetapi tidak juga menemukan sumber air. Siti Hajar pun terduduk bersama Nabi Ismail AS yang kehausan.
Atas kehendak Allah SWT, terjadi keajaiban. Nabi Ismail AS berhenti menangis lalu menghentakkan kakinya ke tanah. Muncullah air di tepakan kaki kecil Nabi Ismail AS. Melihat kejadian itu, Siti Hajar lantas berujar, "Zamzam!" Zamzam berarti kumpul atau berkumpul.
Hingga saat ini, sumber mata air tersebut menjadi sumur zamzam yang senantiasa menyediakan air zamzam kepada siapa pun yang hendak mengambilnya.
Sumur Air Zamzam Tidak Pernah Habis
Dikutip dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El-Fikri, sumur zamzam yang hanya memiliki luas permukaan selebar 3-4 meter dan panjang sekitar 30 meter ini secara logika tidak mungkin bisa menyediakan air yang cukup untuk ribuan bahkan jutaan jemaah haji setiap tahunnya. Namun, di samping kehendak Allah SWT, penelitian ilmiah ternyata bisa mengungkapkan fakta-faktanya.
Syahruddin El-Fikri mengutip artikel anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari menyebut, dalam sebuah uji pemompaan sumur zamzam mampu mengalirkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik atau mencapai 660 liter per menit. Uji pemompaan ini dilakukan sebelum 1950-an.
Berikutnya, dibangunlah pompa air pada 1953 yang menyalurkan air dari sumur zamzam ke bak penampungan dan keran-keran. Ketika dilakukan pengujian, pada pemompaan 8.000 liter per detik selama 24 jam, air dalam sumur zamzam mengalami penyusutan sedalam 3,23 meter. Ketika pemompaan dihentikan, permukaan sumur kembali ke asalnya hanya dalam waktu 11 menit. Hal ini menimbulkan pertanyaan. Dari mana sumber air sumur zamzam yang begitu cepat berkumpul kembali tersebut?
Lebih lanjut, Rovicky menjelaskan bahwa terdapat banyak celah atau rekahan bebatuan di sekitar sumur zamzam. Salah satu rekahan memanjang ke arah Hajar Aswad dengan panjang 75 sentimeter dan ketinggian 30 sentimeter. Adapun beberapa celah kecil memanjang ke arah Safa dan Marwa. Keterangan geometris lain menyebutkan keberadaan celah sumur di bawah tempat tawaf.
Celah-celah inilah yang kemudian memasok air ke sumur zamzam.
Wallahu a'lam.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal